Monday, March 30, 2020

WfH Series: “Bersama atau Sepi”: Sebuah Pilihan



--Rin Surtantini

Itu adalah judul sebuah puisi yang khusus dituliskan oleh Eko Santosa pada sebuah peristiwa pertemuan kelompok widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya, sebuah peristiwa yang oleh mbak Irene Nusanti beberapa hari lalu disebut sebagai CoVID 19+1 (Care of Very Impressive & Dear-friend in the year of 2019+1) --- (baca tulisannya di WfH Series: “Intentional COVID 19+1 di P4TKSB” yang dimuat di Vidyasana, hari Jumat 27 Maret 2020).



Pertemuan CoVID 19+1 ini terjadi pada awal tahun 2020, tepatnya pada hari Selasa, tanggal 14 Januari 2020. Oleh mbak Irene yang menjadi program designer-nya, pertemuan ini diberi tema “Heart Integration in Arts: Berpisah dalam Kebersamaan”. Semua acara pun dibuat dengan menggamit tema ini. Kata “kebersamaan” dalam konteks ini menjadi benang merah yang dapat dimaknai secara bebas oleh setiap yang hadir, tergantung dari nilai-nilai atau prinsip yang dianut.

Secara personal, “kebersamaan” saya maknai sebagai sebuah payung lebar yang menaungi orang-orang yang ada di bawahnya. Bersama, orang-orang ini memegang erat tangkainya ketika mereka berdiri, berjalan bersama menuju suatu arah, atau ketika berhenti. Di kiri kanan, depan belakang mereka, terhampar luas panorama yang membebaskan mereka bertukar pandang dan mendiskusikannya dalam keragaman perspektif mereka. Alangkah indahnya jika payung lebar yang teduh itu benar-benar ada dalam lingkungan kerja kita.

Puisi Eko Santosa berikut ini merepresentasikan bagaimana “kebersamaan” dimaknai olehnya:

Bersama atau Sepi

Bagi yang beriman, keberbedaan adalah keindahan.
Semesta akan kehilangan gelora ketika semua warna adalah sama.
Bagi yang beriman, kebersamaan niscaya terjalin karena keberbedaan.
Semesta akan kehilangan cahaya ketika kebersamaan tak bisa lahir dari rahim keberbedaan.

Sebagai bagian semesta, kita mesti berteguh pada kebersamaan,
karena persendirian sesungguhnya adalah sepi.
Ia bebas namun terasing, ia melayang tinggi hanya di langit sunyi, ia hebat namun berada dalam kekosongan sejati, ia seolah nyata meski semua orang tahu semu adanya.

Berteguh pada kebersamaan adalah kesucian iman,
sebagaimana Tuhan memberikan bentangan tangan yang tak cukup panjang
namun meminta kita untuk merangkul dunia.
Hanya kebersamaan di atas segala indah perbedaan yang dapat menyatukan tangan-tangan
dalam gandengan cinta dan kasih melingkup semesta.

Jika hidup adalah pilihan, maka mari tentukan, kita akan bergandeng tangan
atau mencapai kehebatan diri sendiri dalam kesepian.

(Eko Santosa – 12 Januari 2020)


Puisi di atas dibacakan dengan penghayatan makna dan intonasi yang syahdu oleh mas Yustinus Aristono dengan iringan manis alunan instrumental lagu “Bahana Perdamaian” yang dimainkan pada keyboard oleh mas Dhanang Guritno, dan alunan gesekan biola oleh mbak Diah Uswatun. Pada pembacaan di ujung bait terakhir puisi, Aristono menjembatani puisi itu dengan sebuah kalimat perangkai, “Mari, kita eratkan tangan dalam bahana perdamaian….”, yang disambung dengan intro musik untuk lagu “Bahana Perdamaian” yang lalu (saya) nyanyikan liriknya. Sekedar catatan, lagu “Bahana Perdamaian” adalah lagu karya Tedjo Baskoro yang pada tahun 1978 berhasil menjadi salah satu dari 10 (sepuluh) besar lagu pada Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors dan juga menjadi finalis dari Festival Lagu Populer 1978. Saya sangat suka dengan liriknya yang meaningful dan nadanya yang indah. (Silakan dengar lagu orisinilnya oleh Fifi Kabul di Youtube).
 
Saya beruntung menemukan lagu ini karena makna liriknya membantu saya untuk mengoneksikan maknanya dengan puisi di atas.  Simak lirik dari lagu “Bahana Perdamaian” yang dinyanyikan oleh Fifi Kabul pada masa itu:

Temaram seakan menelan alam
Temaramnya surya serasa impian
Serana nestapa t'lah meraja buana
Kar'na daya yudha di atas angkara

Memuncak kesumat kau manusia
Menyalakan bencana buat sesama
Berpacu menggandakan senjata
Berkuasa ‘tuk bertahta
‘Tuk mengumbar nafsu durjana angkara

Bahanakan gita perdamaian
Gemakan demi kebahagiaan
Enyahkan nafsu hewani
Semaikan manusiawi

Bersama kita dalam irama
Bernada kita rangkai bahagia
Cintailah dunia
Sayangilah umat-Nya
Damailah selama-lamanya

Persinggungan makna puisi Eko Santosa “Bersama atau Sepi” dengan lirik dari lagu “Bahana Perdamaian” terletak pada nilai-nilai atau values dari fakta  bahwa perbedaan di muka bumi ini adalah sebuah keniscayaan. Perbedaan yang dihadirkan oleh Yang Maha Kuasa di muka bumi ini dimaksudkan agar manusia dapat saling mengenal satu sama lain, saling belajar satu sama lain, untuk kemudian tumbuh dan berkembang bersama-sama secara sehat, damai, dan harmonis, bukan berkembang, hebat, melesat, dan mencuat ke angkasa sendirian, lalu tertawa bahagia (sendiri) karena berhasil menjadi “lebih” atau “paling” di antara yang lainnya.

Maka, perbedaan dalam banyak aspek kehidupan tak perlu di-perangi” atau dipersoalkan. Perbedaan sejatinya mendorong manusia untuk mau saling berhubungan antara satu dengan yang lain agar dapat saling melengkapi. Mencapai kehebatan diri sendiri di atas yang lainnya memang hebat, tetapi mencapai kehebatan bersama-sama pun menjadi sebuah pilihan hebat yang meluruhkan egoisme dan nafsu durjana individu. Pilihannya? Mau bersama, atau sepi…

Yogyakarta, ditulis pada masa WfH, penghujung Maret 2020.

11 comments:

  1. menggabungkan beberapa hal dalam sebuah tulisan untuk mencari benang merahnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benangnya sekarang merah, kuning, dan hijau..

      Delete
    2. Saya selalu tertarik untuk mencari koneksi atau keterhubungan antara satu hal dengan hal lain, atau satu fenomena dengan fenomena lain, untuk kemudian merangkainya...Terima kasih, mas Rohmat.

      Delete
  2. Sekarang sepi tapi bersama dalam wa...😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terasa sepi kalo jadi orang hebat sendirian, itu yang tak tangkap dari puisi "Bersama atau Sepi"...

      Delete
  3. Kalimat mengalir enak dibaca. Bahasa mudah dipahami. Isinya mengingatkan saat bersama sama dalam satu acara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, mas Purwadi. Bersama, dalam kesetaraan itu menyenangkan...

      Delete
  4. Sip!! Komunikasi lewat tulisan ini menarik karena dapat memantik pikiran, pengalaman, dan perasaan. Lanjutkan, hehehehe....

    ReplyDelete
  5. Sepi menginspirasi..imajinasi...siip Mas Eko..

    ReplyDelete