Drs. F. Dhanang Guritno, M.Sn
Pada masa pandemi akibat
mewabahnya virus corona ini dalam berbagai bidang mengalami kendala dalam
melaksanakan kegiatannya disebabkan adanya protokol kesehatan yang harus
diikuti berkaitan dengan social distancing. Hal itu terjadi juga pada dunia pendidikan
atau anak sekolah. Ketika semua kegiatan mengumpulkan orang harus dihentikan
termasuk anak sekolah, praktis tidak ada kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan dengan cara tatap muka. Semua sekolah melaksanakan pembelajaran dengan
moda daring atau pembelajaran jarak jauh secara online. Disadari atau
tidak sebenarnya moda ini hanya cocok digunakan untuk pembelajaran yang
sifatnya teori. Namun hanya dengan cara inilah yang bisa ditempuh oleh sekolah
dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Sebagai orang tua yang mempunyai
anak belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, saya menyaksikan juga bagaimana
anak-anak dan satu orang keponakan yang ikut tinggal di rumah selama pandemi
berlangsung melaksanakan kewajibannya sekolah dengan mengikuti pembelajaran
jarak jauh. Mereka tiap hari bergelut dengan laptop masing-masing menyimak
seluruh instruksi dan petunjuk gurunya melalui aplikasi yang dipakai. Mereka
memakai Zoom cloud meeting, atau
aplilkasi yang sejenis. Beruntung keluarga kami dari sebelum pandemi memang
sudah berlangganan jaringan wifi dari salah satu perusahaan penyedia
jaringan milik pemerintah. Sejauh ini koneksinya aman-aman saja. Namun di luar
itu kami sering mendengar cerita dari keluarga-keluarga yang tidak mempunyai akses
wifi, ternyata para orang tua
mengeluh betapa besarnya pengeluaran ekstra untuk membeli kuota data agar
anaknya bisa ikut mengikuti pelajaran. Belum lagi terbatasnya sarana yang
dimiliki oleh keluarga tersebut belum tentu setiap anak mempunyai gadget
sendiri.
Diskusi dan perbincangan
mengenai sekolah pada masa pandemi yang dilakukan di media-media cetak maupun
elektronik selalu mengatakan tidak bisa sekolah dituntut melaksanakan kurikulum
secara ideal seperti kondisi normal pada masa pandemi. Sekolah menyelenggarakan
proses belajar jarak jauh memang tidak
akan dituntut melaksanakan pembelajaran secara ideal sesuai dengan kurikulum
yang berlaku. Para pakar mengatakan idealnya ada kurukulum yang sifatnya
darurat yang berbeda dengan pada kondisi normal.
Terlepas dari itu semua,
ada satu hal yang menggelitik pikiran saya setidaknya pada kegiatan pembelajaran
sekolah anak-anak saya. Mungkin sekolah yang lain terjadi juga. Dari semua
pembelajaran yang dilaksanakan bisa saya pastikan semua adalah pelajaran intrakurikuler
yang diusahakan semaksimal mungkin supaya berjalan dengan sebaik-baiknya. Tiap
hari anak dihadapkan pada jadwal pelajaran seperti ketika mereka sekolah secara
offline.
Pertanyaan yang timbul
pada benak saya adalah cukupkah anak-anak sekolah hanya belajar dengan
materi-materi pelajaran intrakurikuler? Tidak pentingkah kegiatan
ekstrakurikuler bagi perkembangan anak didik? Memang kita sedang dihadapkan
pada situasi yang tidak normal, mungkin bagi pihak sekolah berpendapat
jangankan ekstrakurilkuler, intrakurikuler saja masih banyak pelajaran yang
belum dapat terlaksana dengan baik.
Menurut Permendikbud No.
81A Tahun 2013, salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler adalah latihan/olah
bakat/prestasi. Pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam,
jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya. Disamping itu masih ada krida
(kepramukaan) dan karya ilmiah. Dari berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler itulah
saya melihat pada saat pembelajaran jarak jauh atau pandemi ini barangkali
sulit dilakukan oleh sekolah.
Melihat kenyataan
tersebut saya menyadari penuh bahwa tidak mungkin lagi kita berharap pada
sekolah yang saat ini sedang sibuk melakukan pembelajaran jarak jauh akan
melaksanakan kegiatan secara utuh baik intra maupun ekstrakurikulernya.
Jangankan ekstra yang intra saja barangkali masih harus bekerja keras untuk
dapat terselenggara dengan baik. Oleh karena itu diperlukan peran serta orang
tua memikirkan bagaimana menyediakan pengganti kegiatan ekstrakurikuler ini.
Saya berfikir tidak ingin
kegiatan ekstra kurikuler anak-anak terhambat, tetap harus ada. Dengan sekuat
tenaga dan kemampuan, kami sekeluarga berusaha semaksimal mungkin menyediakan
kegiatan setara sebagai pengganti kegiatan ekskul tersebut. Tidak perlu
jauh-jauh dari kemampuan yang kita miliki, karena bidang saya musik saya
sedikit “memaksa” anak-anak untuk saya ajak latihan bermain ansambel musik
sebagai pengganti kegiatan ekskul mereka yang hilang. Secara rutin latihan atau
semacam pembelajaran ekskul kami selenggarakan di rumah. Kami sepakat membuat
jadwal latihan setiap hari Minggu. Kami tidak punya target yang tinggi, hanya setiap
kali latihan kami dokumentasikan dalam bentuk video.
Suasana latihan di rumah
Dengan diadakannya
latihan rutin tersebut ternyata berdampak menjadikan anak-anak lebih
bersemangat dalam menghadapi rutinitas mereka belajar secara online.
Barangkali menjadi semacam variasi mengusir kebosanan yang harus mereka hadapi.
Waktu berjalan terus, suatu ketika ada sebuah pengumuman festival keluarga
berdendang, yakni semacam lomba membuat video bernyanyi dan bermain musik yang
dilakukan oleh keluarga. Karena kami punya dokumentasi video setiap kali
latihan, kami bersepakat untuk mengikuti festival tersebut dengan mengambil
salah satu video kemudian sedikit diedit dan diikutkan pada festival tersebut.
Tanpa diduga video kami masuk sebagai salah satu pememang pada fesival tersebut
maka bersukacitalah kami sekeluarga.
Dengan peristiwa
kegembiraan itu saya menjadi punya harapan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
penyalur minat dan bakat siswa yang tercecer alias tidak terpikirkan lagi, ternyata
bisa kami sediakan penggantinya. Tugas ini memang menambah beban berat orang
tua siswa tetapi jika berbuah manis tidak ada yang berat untuk dilakukan. Mudah-mudah
sharing pengalaman ini bisa menjadi inspirasi para pembaca sekalian
sesuai dengan bidang kita masing-masing untuk memikirkan pendidikan anak-anak
kita menjadi semakin lengkap dan baik meski belum bisa sempurna.
Bantul, 27 Juli 2020
Jos! Perlu dan penting hal semacam ini disebarluaskan. Pandemi tidak membuat kita berhenti.
ReplyDeleteApik, gagasan yang kreatif, mas Dhanang, dan pengalaman yang menginspirasi...
ReplyDeleteSiap m Eko, Mksh juga mb Rin
ReplyDeleteLuar biasa hasilnya ....terkadang orang tidak mau tahu dengan prosesnya yang tentu lebih luar biasa. Tetap berproses mas Danang dan tentunya kita semua.
ReplyDeleteIdene jos
ReplyDeleteMksh p Gde n m Rohmad
ReplyDelete