Bekerja dari
rumah, Work From Home (WFH) kali ini saya isi dengan menulis untuk mengenang
kembali sewaktu belajar teater di masa lalu. Dulu pelajaran yang saya peroleh dalam belajar
teater belum mendalam, tidak seruntut apa yang telah disampaikan Mas Eko saat
ini di you tube SINTEDARU Episode 1 samapi 10 yang dismpaikan secara
bertahap. Dalam sepekan ini saya
mengikuti materi teater yang disampaikan Mas Eko lewat you tube, saya jadi
mengingat waktu belajar teater di IKIP Surabaya sekitar tahun 90-an. Untuk
bermain peran harus mengerti dan memahami kharakter dari yang diperankan
sehingga memudahkan untuk memainkan peran tersebut. Hal ini pernah saya alami
sewaktu berlatih teater di Kampus IKIP Surabaya.
Pada saat
berlatih teater saya pernah memerankan sosok Al Pacino, kharakter yang dianggap sosok kontroversi di lingkungan masyarakat tempat
tinggalnya. Pemuda yang bernasib kurang beruntung memiliki sifat sesuka hatinya
dengan kebebasannya. Susah diatur sampai dikeluarkan dari New York High
School of Performing Arts di usia 17 tahun dan kabur dari rumah setelah
sempat bertengkar hebat dengan ibunya. Hidup bersenang-senang mengenal ganja
sejak usia 13 tahun, ia harus bersedih melihat dua temannya meninggal dunia di
usia 19 tahun karena overdosis narkoba. Untuk menyambung hidup, Al Pacino
mengerjakan berbagai pekerjaan secara serabutan, termasuk kondektur bus,
pengantar surat, dan office boy sekolah. Meski begitu, ia tetap lanjut
mempelajari seni peran di HB Studio. Dengan
semangat dan motivasinya Al- Pacino ingin keluar dari masa yang suram dimasa
remajanya, sehingga pada akhirnya menjadi orang yang sukses dalam berbagai hal.
Hal yang menarik
dari pengalaman ini adalah belajar teater bisa melatih diri untuk berani menghadapi
kalayak ramai. Belajar teater bisa dijadikan materi dalam mengisi kegiatan KKN
di masyarakat yang pernah saya tempati. Pengalaman yang saya peroleh waktu
belajar teater di Kampus bisa kami jadikan modal untuk berani
menularkan ilmu teater tersebut di tempat KKN. Materi yang kami sampaikan waktu itu sebatas olah
vocal, improfisasi dan meditasi.
Sebelum mulai
berlatih selalu diawali dengan mengucapkan semboyan dan slogan di teater Kampus
kami yang berbunyi “Kemarin esuk adalah hari Ini, Bencana dan Keberuntungan sama saja, Langit diluar langit dibadan menyatu dalam
jiwa” dengan mata terpejam.
Kegiatan
berikutnya sebagai cara untuk melatih mental adalah berjalan-jalan membawa
barang-barang yang mungkin barang tersebut adalah barang yang tidak biasa dibawa oleh kebanyakan orang pada
umumnya dan melewati jalan ramai yang banyak dilalui orang ( missal: berkalung
kerupuk,menarik kaleng dengan suara berisik, dsb ).
Latihan vocal
dengan mengolah vocal huruf AAAAAAAAAA, IIIIIIIIIIIIIIIIIIIII, UUUUUUUUUUUUUUUUU,
EEEEEEEEEEEEEEEE,OOOOOOOOOOOOOOOOO dengan pengucapan yang benar dan suara yang
keras.
Improvisasi
dengan disediakan model / media sebagai bahan improvisasi missal : Bunga…ooo
bunga engkau indah sekali bagai bidadari di siang hari dst..nya. Sandal...Ooo
sandal engkau tak perduli dengan bebanmu yang berat selalu ditindih oleh
kerasnya kehidupan…Disela melintas badai yang keras menghempas dihimpit oleh kerasnya kehidupan
dia terus mencari dan mencari kini semakin terasa cinta mengalahkan
segalanya…….. Batang-batang itu adalah kenangan yang semakin lama semakin kurus
akhirnya hilang dibalik kabut, tertindih oleh salju…. pucat dan semakin berat…
putih cintaku putih rinduku adalah cinta dalam kenang dan rindu………….
Meditasi missal
mengingat masa lalu yang paling menyedihkan atau menyenangkan diuangkapan dalam
perasaan missal : ditinggalkan orang yang sangat disayangi dan dicintai,
peristiwa yang menyenangkan…dst…
Pengalaman
menarik lainnya adalah pernah mengundang penulis Novel “Ahmadi Patrianus”
tentang karya tulisnya yang dijadikan sebuah pementasan teater yang diperankan
oleh pemeran yang sesuai dengan kharakter peran yang dimaksud seperti dalam
naskah dalam novel tersebut, tetapi pemahaman dari penerjemah dari novel ke pementasan
teater belum tentu sesuai dengan maksud dari penulis, maka dibuatlah naskah tulisan
untuk pementasan teater dan penulis diundang untuk mengamati alur cerita dan
kharakter dari peran yang ditampilkan. Pada
peran tersebut ternyata menurut penulis banyak sekali dari maksud tulisan dari
Novel tersebut tidak sesuai dengan kharakter peran yang ditampilkan dalam pementasan
teater yang diperankannya. Misalnya harusnya pemeranan kharakter orang yang
gagah perkasa dan memiliki kemauan yang keras
yang dimaksud dalam Novel justru diperankan dengan kharakter peran yang
tua dengan kondisi fisik yang lemah atau sakit-sakitan.
Pengalaman lain yang
pernah kami lakukan dalam bentuk lawakan pada acara Kegiatan Karangtaruna di
Desa untuk mendampingi PKL SPP/SPMA
sebuah cerita lawakan yang berisi tentang plesetan-plesetan kata jadi
lucu dengan Judul “BOY BOLANG”
Kegiatan Pramuka siswa SMK untuk mendampingi lomba Seni Budaya di tingkat Kabupaten dikemas dalam
sebuah cerita dengan Judul “KEN AROK” Kegiatan Pramuka Siswa SD untuk mendampingi lomba Seni Budaya di
tingkat Kecamatan sebuah kisah dengan
Judul “SELAMAT JALAN PELAN PELAN” Kegiatan AMPI di tingkat Kecamatan dengan Judul “SULAP MENEBAK WARNA”
dan sebagainya.
Belajar menulis dari pengalaman ini
sangat menarik untuk mengenang kembali peristiwa masa lalu dan bermanfaat untuk menunjang keberanian dalam penampilan
di masyarakat pada umumnya.
Semoga kita tetap mau semangat belajar dan
belajar.
Yogyakarta, 28 April 2020
Marsudi