Monday, March 30, 2020

WfH Series: KESANDHUNGING RATA, KEBENTUSING AWANG-AWANG



===Purwadi

Beberapa hari yang lalu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan pidato terkait wabah yang sedang melanda dunia, yaitu virus corona atau covid-19. Dalam pidatonya terdapat beberapa ungkapan-ungkapan Bahasa Jawa yang disampaikan sesuai dengan konteksnya. Misalnya:

·         Wong sabar rejekine jembar, ngalah urip luwih berkah
·         Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalan
·         Datan  serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan, dan
·         Kesandhunging rata kebentusing tawang

Informasi Sri Sultan Hamengku Buwono akan memberikan pidato mengenai kebijakan yang harus dilakukan oleh warga Yogya saat dilanda wabah ini,  telah diterima oleh anak mbarep saya sejak bangun tidur. Keluargaku bersemangat ingin mendengarkannya. Mendengarkan Sabda Raja yang mungkin telah ditunggu-tunggu oleh para kawulanya ing Ngayogyakarta, tanpa kecuali keluargaku, terutama istriku yang asli Ngayogyakarta. Saat waktunya tiba, yaitu pukul 10.00 WIB, kami telah siap nganglungaken jangga, nelingaken karna di depan televisi. Dari awal sampai akhir disimak dan diperhatikan dengan seksama setiap kata-kata yang disabdakan oleh Sri Sultan.

Ada kata-kata jawa dalam pidato Sri Sultan yang ditanyakan oleh anakku. Pak apa maksudnya kesandhunging rata kebentusing tawang? Ternyata  dia tertarik dengan ungkapan jawa tersebut. Ibunya malah membuat status status dengan kalimat kesandhunging rata kebentusing tawang itu. Dari status tersebut banyak pertanyaan dari siswa-siswa dan teman-temannya yang membacanya. Akhirnya tanya juga kepadaku.

Sebisaku aku menjawab pertanyaan itu. Karena aku tak asing lagi dengan ungkapan tersebut, dan sering menggunakannya, bahkan sebelumnya aku pernah menulis naskah ketoprak dengan judul tersebut. Ungkapan  kesandhunging rata kebentusing tawang, mungkin itu istilah di Yogyakarta, karena untuk Gaya Surakarta,  aku lebih sering mendengar dengan ungkapan kesandhunging rata, kebentusing awang-awang. Kata tawang dan awang-awang artinya sama, yaitu angkasa atau langit.
Kesandhunging rata, kebentusing awang-awang, adalah dua ungkapan yang dijadikan satu.  Kesandhunging rata artinya tersandung di tanah yang rata. Biasanya kaki kita tersandung itu pasti ada sesuatu yang tidak rata disaat kita berjalan. Entah itu batu, entah itu akar pohon, entah itu tunggak, atau yang lain yang menyebabkan kita tersandung saat berjalan. Namun ungkapan ini adalah kesandhunging rata. Kesandung dijalan yang rata. Sedangkan kebentusing awang-awang, artinya terbentur oleh angkasa. Sebenarnya merupakan sesuatu hal yang mustahil, mengapa sampai bisa terbentur oleh angkasa, padahal angkasa, langit, isinya hanya udara, yang tidak ada apa-apanya, tetapi bisa menyebabkan kepala terbentur. Itulah arti kebentusing awang-awang.

Kesandhunging rata kebentusing awang-awang, adalah ungkapan untuk seseorang yang sedang terkena musibah, sedang mengalami kecelakaan, sedang mendapatkan halangan, atau sedang bernasib tidak baik. Ingatase neng nggon roto kok bisa kesandhung, neng angkoso kok bisa kebentus.
Hal yang perlu dicermati adalah kita perlu bersikap hati-hati dalam setiap langkah. Kemampuan manusia hanyalah sebatas merencanakan, sedangkan yang menentukan hasil akhirnya tentu saja Gusti Kang Akarya Jagad, Tuhan Yang Maha Kuasa. (Kridhaning ati tan bangkit mbedhah kuthaning pasthi, budidayaning manungsa tan kuwawa ngungkuli kodrating Kawasa). Dengan sudah sangat berhati-hati saja kadang-kadang mendapatkan kecelakaan, apalagi jika tidak disiapkan dengan penuh kecermatan.

Untuk menjadi subur, tanaman harus didhangir atau disiangi. Oleh karena itu,  walaupun kita saat ini sedang Kesandhunging rata kebentusing awang-awang, yang disebabkan oleh wabah yang melanda, namun kita harus yakin bahwa, ini merupakan dhangiran dari Tuhan Yang Mahaesa untuk meningkatkan derajad hamba-hambanya. Selamat WFH.

Pokoh, Senin Kliwon 30 Maret 2020
Purwadi

8 comments:

  1. Menarik. Saya belajar, mas Pur, dari tulisan ini...

    ReplyDelete
  2. Dalam langkap perjalanan manusia Mas Pur..tak tahu yang akan terjadi...tak disangka2...ya..ok siip..

    ReplyDelete
  3. Terimakasih mBak Rin, Pak Marsudi. sekedar mengingat ingat kembali pepatah Jawa, yang sebenarnya penuh makna.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini salah satu yang jadi minat saya, mas. Saya suka...

      Delete