Monday, May 18, 2020

WfH Series: Lingga Yoni “Dalam Perspektif Kehidupan”


--Kartiman

Edisi Mengajak Wisata ke Candi Sukuh, Karanganyar, Jawa Tengah



Lingga Yoni merupakan istilah yang kurang akrab bagi sebagian besar masyarakat Jawa. Sangat dimaklumi, mengingat istilah ini jarang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat yang sudah mendengar, tingkat interesting-nya juga kurang maksimal. Salah satu penyebabnya adalah referensi yang masih sangat terbatas. Hanya beberapa saja, dan itupun berbeda makna antara referensi satu dengan lainnya. Sudut pandang yang digunakan dalam mengupas berbeda, sehingga menimbulkan daya interpretasi yang berlainan.

Lingga Yoni dalam kebudayaan Hindu merupakan jalur energi Illahi di tubuh manusia dan di alam semesta. Penyatuan keduanya akan melahirkan sesuatu yang baru, yaitu penciptaan dunia dan kesuburan. Lingga merupakan simbol maskulin, sedangkan Yoni merupakan simbol feminim. Wujud Lingga menyerupai alat kelamin laki-laki, sedangkan wujud Yoni menyerupai alat kelamin perempuan. Dalam perspektif Jawa, biasanya artefak Lingga berwujud “alu”, dan artefak Yoni berwujud “lumpang”.

Lingga Yoni oleh beberapa masyarakat dimaknai sebagai simbol atau kekuatan seks. Pemaknaannya terbagi menjadi dua, yaitu pemaknaan dalam arti yang luas dan pemaknaan dalam arti yang sempit. Dalam arti luas, Lingga Yoni dimaknai sebagai cara untuk mengeluarkan kotoran dari pikiran yang bersih untuk mendapatkan generasi baru sebagai penerus masa depan. Kehadiran Lingga begitu ditunggu dan dirindukan Yoni untuk melakukan kewajiban sebagai pasangan. Penetrasi Lingga ke Yoni bersifat bebas, terencana, terukur tanpa dihantui perasaan salah. Puncak kenikmatannya merupakan kenikmatan dunia akhirat. Dalam arti sempit, Lingga Yoni dimaknai sebagai cara untuk mengeluarkan kotoran dari pikiran kotor. Pertemuan Lingga dan Yoni juga direncanakan, bahkan sangat dirindukan, tetapi bukan sebagai pertemuan untuk melaksanakan kewajiban. Perpaduan yang dilakukan bukan dalam rangka menciptakan generasi baru, tetapi lebih mengarah pada kepuasan sesaat. Penetrasi Lingga ke Yoni menjadi tidak bebas, terbatas, terhantui oleh pemikiran bersalah. Kenikmatan yang diperoleh hanya kenikmatan dunia, bahkan mungkin kenikmatan semu.

Lingga Yoni bagi masyarakat penganut kepercayaan Jawa masih dianggap mempunyai kekuatan atau kharisma tertentu, khususnya yang berhubungan dengan kesuburan. Bagi yang berdomisili di wilayah Solo Raya dan sekitarnya, kegiatan terkait dengan kepercayaan ini masih sering dijumpai di Candi Sukuh, Karanganyar, Jawa Tengah. Dalam situs Candi Sukuh dapat dilihat beberapa arca yang menggambarkan simbol kesuburan, baik kesuburan manusia maupun kesuburan alam. Secara geografis dan suasana alam, keberadaan Candi Sukuh sangat mendukung untuk menggambarkan simbol kesuburan. Terletak di dataran tinggi dengan hawa yang dingin sangat sesuai untuk meningkatkan hormon kesuburan pada manusia maupun tanaman.




2 comments: