Monday, July 27, 2020

WfH Series: EKSTRA KURIKULER YANG TERCECER, Sharing Pengalaman Pendampingan Anak Belajar di Rumah



Drs. F. Dhanang Guritno, M.Sn

Pada masa pandemi akibat mewabahnya virus corona ini dalam berbagai bidang mengalami kendala dalam melaksanakan kegiatannya disebabkan adanya protokol kesehatan yang harus diikuti berkaitan dengan social distancing.  Hal itu terjadi juga pada dunia pendidikan atau anak sekolah. Ketika semua kegiatan mengumpulkan orang harus dihentikan termasuk anak sekolah, praktis tidak ada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara tatap muka.  Semua sekolah melaksanakan pembelajaran dengan moda daring atau pembelajaran jarak jauh secara online. Disadari atau tidak sebenarnya moda ini hanya cocok digunakan untuk pembelajaran yang sifatnya teori. Namun hanya dengan cara inilah yang bisa ditempuh oleh sekolah dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Sebagai orang tua yang mempunyai anak belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, saya menyaksikan juga bagaimana anak-anak dan satu orang keponakan yang ikut tinggal di rumah selama pandemi berlangsung melaksanakan kewajibannya sekolah dengan mengikuti pembelajaran jarak jauh. Mereka tiap hari bergelut dengan laptop masing-masing menyimak seluruh instruksi dan petunjuk gurunya melalui aplikasi yang dipakai. Mereka memakai  Zoom cloud meeting, atau aplilkasi yang sejenis. Beruntung keluarga kami dari sebelum pandemi memang sudah berlangganan jaringan wifi dari salah satu perusahaan penyedia jaringan milik pemerintah. Sejauh ini koneksinya aman-aman saja. Namun di luar itu kami sering mendengar cerita dari keluarga-keluarga yang tidak mempunyai akses wifi,  ternyata para orang tua mengeluh betapa besarnya pengeluaran ekstra untuk membeli kuota data agar anaknya bisa ikut mengikuti pelajaran. Belum lagi terbatasnya sarana yang dimiliki oleh keluarga tersebut belum tentu setiap anak mempunyai gadget sendiri.

Diskusi dan perbincangan mengenai sekolah pada masa pandemi yang dilakukan di media-media cetak maupun elektronik selalu mengatakan tidak bisa sekolah dituntut melaksanakan kurikulum secara ideal seperti kondisi normal pada masa pandemi. Sekolah menyelenggarakan proses belajar jarak jauh memang  tidak akan dituntut melaksanakan pembelajaran secara ideal sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Para pakar mengatakan idealnya ada kurukulum yang sifatnya darurat yang berbeda dengan pada kondisi normal.

Terlepas dari itu semua, ada satu hal yang menggelitik pikiran saya setidaknya pada kegiatan pembelajaran sekolah anak-anak saya. Mungkin sekolah yang lain terjadi juga. Dari semua pembelajaran yang dilaksanakan bisa saya pastikan semua adalah pelajaran intrakurikuler yang diusahakan semaksimal mungkin supaya berjalan dengan sebaik-baiknya. Tiap hari anak dihadapkan pada jadwal pelajaran seperti ketika mereka sekolah secara offline.

Pertanyaan yang timbul pada benak saya adalah cukupkah anak-anak sekolah hanya belajar dengan materi-materi pelajaran intrakurikuler? Tidak pentingkah kegiatan ekstrakurikuler bagi perkembangan anak didik? Memang kita sedang dihadapkan pada situasi yang tidak normal, mungkin bagi pihak sekolah berpendapat jangankan ekstrakurilkuler, intrakurikuler saja masih banyak pelajaran yang belum dapat terlaksana dengan baik.


Menurut Permendikbud No. 81A Tahun 2013, salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler adalah latihan/olah bakat/prestasi. Pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya. Disamping itu masih ada krida (kepramukaan) dan karya ilmiah. Dari berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler itulah saya melihat pada saat pembelajaran jarak jauh atau pandemi ini barangkali sulit dilakukan oleh sekolah.

Melihat kenyataan tersebut saya menyadari penuh bahwa tidak mungkin lagi kita berharap pada sekolah yang saat ini sedang sibuk melakukan pembelajaran jarak jauh akan melaksanakan kegiatan secara utuh baik intra maupun ekstrakurikulernya. Jangankan ekstra yang intra saja barangkali masih harus bekerja keras untuk dapat terselenggara dengan baik. Oleh karena itu diperlukan peran serta orang tua memikirkan bagaimana menyediakan pengganti kegiatan ekstrakurikuler ini.

Saya berfikir tidak ingin kegiatan ekstra kurikuler anak-anak terhambat, tetap harus ada. Dengan sekuat tenaga dan kemampuan, kami sekeluarga berusaha semaksimal mungkin menyediakan kegiatan setara sebagai pengganti kegiatan ekskul tersebut. Tidak perlu jauh-jauh dari kemampuan yang kita miliki, karena bidang saya musik saya sedikit “memaksa” anak-anak untuk saya ajak latihan bermain ansambel musik sebagai pengganti kegiatan ekskul mereka yang hilang. Secara rutin latihan atau semacam pembelajaran ekskul kami selenggarakan di rumah. Kami sepakat membuat jadwal latihan setiap hari Minggu. Kami tidak punya target yang tinggi, hanya setiap kali latihan kami dokumentasikan dalam bentuk video.

Suasana latihan di rumah

Dengan diadakannya latihan rutin tersebut ternyata berdampak menjadikan anak-anak lebih bersemangat dalam menghadapi rutinitas mereka belajar secara online. Barangkali menjadi semacam variasi mengusir kebosanan yang harus mereka hadapi. Waktu berjalan terus, suatu ketika ada sebuah pengumuman festival keluarga berdendang, yakni semacam lomba membuat video bernyanyi dan bermain musik yang dilakukan oleh keluarga. Karena kami punya dokumentasi video setiap kali latihan, kami bersepakat untuk mengikuti festival tersebut dengan mengambil salah satu video kemudian sedikit diedit dan diikutkan pada festival tersebut. Tanpa diduga video kami masuk sebagai salah satu pememang pada fesival tersebut maka bersukacitalah kami sekeluarga.


Dengan peristiwa kegembiraan itu saya menjadi punya harapan bahwa kegiatan ekstrakurikuler penyalur minat dan bakat siswa yang tercecer alias tidak terpikirkan lagi, ternyata bisa kami sediakan penggantinya. Tugas ini memang menambah beban berat orang tua siswa tetapi jika berbuah manis tidak ada yang berat untuk dilakukan. Mudah-mudah sharing pengalaman ini bisa menjadi inspirasi para pembaca sekalian sesuai dengan bidang kita masing-masing untuk memikirkan pendidikan anak-anak kita menjadi semakin lengkap dan baik meski belum bisa sempurna.



Bantul, 27 Juli 2020

6 comments:

  1. Jos! Perlu dan penting hal semacam ini disebarluaskan. Pandemi tidak membuat kita berhenti.

    ReplyDelete
  2. Apik, gagasan yang kreatif, mas Dhanang, dan pengalaman yang menginspirasi...

    ReplyDelete
  3. Luar biasa hasilnya ....terkadang orang tidak mau tahu dengan prosesnya yang tentu lebih luar biasa. Tetap berproses mas Danang dan tentunya kita semua.

    ReplyDelete