===Purwadi
Beberapa hari yang lalu,
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan pidato terkait wabah yang
sedang melanda dunia, yaitu virus corona atau covid-19. Dalam pidatonya terdapat
beberapa ungkapan-ungkapan Bahasa Jawa yang disampaikan sesuai dengan
konteksnya. Misalnya:
·
Wong
sabar rejekine jembar, ngalah urip luwih berkah
·
Gusti
paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalan
·
Datan
serik lamun ketaman, datan susah lamun
kelangan, dan
·
Kesandhunging
rata kebentusing tawang
Informasi Sri Sultan
Hamengku Buwono akan memberikan pidato mengenai kebijakan yang harus dilakukan
oleh warga Yogya saat dilanda wabah ini,
telah diterima oleh anak mbarep saya sejak bangun tidur. Keluargaku
bersemangat ingin mendengarkannya. Mendengarkan Sabda Raja yang mungkin telah ditunggu-tunggu oleh para kawulanya
ing Ngayogyakarta, tanpa kecuali
keluargaku, terutama istriku yang asli Ngayogyakarta.
Saat waktunya tiba, yaitu pukul 10.00 WIB, kami telah siap nganglungaken jangga, nelingaken karna di depan televisi. Dari awal
sampai akhir disimak dan diperhatikan dengan seksama setiap kata-kata yang disabdakan oleh Sri Sultan.
Ada kata-kata jawa dalam
pidato Sri Sultan yang ditanyakan oleh anakku. Pak apa maksudnya kesandhunging rata kebentusing tawang? Ternyata
dia tertarik dengan ungkapan jawa
tersebut. Ibunya malah membuat status status dengan kalimat kesandhunging rata kebentusing tawang
itu. Dari status tersebut banyak pertanyaan dari siswa-siswa dan teman-temannya
yang membacanya. Akhirnya tanya juga kepadaku.
Sebisaku aku menjawab
pertanyaan itu. Karena aku tak asing lagi dengan ungkapan tersebut, dan sering
menggunakannya, bahkan sebelumnya aku pernah menulis naskah ketoprak dengan
judul tersebut. Ungkapan kesandhunging rata kebentusing tawang, mungkin
itu istilah di Yogyakarta, karena untuk Gaya Surakarta, aku lebih sering mendengar dengan ungkapan kesandhunging rata, kebentusing awang-awang. Kata tawang
dan awang-awang artinya sama, yaitu
angkasa atau langit.
Kesandhunging rata, kebentusing awang-awang,
adalah dua ungkapan yang dijadikan satu. Kesandhunging
rata artinya tersandung di tanah yang rata. Biasanya kaki kita tersandung
itu pasti ada sesuatu yang tidak rata disaat kita berjalan. Entah itu batu,
entah itu akar pohon, entah itu tunggak, atau yang lain yang menyebabkan kita
tersandung saat berjalan. Namun ungkapan ini adalah kesandhunging rata. Kesandung
dijalan yang rata. Sedangkan kebentusing
awang-awang, artinya terbentur oleh angkasa. Sebenarnya merupakan sesuatu
hal yang mustahil, mengapa sampai bisa terbentur oleh angkasa, padahal angkasa,
langit, isinya hanya udara, yang tidak ada apa-apanya, tetapi bisa menyebabkan
kepala terbentur. Itulah arti kebentusing
awang-awang.
Kesandhunging rata kebentusing awang-awang, adalah
ungkapan untuk seseorang yang sedang terkena musibah, sedang mengalami
kecelakaan, sedang mendapatkan halangan, atau sedang bernasib tidak baik. Ingatase neng nggon roto kok bisa
kesandhung, neng angkoso kok bisa kebentus.
Hal yang perlu dicermati
adalah kita perlu bersikap hati-hati dalam setiap langkah. Kemampuan manusia hanyalah
sebatas merencanakan, sedangkan yang menentukan hasil akhirnya tentu saja Gusti
Kang Akarya Jagad, Tuhan Yang Maha Kuasa. (Kridhaning
ati tan bangkit mbedhah kuthaning pasthi, budidayaning manungsa tan kuwawa
ngungkuli kodrating Kawasa). Dengan sudah sangat berhati-hati saja
kadang-kadang mendapatkan kecelakaan, apalagi jika tidak disiapkan dengan penuh
kecermatan.
Untuk menjadi subur, tanaman
harus didhangir atau disiangi. Oleh
karena itu, walaupun kita saat ini sedang
Kesandhunging rata kebentusing awang-awang,
yang disebabkan oleh wabah yang melanda, namun kita harus yakin bahwa, ini
merupakan dhangiran dari Tuhan Yang
Mahaesa untuk meningkatkan derajad hamba-hambanya. Selamat WFH.
Pokoh,
Senin Kliwon 30 Maret 2020
Purwadi
Tulisannya enak, filosofis
ReplyDeleteSip, bapak dhalang... saé
ReplyDeleteJos!!
ReplyDeleteMatur nuwun, semua
ReplyDeleteMenarik. Saya belajar, mas Pur, dari tulisan ini...
ReplyDeleteDalam langkap perjalanan manusia Mas Pur..tak tahu yang akan terjadi...tak disangka2...ya..ok siip..
ReplyDeleteTerimakasih mBak Rin, Pak Marsudi. sekedar mengingat ingat kembali pepatah Jawa, yang sebenarnya penuh makna.
ReplyDeleteIni salah satu yang jadi minat saya, mas. Saya suka...
Delete