--Rohmat Sulistya
tetes air hujan meluncur pelan
menjatuhkan diri dalam pangkuan daun
menabuh lembut, mengukir lambaian
dalam harmoni musik alam
daun selalu ingin berbagi
mengalirkan tetesan, memancar percikan
terlepas terhempas, menyerah diri pada bumi
seruakkan wangi tanah oleh basah
aku 'benci' saat seperti ini
saat hati merasa halu pada ketika itu
saat wangi tanah basah pernah pula bicara
pada dua hati yang sama-sama tidak tahu
tapi aku juga merindui waktu-waktu itu
saat gelora hati penuh tanya
dengan selembar kertas kusut kita saling bicara
untuk mencari tau, adakah ruangan di sebalik pintu hati
tetes hujan selalu alunkan musik rindu
wangi tanah basah selalu hadirkan makna memori
pada saat ketika kamu dan aku
memulai semuanya, menyusuri jalan takdir yang tak lama.
suatu sore28March2020
Hujan melahirkan berjuta gagasan yang dalam perjumpaannya dengan sensitivitas menghadirkan teks, salah satunya adalah puisi... I love poem, I love reading poem, I love writing poem, and I like your poem, mas Rohmat!
ReplyDeletei love poem too...
Delete... then I'm looking forward to reading your next ones ...
DeletePuisi itu selalu meliuk dengan ujung yang runcing.
ReplyDeletesy gak tau teori berpuisi; tp menikmati u/ nulis
DeleteTak perlu teori, mas ... just write.
DeleteSiip Mas Rohmad...
ReplyDeleteAlhamdulillah Pak Mar
Delete