Friday, January 25, 2019

“BERPIKIR” AKTIVITAS MANUSIA DARI DULU HINGGA SEKARANG

---Cahya Yuana

Gundah dan gelisah menyelimuti Ibrahim saat melihat orang-orang disekitarnya yang menjadikan berhala tidak hanya sebagai simbol akan tetapi telah menempatkan berhala sebagai tuhan. Pikirannya selalu menerawang apa yang harus ia lakukan untuk mengubah cara berpikir orang-orang disekitarnya. Berbagai cara telah dia lakukan akan tetapi seakan tembok tebal telah menitup pikiran dan hati mereka. Ide nakal dan radikal muncul dalam pikiran Ibrahim. Diam-diam Ibrahim mendatangi tempat berhala-hala tersebut ditaruh. Ibrahim mengambil kampak besar untuk menghancurkan berhala-hala tersebut. Sengaja satu berhala besar tidak dihancurkan oleh Ibrahim. Dengan cerdik Ibrahim mengalungkan kampak yang dia pakai pada berhala yang tidak hancurkan.

Saat pagi hari gegerlah setiap orang, melihat banyak berhala yang hancur. Siapa gerangan yang berani menghancurkan tuhan-tuhan mereka. Saat semua pada bingung munculah Ibrahim dan berseru bahwa yang menghancurkan berhala-berhala itu adalah berhala terbesar yang pagi itu masih utuh. Mendengar penjelasan Ibrahim semua pada teriak, “mana mungkin sebuah berhala yang tidak bisa apa-apa bisa menghancurkan. Mendengar itu Ibrahim berkata “kalau berhala itu tidak bisa berbuat apa-apa mengapa engkau menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan yang bisa memberikan apapun yang engkau berikan”. Peristiwa penghancuran berhala-hala ini menjadi awal perubahan di kaum Nabi Ibrahim

Cerita nabi Ibrahim tersebut bukan dalam rangka mengajak kita berdiskusi teologis maupun sosiologis dari cerita tersebut. Saya memulai dengan cerita tersebut untuk memberikan penekanan sebuah perubahan besar itu dimulai dari sebuah pikiran. Manusia lahir tidak dalam ruang hampa. Beragam budaya, idiologi, kepercayaam sistem sosial telah ada sebelum kita lahir. Tanpa kita sadari budaya, sistem sosial, idiologi yang mengelilingi kita berkontribusi terhadap kepribadian dan cara pikir kita. Akan tetapi seiring dengan kedewasaan kita baik kedewasaan dalam sisi psikologis maupun kedewasaan berpikir wajib bagi kita untuk merekonstruksi ulang apakah yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar. Dunia terus berubah maka sesuatu yang dulu kita yakini sebagai kebenaran bisa jadi berubah seiring dengan perubahan tersebut.

Salah satu keistimewaan manusia dibanding makhluk yang lain adalah kebredaan akal. Secara teologis beberapa agama akalah yang menjadikan tuhan meminta Iblis tunduk kepada Adam. Iblis menolak untuk tunduk kepada Adam, karena merasa lebih tinggi derajatnya dibanding manusia. Tapi tuhan memiliki cara untuk memperlihatkan bahwa manusia lebih tinggi derajatnya dibanding Iblis. Tuhan memperlihatkan benda-benda kepada Iblis dan Adam yang belum pernah tuhan perlihatkan kepada semua makhluknya. Iblis tidak bisa menyebut benda itu apa dan untuk apa, akan tetapi Adam dengan kemampuan akalnya bisa berpikir apa yang dimaksud dengan benda-benda tersebut.

Kalau kita baca sejarah, orang besar lahir karena proses berpikir. Cerita Newton dan buah apel merupakan bukti orang besar lahir dari proses berpikir. Meski cerita ini masih menjadi kontoiversi, tapi sebagai pembelajaran masih layak untuk disampaikan. Saat Newton sedang berada di kebun buah apel. Sebiji buah apel jatuh mengenai kepala Newton. Persitiwa yang biasa tapi tidak biasa bagi Newton. Newton kemudian berpikir kenapa buah apel saat jatuh tidak ke atas atau tidak melayang-layang. Jatuhnya buah apel ini yang menjadikan Newton berpikir keras sehingga memunculkan teori gravitasi sebagaiamana yang kita tahu.

Berpikir itu juga harus terus dilakukan tanpa lelah, karena bisa jadi hasil berpikir kita akan terwujud saat proses berpikir itu dilakiukan kesekian ribu kali. Kisah Thomas Alva Edison bisa menjadi pelajaran. Thomas Alva Edison adalah ilmuwan yang menciptakan lampu listrik pijar. Lampu pijar itu berhasil diciptakan oleh Thomas Alva Edison setelah dia berpikir dan mencoba ratusan kali. Percobaan yang ke 999 kali juga tidak berhasil. Thomas Alva Edison merasa frustasi dan ingin menghentikan percobaan membuat lampu pijar. Akan tetapi Thomas Alva Edison akhirnya memutuskan untuk tetap terus melanjutkan percobaan membuat lampu pijar. Sejarah akhirnya mencatat pada percobaan yang ke 1000, Thomas Alva Edison berhasil membuat lampu pijar. Bisa dibayangkan kalau Thomas Alva Edison menghentikan proses berpikirnya pada saat yang ke 999. Bisa jadi manusia sampai sekarang tidak akan bisa menikmati terangnya lampu.

Apa kesimpulan dari semua cerita diatas. Manusia dicipta salah tugasnya adalah untuk berpikir. Manuisia diangkat derajatnya lebih tinggi dari makhluk yang lain juga berpikir. Peradaban manusia begitu indah. Berpikir itu investasi masa depan. Apa yang kita pikirkan sekarang bisa jadi baru terwujud pada masa depan. Bisa jadi bukan kita yang menikmati hasil berpikir kita. Meski begitu saat kita mau berpikir kita sedang menggunakan kelebihan yang diberikan tuhan kepada kita. Karena itu teruslah berpikir kalau kita masih ingin mau dikatakan sebagai Manusia yang mempunyai derajat.

2 comments:

  1. Berpikir dan mengemukakan pemikiran adalah jalan orang-orang berani dan hikayat nabi selalu dipenuhi keberanian.

    ReplyDelete