--Digna Sjamsiar
“Papa ta’ tako’ ye ka virus
corona?” papaku menjawab “enje’,
arapa ma’ tako’a? mon la pajet depa’ omorra ye la mole, se penting daddi
manossa ruwa la ikhtiar, ta’ osa akaju, pa biasa.” Percakapan antara aku dan papaku itu terjadi 5 hari yang lalu
ketika beliau bersikeras tetap ingin pulang ke Situbondo, padahal berita
tentang virus corona membuat nyaliku ciut.….sengaja kutulis dalam bahasa Madura
karena pertanyaan itu sebagai pengingat agar aku harus selalu tawakkal, yang jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia “papa gak takut ya sama virus corona?” jawaban papaku
“enggak, kenapa harus takut? Kalau memang sudah sampai umurnya ya pulang, yang
penting kita sebagai manusia itu sudah iktiar/berusaha, tidak perlu jumawa, biasa saja.”
Berita-berita yang bersiliweran
di media massa membuatku galau, hampir setiap hari orang membicarakan/menulis
jumlah korban yang sakit dan meninggal karena terinfeksi virus corona. Ada
perasaan bersalah mengiyakan kedua
orang tuaku pulang, ada perasaan khawatir bagaimana kalau di sana virus itu
merebak? Berbagai pikiran buruk menggelayuti pikiranku. Tetapi…aku kemudian sedikit merasa tenang dan bersyukur
karena aku masih memiliki ayah yang pembawaannya tenang, tidak kemerungsung dan ikhlas. Mendapatkan jawaban yang bijak itu, aku
kemudian merasa memperoleh tambahan amunisi.
Amunisi sebelumnya aku peroleh
ketika salah satu temanku di grup whatsapp
dengan tegas mengatakan bahwa dia membatasi membaca atau mendengarkan berita-berita
tentang korban virus corona, karena hal itu justru membuatnya resah dan tidak
bisa fokus pada pekerjaannya.
Aku harus berusaha dan berjanji pada diriku sendiri, mulai sekarang
aku tidak akan lagi membaca atau mendengarkan berita-berita yang pesannya negatif tentang virus yang
mematikan itu, jika ada yang mengunggahnya di grup whatsapp, aku tidak tidak akan membacanya atau bahkan langsung
kuhapus. Hal itu sudah kulakukan setelah obrolan santaiku dengan ayahku. It works! Damai kurasakan saat
ini..keraguan perlahan mulai menghilang..semoga musibah ini banyak memberikan
makna bagi kehidupanku, sebagai refleksi diri, karena memang banyak hal yang
kurasakan dan kualami dengan aku harus stay
at home and work from home.
Salam damai untuk semuanya….
Catatan rinduku pada papa
dan ibu….
Digna Sjamsiar
Tulisan mbak Digna yang begini yang aku tunggu... teruskan ya, mbak.
ReplyDeleteOya, tulisan ini mengingatkanku akan istilah FOMO dan contoh realisasinya dalam kehidupan kita sehari-hari, yang aku tulis Desember lalu. Kisah nyata, mb Digna berusaha gak jadi FOMO untuk masalah Covid-19.
Ayo nulis terus, mbak... Sip.
Ini to simpenan tulisannya. Sesuai dengan judulnya, "ragu" maka hari ini keraguan itu dah hilang.
ReplyDeleteAku setuju banget dengan tulisan itu mBak Digna. Juosss
Yup... Setuju digna, berita di medsos saat ini kacau... Jgn ikut larut ke sana
ReplyDeleteSip!!
ReplyDelete