Wednesday, March 20, 2019

Apa dan Bagaimana Gerakan Sekolah Menyenangkan



---Bambang Setyacipta

Gerakan sekolah menyenangkan sudah berjalan 4 tahun sejak di launching pertama kali tahun 2015, gerakan ini bertujuan untuk memberikan tekanan pada 4 hal yakni a) Belajar tanpa dipaksa (sisi akademik), b) Disiplin tanpa ditakut-takuti (karakter), c) Peduli dan menghargai tanpa syarat dan d) Berprestasi tanpa di tekan sehingga diharapkan anak menjadi bahagia dan produktif dalam kegiatan kesehariannya baik di sekolah, di rumah dan di lingkungannya. Dengan demikian memerlukan berbagai aktivitas yang merujuk kepada 4 hal di atas.

Bagaimana hal ini dapat terjadi:

1 ---Sebagai seorang guru harus mengetahui mengaktifkan kemampuan kognisi anak melalui berbagai aktivitas baik otak kiri maupun otak kanan caranya melalui berbagai aktivitas seperti pembelajaran berbasis riset misalnya seorang anak dituntut untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan lingkungannya seperti pemanfaatan berbagai limbah digunakan yang terdekat dengannya styling form bisa dibuat untuk berbagai jenis permainan sederhana atau sebagai media belajar (membentuk angka, membentuk huruf, membentuk berbagai mainan yang sederhana, dll)

2. Menggerakkan motorik anak melalui berbagai aktivitas seperti menari, berolah raga, kegiatan di luar kelas (out bond). Hal semacam ini perlu dilakukan agar ada keseimbangan antara head, Heart dan Hand.

3. Melakukan aktivitas sosial baik di kelas maupun di luar kelas seperti pembelajaran circle time dimana anak bersama guru untuk saling berbagi masalah yang dihadapi baik masalah pribadi maupun masalah yang dihadapi temannya, dan juga membahas materi pembelajaran yang sedang dibahas saat itu atapun saat sebelumnya

4. Emosi, disini anak mengemukakan apa yang dirasakannya saat itu baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan dimana dia tinggal (curhat harian melalui kartu curhat, misal diganggu teman, dipinjam alat tulis tidak dikembalikan, atau didiamkan teman dll)

5. Ekologi, sebelum kita berbicara mulai dari makro sistem hingga mikro sistem, yang hendak dibangun dulu terdekat dengan anak adalah membuat lingkungan sekolah menjadi ramah anak, anak diperlakukan sebagai subyek yang diperhatikan benar kebutuhannya baik emosi, kognisi, maupun motoriknya sehingga anak merasakan bagaimana bermain seraya belajar dan tentu saja pembentukan sikap menjadi titik fokus gerakan ini.

Tiga (3) pendekatan yang dilakukan dalam menyelenggarakan gerakan sekolah yang menyenangkan:

1. Secara prinsip yang utama adalah bagaimana pelaku pendidikan utamanya guru yang harus mengubah paradigma berpikir terlebih dahulu sehingga ada kesamaan visi, misi, tujuan bersama semua stake holder sekolah (Dinas, Pengawas,Kepala Sekolah, Guru, Siswa). Guru merupakan penggerak utama (primary mover), dalam perubahan khususnya di dunia pendidikan. Peserta didik yang utamanya sebagai subyek diberikan kesempatan untuk saling berbagai dan merefleksi perilaku-perilaku yang baik (bukan semata-mata nilai menjadi tujuan utama, namun lebih pada perubahan sikap siswa)

2. Penciptaan ekosistem dari mulai Pusat (Kemdikbud), Kab/Kota (Dinas- Dinas), satuan pendidikan, lingkungan masayarakat dan keluarga harus sering sejalan dan seirama. Dalam sistem pembelajaran lebih diarahkan pada pembelajaran life skill, terkait dengan kehidupan anak sehari-hari seperti menyeterika, menata sprei saat bangun tidur, berkolaborasi dalam belajar, anak diberi kesempatan untuk menata kelas sehingga anak merasa betah untuk belajar dll.

3. Delivery System (pedagogi), berbasis riset dan langsung bersentuhan dengan kondisi riil problem pembelajaran seperti meneliti langsung pohon secara berkelompok, hasil ini selanjutnya dipaparkan di kelas dan berdiskusilah mereka dengan bimbingan guru.



Salah satu bukti bahwa anak mengalami perubahan dalam perkembangan karakter siswa, sehingga orang tua siswa puas dengan gerakan ini. Ayo mulailah belajar dari hal-hal yang sederhana dengan pendekatan kurikulum yang tidak biasa oleh para guru akan menyebabkan semua hal di atas menjadi nyata dan bukti yang tidak terbantahkan, bahwa Gerakan Sekolah Menyenangkan bisa dijadikan virus baik bagi pendidikan anak ke depan.

Sunday, March 10, 2019

Sudah Selesai, Belum Selesai, dan Tidak Pernah Selesai


--Rohmat Sulistya

Saya tergelitik dengan istilah sudah selesai, belum selesai, dan tidak akan pernah selesai dalam sebuah komentar yang dituliskan oleh teman saya (baca: Bu Rin) pada sebuah artikel. Saya menjadi tertarik dengan istilah ini karena saya, pada ‘sebuah masa’, pernah menggunakannya. Tapi kali ini bukan de javu. Kala itu saya berbincang dengan seorang teman -entah teman kantor atau teman main- atau malah dengan anak saya, tentang Indonesia. Saya mengatakan bahwa pahlawan-pahlawan kemerdekaan itu ‘sudah selesai’ dengan masalah dirinya. Mereka berjuang demi negara dengan alasan yang mungkin tidak masuk akal -menurut mindset orang sekarang. Tidak ada yang menjanjikan pada mereka bahwa kalau kemerdekakaan sudah diraih, akan didudukkan menjadi staf ahli, menteri, atau kepala sebuah lembaga negara.

Mereka berjuang demi sesuatu yang tidak pasti, entah ada atau tidak; atau yang dalam bahasa awam lebih dikenal sebagai pengorbanan tanpa pamrih. Pamrihnya tidak ada. Harapan untuk dirinya sendiri pun tidak ada. Tetapi mereka melakukan sesuatu dengan niatan memperoleh sesuatu yang lebih besar, yang bisa jadi bukan untuk dirinya saat ini. Mungkin mereka melakukan sesuatu hal tersebut untuk anak cucu atau mungkin melakukan sesuatu untuk kehidupan yang lebih abadi. Yang jelas mereka sangat mungkin untuk tidak mendapatkan apa-apa pada kehidupannya di dunia. Dan mereka meyakini hal itu.

Contoh yang sering diberikan oleh orang tua kita adalah ketika seorang kakek menanam pohon kelapa dari sebuah tunas kelapa kecil. Pada jaman dulu, butuh 
waktu bertahun-tahun  agar pohon kelapa berbuah. Bisa jadi si kakek akan sempat menikmati buah tersebut, tetapi lebih besar kemungkinan si kakek tidak menikmati buah tersebut. Tetapi dia tetap menanamnya dengan harapan anak cucu akan menikmati hasil pekerjaannya. Pamrihnya tidak untuk dirinya tetapi lebih panjang lagi yaitu untuk anak cucu. 

Investasi.

Investasi yang lazim kita kenal berupa deposito, reksadana, emas, dan properti. Itu investasi dunia yang akan kita nikmati dengan waktu tunggu yang tidak lama. Mungkin bulanan atau tahunan. Tetapi ada investasi yang lebih ‘spiritualis’: bekerja tanpa pamrih. Entah dibayar atau tidak, entah dilihat kantor atau gak. Bekerja saja. Do the best. Sebaik-baiknya. Bisa jadi keuntungannya bersifat jangka panjang atau super panjang, tidak sekarang. Dan mungkin tidak berupa uang. Saya mengamati beberapa teman kantor memiliki karakter seperti ini. Dan saya salut untuk hal ini. Mereka berkerja dengan sebaik-baiknya, dan ‘keuntungan’ akan didapatkan tanpa berambisi mengejar. Keuntungan materi atau kesempatan belajar. 

Ada lagi investasi jangka super panjang --yang saya yakini-- yaitu investasi akherat. Balasan atas pekerjaan/amalan baik kita tidak didunia tidak diterimakan ketika didunia, diberikan pada kehidupan setelah mati. Dan ini adalah bentuk dari keadilan hakiki.

Belum selesai dan tidak pernah selesai.

Saya meyakini tata kelola yang buruk pada Lembaga atau negara sekalipun -terutama karena korupsi- terjadi karena kita atau pejabat memiliki karakter ‘belum selesai’ atau parahnya lagi ‘tidak pernah selesai’. Bagaimana dia bisa memikirkan orang lain, sementara untuk memikirkan dirinya saja dia ‘belum selesai’. Alhasil sejatinya dia bekerja untuk menyelesaikan dirinya yang mungkin tidak pernah selesai dan lalai memikirkan orang lain atau rakyatnya. Sehingga penting sekali kita memiliki sifat ‘sudah selesai’; dan terutama sekali bagi para pengelola organisasi. Apabila kita atau mereka memiliki sifat seperti ini, maka yang dipikirkan hanya kesejahteraan orang-orang yang dikelolanya. Sedangkan untuk dirinya dipikirkan belakangan atau mungkin tidak sempat memikirkannya.

Banyak sekali kisah-kisah ‘tidak masuk akal’ tentang hal ini; dimana pemimpin sampai tidak punya rumah, tidur beralaskan tikar lusuh, memiliki baju beberpa potong saja. Mungkin kita tidak perlu seekstrim ini, hanya mulai mengurangi ambisi dunia berupa materi. Tidak usah terlalu mengejar, khan rejeki sudah Tuhan atur semua. Dan rejeki tidak akan tertukar.

Dan asal tahu saja, tulisan ini sebenarnya untuk diri saya sendiri.


Edited.