Tuesday, March 31, 2020

WfH Series: Ragu


--Digna Sjamsiar

Papa ta’ tako’ ye ka virus corona?” papaku menjawab “enje’, arapa ma’ tako’a? mon la pajet depa’ omorra ye la mole, se penting daddi manossa ruwa la ikhtiar, ta’ osa akaju, pa biasa. Percakapan antara aku dan papaku itu terjadi 5 hari yang lalu ketika beliau bersikeras tetap ingin pulang ke Situbondo, padahal berita tentang virus corona membuat nyaliku ciut.….sengaja kutulis dalam bahasa Madura karena pertanyaan itu sebagai pengingat agar aku harus selalu tawakkal, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “papa gak takut ya sama virus corona?” jawaban papaku “enggak, kenapa harus takut? Kalau memang sudah sampai umurnya ya pulang, yang penting kita sebagai manusia itu sudah iktiar/berusaha, tidak perlu jumawa, biasa saja.”

Berita-berita yang bersiliweran di media massa membuatku galau, hampir setiap hari orang membicarakan/menulis jumlah korban yang sakit dan meninggal karena terinfeksi virus corona. Ada perasaan bersalah mengiyakan kedua orang tuaku pulang, ada perasaan khawatir bagaimana kalau di sana virus itu merebak? Berbagai pikiran buruk menggelayuti pikiranku. Tetapi…aku kemudian sedikit merasa tenang dan bersyukur karena aku masih memiliki ayah yang pembawaannya tenang, tidak kemerungsung dan ikhlas. Mendapatkan jawaban yang bijak itu, aku kemudian merasa memperoleh tambahan amunisi. Amunisi  sebelumnya aku peroleh ketika salah satu temanku di grup whatsapp dengan tegas mengatakan bahwa dia membatasi membaca atau mendengarkan berita-berita tentang korban virus corona, karena hal itu justru membuatnya resah dan tidak bisa fokus pada pekerjaannya.

Aku harus berusaha dan berjanji pada diriku sendiri, mulai sekarang aku tidak akan lagi membaca atau mendengarkan berita-berita yang pesannya negatif tentang virus yang mematikan itu, jika ada yang mengunggahnya di grup whatsapp, aku tidak tidak akan membacanya atau bahkan langsung kuhapus. Hal itu sudah kulakukan setelah obrolan santaiku dengan ayahku. It works! Damai kurasakan saat ini..keraguan perlahan mulai menghilang..semoga musibah ini banyak memberikan makna bagi kehidupanku, sebagai refleksi diri, karena memang banyak hal yang kurasakan dan kualami dengan aku harus stay at home and work from home.
Salam damai untuk semuanya….


Catatan rinduku pada papa dan ibu….
Digna Sjamsiar

4 comments:

  1. Tulisan mbak Digna yang begini yang aku tunggu... teruskan ya, mbak.
    Oya, tulisan ini mengingatkanku akan istilah FOMO dan contoh realisasinya dalam kehidupan kita sehari-hari, yang aku tulis Desember lalu. Kisah nyata, mb Digna berusaha gak jadi FOMO untuk masalah Covid-19.

    Ayo nulis terus, mbak... Sip.

    ReplyDelete
  2. Ini to simpenan tulisannya. Sesuai dengan judulnya, "ragu" maka hari ini keraguan itu dah hilang.
    Aku setuju banget dengan tulisan itu mBak Digna. Juosss

    ReplyDelete
  3. Yup... Setuju digna, berita di medsos saat ini kacau... Jgn ikut larut ke sana

    ReplyDelete