Showing posts with label Hobby. Show all posts
Showing posts with label Hobby. Show all posts

Tuesday, July 21, 2020

WfH Series - Tentang Menulis: Merawat Ingatan



--Rin Surtantini



Sebuah notifikasi yang muncul di akun saya di kompas.id dan adanya pengumuman di harian Kompas cetak cukup menarik: Kompas Institute pada hari Sabtu, 11 Juli 2020, pukul 10 pagi sampai dengan 13 siang akan menyelenggarakan webinar berbayar melalui aplikasi Zoom dengan tema “Merawat Ingatan lewat Cerita”. Judul webinar ini menggerakkan hati saya untuk mendaftar menjadi pesertanya. Bukan karena saya ingin menjadi penulis cerita, tapi ada beberapa alasan mengapa saya tertarik untuk ikut…..

Pertama, karena penyajinya adalah Putu Fajar Arcana, yang tak asing lagi sebagai seorang penyair, penulis cerpen dan novel, wartawan Kompas senior, dan kurator cerpen Kompas. Bli Can, demikian panggilan akrabnya, akan menyajikan materi webinar ini bersama dengan Mohammad Hilmi Faiq, yang juga wartawan Kompas dan kurator cerpen Kompas. Alasan kedua, tema ini merupakan salah satu tema yang dekat dengan salah satu bidang ketertarikan saya, yaitu menulis, bidang sastra, bidang bahasa, dan dengan studi-studi saya selama ini. Ketiga, saya ingin mendapatkan sesuatu dan lain hal dari webinar ini bagi diri saya sendiri, dan yang juga nantinya suatu saat mungkin akan dapat saya manfaatkan atau bagikan kepada orang-orang lain, jika tiba saatnya dan jika diperlukan. Keempat, saya ingin menyaksikan webinar yang memberikan pembelajaran berupa sesuatu yang spesifik yang memang saya perlukan, jadi yang kontennya bukanlah sebagai forum pemberian informasi semacam kebijakan, peraturan-peraturan normatif, atau informasi tentang hal-hal yang sudah umum diketahui saat ini. Lalu, bagaimana dengan alasan berikutnya, alasan kelima, yaitu sertifikat? Itu konsekuensi logis dari mengikuti sebuah seminar. Begitu saja.

Maka, saya pun segera mendaftar. Setelah melakukan transfer investasi, saya segera menerima email yang memberitahukan link Zoom untuk bisa masuk ke acara tersebut pada tanggal mainnya. Melalui tulisan ini, saya titipkan beberapa  catatan yang saya dapatkan dari webinar tersebut tentang kegiatan menulis. Tentu saja menurut pemahaman saya yang sudah saya kembangkan sendiri lagi. Tulisan ini pun saya buat dengan maksud agar ingatan saya tidak tercecer.
***


Merawat ingatan lewat tulisan
Frasa ini menjadi judul dari webinar, yang seperti menitipkan pesan, bahwa tulisan dapat menjadi sarana untuk menyimpan peristiwa, yang dengan demikian membantu memelihara ingatan manusia yang terbatas. Maka dikatakan, rajin-rajinlah “menabung peristiwa” atau melakukan kurasi terhadap peristiwa, sehingga peristiwa-peristiwa itu akan menjadi “tabungan” yang dapat kita buka sewaktu-waktu kita memerlukannya. Ibarat pada masa pandemi ini, banyak dari kita secara finansial terpaksa tidak mendapatkan pemasukan atau tambahan, maka tabungan yang dimiliki, berapapun itu, meski dengan terpaksa, akan menjadi sangat bermanfaat dan bernilai untuk digunakan. Demikian juga dengan “tabungan peristiwa”, yang wujudnya mungkin berupa coretan-coretan, kerangka, mindmap, draft, sketsa, poin-poin, atau hanya sebuah kalimat sebagai judul, semuanya itu adalah tabungan peristiwa, yang dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu diperlukan dalam bentuk tulisan utuh.
Tulisan, dengan begitu, akan menjadi dokumentasi dari berbagai peristiwa, dan ia akan menjadikan ingatan kita terawat. Artinya, ketika tulisan itu dibaca pada suatu masa di depan, ia akan menghidupkan ingatan manusia, bahkan bisa jadi ia akan merawat harapan-harapan manusia dalam kehidupannya ke depan, dalam pengambilan keputusan ke depan yang lebih bijak, dalam belajar dan berkaca dari yang pernah dilakukan atau dialami, dalam bertindak, dan sebagainya.


Menabung peristiwa
Meskipun webinar ini sesungguhnya berfokus pada menulis “cerita”, khususnya “cerita pendek” sebagai bentuk tulisan, bagi saya beberapa prinsip atau nilai-nilai yang dikemukakan di dalamnya dapat dicatat atau diambil sebagai pelajaran atau pengetahuan. Tabungan peristiwa akan berfungsi sebagai sumber ide bagi sebuah tulisan. Peristiwa selalu terjadi setiap saat, berseliweran dalam tangkapan pancaindera manusia, dalam hati atau perasaan manusia. Peristiwa-peristiwa itu menyediakan sumber ide tulisan yang luar biasa jika dipelihara.
Nalar, sensitivitas, naluri, nurani, bekerja bersama-sama dalam diri manusia untuk menangkap banyak peristiwa. Akan tetapi, tabungan peristiwa setiap manusia berbeda-beda. Peristiwa streaming pembukaan sebuah diklat online misalnya, akan dicerna secara berbeda-beda antara satu penonton dengan penonton lainnya meski peristiwa itu dialami secara bersama-sama oleh mereka pada waktu yang sama pula. Kegiatan diklat online yang diikuti oleh sekian puluh peserta secara bersama-sama, juga akan dimaknai secara bervariasi antara peserta satu dengan peserta lainnya.
Bagaimanakah sebuah peristiwa itu potensial menjadi ide tulisan, atau dapat dijadikan tabungan ide? Bagaimanakah cara mendapatkan ide tulisan itu?

  1. Memiliki kedekatan dengan kita, artinya kita sendiri mungkin pernah mengalami persitiwa itu, kita tahu persis kejadiannya, kita nyata menghadapinya.
  2. Mengandung daya tarik yang kuat, artinya jika ide atau peristiwa itu dituliskan, akan mengundang rasa tertarik bagi orang lain karena hal-hal menarik diungkap di dalamnya.
  3.  Memiliki sisi-sisi yang unik, artinya ide atau peristiwa tersebut menjadi khas dan spesifik untuk diketahui banyak orang, belum ada atau tidak pernah ada sebelumnya.
  4. Mengandung perhatian, artinya ide atau peristiwa itu menonjol di antara ide-ide atau peristiwa-peristiwa lainnya, sehingga mendorong orang untuk ingin mengetahui.
  5. Bersifat otentik, artinya ide itu memang murni, bukan merupakan duplikasi dari sebuah peristiwa atau ide yang pernah dikemukakan, dialami, atau dipaparkan oleh orang lain.
  6. Bersifat dapat dikembangkan, artinya ide atau peristiwa tersebut memiliki banyak sisi atau aspek yang dapat meluas, bertumbuh menjadi gagasan baru.

Pertanyaan berikutnya, haruskah mengumpulkan tabungan ide atau mencari ide di tempat sepi?
Menulis: kerja soliter dengan berbagai manifestasi
Meskipun menulis itu lebih merupakan kerja soliter, seorang diri bergelut dengan pikiran, perasaan, pancaindera, naluri, nurani milik sendiri, bukan berarti ide harus dicari di tempat yang sepi.  Soliter dalam konteks ini adalah bagaimana seseorang mengupayakan pengayaan ide terhadap proses kreatif yang dilakukannya, seperti berdiskusi, membaca, melakukan riset, menonton, melakukan pengamatan, mendengarkan, mengolah pikiran kritisnya. Ia harus menjadi pengamat yang teliti, seorang yang skeptis (tidak mudah yakin terhadap sesuatu, terus menerus mempertanyakan sesuatu yang menjadi kegelisahannya) sehingga idenya dapat terus berkembang. Dalam konteks penelitian kualitatif, ketelitian dan sikap skeptis ini sangat membantu diperolehnya data secara detil, mendalam, dan komprehensif.

Soliter dalam konteks menulis ini juga terkoneksi dengan ide yang otentik, yang biasanya juga lahir dari suatu peristiwa atau pengalaman yang “personalized”, bersifat personal, sehingga ia memenuhi syarat terciptanya sisi unik dan daya tarik tersendiri. Walau misalnya peristiwanya mirip dengan yang dialami oleh orang lain, detilnya dapat berbeda antara orang satu dengan lainnya. Mengangkat peristiwa personal yang detil menjadi salah satu kekuatan sebuah tulisan.

Manifestasi soliter adalah juga bagaimana seseorang menyambung serpih-serpih ide yang berhasil dirawatnya dalam pergumulannya mengumpulkan tabungan ide atau peristiwa. Menyambung atau mengoneksikan sebuah fenomena dengan fenomena lain menjadi kekuatan yang dilakukan seseorang atas upayanya mengembangkan cara berpikir kritis dan pola pikir yang open-minded atau terbuka. Dengan pola pikir yang sempit atau narrow-minded, akan sulit bagi seseorang untuk menerima berbagai kemungkinan atau alternatif di jagad alam raya ini, akan sulit juga baginya untuk berhasil menemukan koneksi atau sambungan peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Proses berpikir dan hasilnya menjadi pendek-pendek, tertutup, dan tidak berkembang. Sambungan serpih-serpih ide atau peristiwa yang berhasil dijalin oleh penulis, juga akan menjadi cara untuk membawa orang lain sebagai pembaca pada perenungan, proses refleksi, sehingga orang lain pun menjadi kaya. Orang lain mendapatkan “gizi” dari tulisan itu.

Kerja soliter dalam menulis adalah juga bagaimana menitipkan pesan kepada pembaca atau penikmat tulisan tersebut. Pesan adalah sesuatu yang lagi-lagi personalized, dapat mencerminkan pikiran, sikap, perilaku, cara pandang penulisnya. Pesan juga merupakan “nilai-nilai” atau values yang disampaikan penulis. Nilai-nilai ini juga menjadi kekuatan seseorang dalam tulisannya. Dalam konteks ini, kembali otentisitas seseorang dalam menulis akan terlihat kuat apabila itu memang lahir dari pengalaman personalnya, bukan dengan mencuri ide atau gagasan orang lain, atau meniru gaya yang dimiliki oleh orang lain.

Menyusuri jalan sendiri
Menulis memang mungkin tak bisa diajarkan, oleh karena itu dikatakan, silakan menyusuri jalan sendiri. Jangan meniru, temukan cara mengekspresikan karya sendiri, dan ini akan menentukan otentisitas karya seseorang serta menyelamatkannya dari praktik menjadi seorang plagiat, atau praktik yang sekedar mencomot sana mencomot sini tanpa menerapkan etika publikasi. Ini juga akan merefleksikan “wajah” seseorang secara jelas dan khas. Oleh karena itu, sesuatu yang bersumber dari peristiwa atau pengalaman personal menjadi sebuah kekuatan dalam mengembangkan ide. Selanjutnya, bagaimana membawa sesuatu yang bersifat personal ini menjadi milik publik melalui tulisan juga menjadi kekuatan lain dalam menulis. Tulisan mencerminkan juga bagaimana seseorang melakukan komunikasi publik dan menerapkan etikanya.
Ini semua mengingatkan saya akan jenis-jenis tulisan yang dihasilkan di lingkungan pengajar selama ini, seperti bahan ajar, modul, handout, artikel jurnal hasil penelitian, artikel majalah, artikel seminar dalam prosiding, buku, dan lain sebagainya. Menulis itu, pada tingkat kepentingan dan keperluan atau tujuan tertentu, ternyata juga dapat merupakan peristiwa terjadinya pengabaian terhadap nilai-nilai yang seyogyanya muncul dalam hasil tulisan….  Selamat menulis!

Yogyakarta, 20 Juli 2020.


Gambar: https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/jlF-AyOy3g13hBKOBu16IRU23H8=/1280x720/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1553188/original/072338900_1490964765-writing.jpg

Thursday, April 30, 2020

WfH Songs: MARI BELAJAR BARENG...


---Irene Nusanti

Belajar sendiri tidak selalu mudah; belajar bareng tidak selalu langsung benar, tetapi belajar bareng pasti selalu bisa MENUMBUHKAN MOTIVASI untuk terus belajar. Mengutip kata-kata Maxwell, orang yang takut gagal tidak akan mencoba apa-apa dan orang yang tidak mencoba apa-apa adalah orang yang tidak belajar apapun. Jika kalimat-kalimat tersebut digabungkan, dengan KOLABORASI akan tumbuh motivasi untuk terus mencoba tanpa harus menghitung berapa kegagalan yang dialami. Yang harus dihitung dan direfleksikan adalah nilai pembelajaran baru (new learning value) apakah yang diperoleh dari setiap kegagalan. Berbekal prinsip itulah dicoba berbagai usaha untuk terus belajar musik dan bernyanyi. Salah satu usaha yang dilakukan kali ini adalah mencoba melakukan apa yang dilakukan 'teman-teman widyaiswara musik yang menjadi model kami' di saat wfh, walaupun dengan bentuk yang sangat sederhana dan dengan hasil yang pastinya jauh berbeda. 

Dengan mencoba belajar seperti yang dilakukan para ahli musik tersebut memberi tantangan tersendiri, sekaligus memotivasi untuk berusaha lebih maksimal. 'Elek Yo Band' para menteri kabinet Jokowi juga menjadi salah satu referensi yang menggugah semangat belajar tak kenal menyerah, dengan segala keterbatasan yang ada, tentunya: waktu, pekerjaan lain yang juga harus dikerjakan, kemampuan musikalitas yang sangat terbatas. Yang menarik adalah, meskipun baru memiliki kemampuan bermain dan bernyanyi seperti sekarang, namun hal ini sudah bisa mendatangkan sukacita. Perasaan sukacita inilah yang mendorong ingin belajar terus secara kolaboratif untuk mendapatkan learning value yang baru. Dalam belajar secara kolaboratif ini, widyaiswara yang sudah pensiun juga diajak untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa bekerja bisa pensiun..tetapi menyanyi tidak mengenal pensiun, kecuali kita sendiri yang memutuskannya untuk tidak lagi mau menyanyi. Mari tetap bermusik dan bernyanyi...agar tetap gembira..karena hati yang gembira adalah OBAT (bagi yang sakit) dan VITAMIN (bagi yang sehat).


Salam doremi

Ini Videonya....





Friday, April 17, 2020

WfH Song: Ada Corona B’lajar Dirumah


---Diah Uswatun

Lagu dengan judul “Datang corona b’lajar dirumah” ini berawal dari sebuah grup wa guru TK-PAUD yang mengeluh anak didiknya mulai jenuh dirumah. Dengan bekal terbatas guru-guru TK membuat lagu yang direkam di HP dan di share di grup. Dari situlah semua saling tukar menukar lagu dan memberikannya kepada anak-anak. Saya juga membuat lagu yang berjudul: “Ada corona b’lajar dirumah”. Lirik lagu yang saya buat ini merupakan informasi bahwa anak-anak tidak boleh takut dan panik dengan virus corona tetapi harus waspada. Gara-gara virus corona ini, hampir 1 bulan lebih anak-anak terpaksa menghentikan kegiatan belajar mereka di sekolah, dan menggantinya dengan kegiatan belajar dari rumah. Bosan? Sudah pasti. Terutama karena mereka tidak bisa bertemu dan bermain dengan teman-teman sekolahnya. Itu info dari guru-guru TK lhooo ……

Belajar dirumah merupakan kegiatan belajar selama ada virus corona.

Lagu ini mudah dinyanyikan … lirik tentang corona tidak menakut-nakuti tetapi perlu diwaspadai ….

Yuuk kita nyanyikan bersama ….(sementara saya nyanyikan dulu …guru dan anak tinggal menirukan) …

ADA CORONA B’LAJAR DIRUMAH


Do: Bes, 4/4 Gembira Diah Uswatun N


DATANG DARI WUHAN 

CORONA NAMANYA

MELANDA DUNIA 

TAK KENAL TUA MUDA


JANGAN TAKUT DAN PANIK

SLALU WASPADA

‘TUK BLAJAR DIRUMAH 

SAMPAI CORONA SIRNA



REFF: KERJAKAN TUGASMU DENGAN GEMBIRA


AYO TETAP SMANGAT B’LAJAR DIRUMAH


Video:








Thursday, April 2, 2020

WfH Hobi: POND ARRANGEMENT


---Heru Subagiyo


Program kerja dari rumah atau belajar dari rumah karena efek virus covid-19 atau corona, merupakan salah satu program karantina mandiri. Program ini merupakan salah satu program agar tidak tertular atau menularkan virus covid-19. Satu sisi program ini membatasi ruang gerak menjadi sempit atau terkontrol, tetapi hal ini tidak bisa membatasi yang namanya ruang imajinasi atau ruang kreatifitas. Ruang kreatifitas tidak bisa terbatasi oleh ruang realitas dan waktu. Justru dengan terbatasinya ruang gerak, akan memfokuskan hal-hal yang dahulunya tidak menjadi pengamatan, akan menjadi fokus dan itu bisa memicu ide atau gagasan serta kreatifitas akan muncul. Ketika ruang gerak tidak terbatasi, barang atau benda-benda bekas akan menjadi barang atau benda bekas adanya, tetapi ketika ruang gerak terbatasi barang yang tidak berharga akan menjadi barang yang siap memiliki harga. Campur tangan kreatifitas dan inovasi lah yang berperan.

Pond 
arrangement dalam judul ini adalah kegiatan menyusun atau menata kolam ikan dari barang-barang bekas atau barang-barang yang ada di sekitar kita, yang sudah dianggap tidak ada manfaatnya lagi. Awalnya hanya mengamati barang-barang itu di sekitar kita, dan memunculkan ide atau gagasan (bisa dijadikan apakah barang tersebut). Setelah itu baru mengamati lebih selektif dan meluas kepada barang-barang yang lain, apakah bisa mendukung sebagai elemen kelengkapan barang utama. Ketika semua barang sudah terkumpul, baru dilakukan kegiatan persiapan mengubah barang-barang bekas atau yang sudah tidak bermanfaat tadi menjadi barang baru. Dalam kegiatan inilah peran kreatifitas dan inovasi mulai muncul (seolah-olah innovator, padahal ya cuma kepepet saja).




Kegiatan pertama adalah membersihkan dan menambal lantai pot bunga yang berlubang dengan semen sedikit (kolam utama dari bekas pot tanaman yang tidak dimanfaatkan lagi). Setelah menambal dengan semen, kemudian dilanjutkan dengan melapisi dengan bahan pelapis beton kolam (jangan lupa membersihkan dan mencuci pot tersebut sebelum dilapisi, maklum masih penuh dengan media tanam tumbuhan). Setelah dilapisi dan dikeringkan, mulai dicoba isi air, masih bocor apa tidak. Kalau sudah tidak bocor berarti aman dan siap dengan kegiatan berikutnya, yaitu menyiapkan elemen pendukung yaitu, bahan atau material yang melengkapi kolam tersebut menjadi lebih artistik. Sebenarnya kolam seperti tampak pada gambar sudah siap digunakan untuk tempat hidup ikan, tetapi ikan pasti tidak akan nyaman hidupnya (seperti tempat hidup ikan di gurun). Air kolam tersebut pasti panas karena terpapar panas matahari lebih lama, dan karena berwarna hitam (maklum taruh kolamnya di area full sun).

 


Kegiatan kedua adalah menyiapkan elemen pendukung kolam tersebut agar lebih nyaman dan lebih artistik (artis banget). Barang pertama adalah persiapan tempat filter, atau penyaring kotoran ikan, dan ini juga dari barang bekas (bekas pot kaktus). Barang dalam gambar ini adalah bekas pot yang diubah menjadi tempat filter atau penyaring kotoran ikan. Pot ini juga perlu dilapisi bagian dalamnya dengan pelapis beton agar tidak bocor (padahal tetap diberi lubang untuk mengalirkan air pada bagian dasarnya). Setelah pot tersebut siap, baru diberi bahan penyaring air (bahan dakron untuk filter yang digunakan untuk filter air aquarium). Barang kedua untuk elemen pelengkap yang perlu disiapkan adalah landasan tempat filter. Landasan atau tempat dudukan filter ini juga dari bahan natural dan gratis, tinggal bagaimana kreasi kita merangkainya. Barang ini terbuat dari ranting bambu kering dan dapat munggut dari kebun tetangga. Ranting bambu ini sangat kuat dan tidak keropos serta mudah dirangkai. Selain itu ranting bambu ini bisa sangat artistik. Cara membuatnya juga tidak sulit, hanya bermodalkan alat potong dan kawat sebagai pengikatnya. Karena akan diletakkan di atas pot kolam utama, maka dibuat tidak sama panjangnya. Tatakan atau lantasan filter ini tidak perlu di lapisi coating kayu (kalau mau dilapisi, perlu pelapis kayu yang tidak berbahaya untuk air kolam dan ikan).




Barang kedua sudah siap, selanjutnya adalah barang atau elemen ketika yaitu batu. Elemen ini sangat banyak di sekitar kita, tinggal pilih sesuai dengan selera dan kebutuhan kolam. Yang perlu diperhatikan terhadap pemilihan batu untuk kolam adalah lebih baik menggunakan batu yang banyak rongganya (lavarock). Batu berongga ini selain untuk keperluan artistik juga sebagai media atau rumah bakteri pengurai kotoran ikan. Kita ketahui bahwa kotoran ikan akan memproduksi amoniak, dan untuk itu perlu proses nitrifikasi, agar kotoran ikan tersebut tidak menjadi amoniak. Amoniak dalam air bisa menyebabkan kematian pada ikan.


 

Kegiatan ketiga adalah mulai merangkai atau menyusun (arrangement) semua elemen yang sudah disiapkan, menjadi satu bentuk kolam ikan. Kegiatan merangkai ini sesuai dengan selera dan gambaran dari ide atau gagasan awal. Dimulai dari persiapan kolam, meletakkan tatakan tempat filter, dan meletakkan tempat filter pada tatakannya. Tempat filter ini tidak perlu dikunci atau dibuat permanen, agar mudah ketika membersihkan filter yang telah kotor.




Perlu diingat bahwa pembuatan kolam ikan adalah pembuatan ekosistem terkontrol, karena tempat itu akan dihuni oleh maklum hidup, sehingga perlu syarat nyaman dan sehat untuk tumbuh dan berkembang ikan. Untuk memenuhi syarat tersebut, berarti air perlu oksigen terlarut dan bakteri pengurai yang melimpah serta meminimalisir tumbuhnya algae (secara natural, air yang hijau, coklat, hitam, bahkan merah merupakan indikator kalau air tersebut banyak mengandung algae). Tumbuhnya algae dalam air perlu dikontrol, karena akan berebut oksigen terlarut dengan ikan. Kolam ini fullsun atau tempatnya outdoor, maka air perlu adanya pelindung dari paparan sinar matahari langsung agar tidak tumbuh algae (meskipun algae juga bagus sebagai makanan alami ikan). Untuk itu perlu penambahan tanaman air dalam kolam. Selain untuk tujuan artistik, juga membantu tersedianya oksigen terlarut dalam air. Tanaman air dalam kolam fungsinya hampir sama seperti hutan bagi kehidupan kita, yaitu penyedia oksigen. Selain penggunaan tanaman air dalam kolam, penyediaan oksigen juga bisa dilakukan dengan bantuan aerator (campur tangan teknologi sederhana). Fungsi aerator ini adalah mencampurkan oksigen bebas menjadi oksigen terlarut dalam air. Kita ketahui bahwa kebutuhan oksigen bagi makluk hidup adalah sangat penting. Orang kota banyak yang sakit dan mudah kelelahan adalah akibat dari kekurangan oksigen bersih dalam tubuhnya.




Langkah-langkah yang disebutkan di atas adalah dalam rangka membuat ekosistem terkontrol, yaitu kolam ikan. Penyusunan atau penataan dengan tujuan pembuatan ekosistem ini tidak harus dari barang baru, tetapi bisa dilakukan dengan konsep reuse dan recycle serta refunction (padahal kepepet, karena barang atau benda adanya hanya itu). Dari barang yang tidak bermanfaat, dijadikan barang yang bermanfaat dan berguna. Semua karena ada campur tangan kreatifitas dan daya inovasi. Hal ini sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki manusia abad 21 (ini seperti pengajar program PKP), dimana manusia akan tetap bisa survive kalau memiliki kompetensi 4C (creative and innovative skill, communication skill, collaboration skill, dan critical thinking and problem solving skill (edisi belajar bahasa Inggris, mohon koreksi kalau belum tepat)). Dan seperti gambar berikut, dimana tercipta sebuah ekosistem terkontrol yang terbuat dari barang bekas atau barang yang beralih fungsi, dari tempat hidup tumbuhan, menjadi tempat hidup ikan. 



(Heru Subagiyo, edisi WFH)