Thursday, April 30, 2020

WfH Series: “KENANGAN BELAJAR TEATER“

---Marsudi




Bekerja dari rumah, Work From Home (WFH)   kali ini saya isi dengan menulis untuk mengenang kembali sewaktu belajar teater di masa lalu.  Dulu pelajaran yang saya peroleh dalam belajar teater belum mendalam, tidak seruntut apa yang telah disampaikan Mas Eko saat ini di you tube SINTEDARU Episode 1 samapi 10 yang dismpaikan secara bertahap. Dalam  sepekan ini saya mengikuti materi teater yang disampaikan Mas Eko lewat you tube, saya jadi mengingat waktu belajar teater di IKIP Surabaya sekitar tahun 90-an. Untuk bermain peran harus mengerti dan memahami kharakter dari yang diperankan sehingga memudahkan untuk memainkan peran tersebut. Hal ini pernah saya alami sewaktu berlatih teater di Kampus IKIP Surabaya.
Pada saat berlatih teater saya pernah memerankan sosok Al Pacino, kharakter  yang dianggap sosok  kontroversi di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Pemuda yang bernasib kurang beruntung memiliki sifat sesuka hatinya dengan kebebasannya. Susah diatur sampai dikeluarkan dari New York High School of Performing Arts di usia 17 tahun dan kabur dari rumah setelah sempat bertengkar hebat dengan ibunya. Hidup bersenang-senang mengenal ganja sejak usia 13 tahun, ia harus bersedih melihat dua temannya meninggal dunia di usia 19 tahun karena overdosis narkoba. Untuk menyambung hidup, Al Pacino mengerjakan berbagai pekerjaan secara serabutan, termasuk kondektur bus, pengantar surat, dan office boy sekolah. Meski begitu, ia tetap lanjut mempelajari seni peran di HB Studio.  Dengan semangat dan motivasinya Al- Pacino ingin keluar dari masa yang suram dimasa remajanya, sehingga pada akhirnya menjadi orang yang sukses dalam berbagai hal.
Hal yang menarik dari pengalaman ini adalah belajar teater bisa melatih diri untuk berani menghadapi kalayak ramai. Belajar teater bisa dijadikan materi dalam mengisi kegiatan KKN di masyarakat yang pernah saya tempati. Pengalaman yang saya peroleh waktu belajar teater di  Kampus  bisa kami jadikan modal untuk berani menularkan ilmu teater tersebut di tempat  KKN. Materi  yang kami sampaikan waktu itu sebatas olah vocal, improfisasi dan meditasi.
Sebelum mulai berlatih selalu diawali dengan mengucapkan semboyan dan slogan di teater Kampus kami yang berbunyi “Kemarin esuk adalah hari Ini,  Bencana dan Keberuntungan sama saja,  Langit diluar langit dibadan menyatu dalam jiwa” dengan mata terpejam.
Kegiatan berikutnya sebagai cara untuk melatih mental adalah berjalan-jalan  membawa  barang-barang yang mungkin barang tersebut adalah barang  yang  tidak biasa dibawa oleh kebanyakan orang pada umumnya dan melewati jalan ramai yang banyak dilalui orang ( missal: berkalung kerupuk,menarik kaleng dengan suara berisik, dsb ).
Latihan vocal dengan mengolah vocal huruf AAAAAAAAAA, IIIIIIIIIIIIIIIIIIIII, UUUUUUUUUUUUUUUUU, EEEEEEEEEEEEEEEE,OOOOOOOOOOOOOOOOO dengan pengucapan yang benar dan suara yang keras.
Improvisasi dengan disediakan model / media sebagai bahan improvisasi missal : Bunga…ooo bunga engkau indah sekali bagai bidadari di siang hari dst..nya. Sandal...Ooo sandal engkau tak perduli dengan bebanmu yang berat selalu ditindih oleh kerasnya kehidupan…Disela melintas badai yang keras  menghempas dihimpit oleh kerasnya kehidupan dia terus mencari dan mencari kini semakin terasa cinta mengalahkan segalanya…….. Batang-batang itu adalah kenangan yang semakin lama semakin kurus akhirnya hilang dibalik kabut, tertindih oleh salju…. pucat dan semakin berat… putih cintaku putih rinduku adalah cinta dalam kenang dan rindu………….
Meditasi missal mengingat masa lalu yang paling menyedihkan atau menyenangkan diuangkapan dalam perasaan missal : ditinggalkan orang yang sangat disayangi dan dicintai, peristiwa  yang menyenangkan…dst…
Pengalaman menarik lainnya adalah pernah mengundang penulis Novel “Ahmadi Patrianus” tentang karya tulisnya yang dijadikan sebuah pementasan teater yang diperankan oleh pemeran yang sesuai dengan kharakter peran yang dimaksud seperti dalam naskah dalam novel tersebut, tetapi pemahaman dari penerjemah dari novel ke pementasan teater belum tentu sesuai dengan maksud dari penulis, maka dibuatlah naskah tulisan untuk pementasan teater dan penulis diundang untuk mengamati alur cerita dan kharakter dari peran yang ditampilkan.  Pada peran tersebut ternyata menurut penulis banyak sekali dari maksud tulisan dari Novel tersebut tidak sesuai dengan kharakter peran yang ditampilkan dalam pementasan teater yang diperankannya. Misalnya harusnya pemeranan kharakter orang yang gagah perkasa dan memiliki kemauan yang keras  yang dimaksud dalam Novel justru diperankan dengan kharakter peran yang tua dengan kondisi fisik yang lemah atau sakit-sakitan.
Pengalaman lain yang pernah kami lakukan dalam bentuk lawakan pada acara Kegiatan Karangtaruna di Desa untuk mendampingi PKL SPP/SPMA  sebuah cerita lawakan yang berisi tentang plesetan-plesetan kata jadi lucu  dengan Judul “BOY BOLANG” Kegiatan Pramuka siswa SMK untuk mendampingi lomba  Seni Budaya di tingkat Kabupaten dikemas dalam sebuah cerita dengan Judul “KEN AROK” Kegiatan Pramuka  Siswa SD untuk mendampingi lomba Seni Budaya di tingkat Kecamatan sebuah kisah   dengan Judul “SELAMAT JALAN PELAN PELAN” Kegiatan AMPI di tingkat Kecamatan dengan Judul “SULAP MENEBAK WARNA” dan sebagainya.
Belajar menulis dari pengalaman ini sangat menarik untuk mengenang kembali peristiwa masa lalu dan  bermanfaat untuk menunjang keberanian dalam penampilan di masyarakat pada umumnya.
 Semoga kita tetap mau semangat belajar dan belajar.


Yogyakarta, 28 April 2020
Marsudi

WfH Songs: MARI BELAJAR BARENG...


---Irene Nusanti

Belajar sendiri tidak selalu mudah; belajar bareng tidak selalu langsung benar, tetapi belajar bareng pasti selalu bisa MENUMBUHKAN MOTIVASI untuk terus belajar. Mengutip kata-kata Maxwell, orang yang takut gagal tidak akan mencoba apa-apa dan orang yang tidak mencoba apa-apa adalah orang yang tidak belajar apapun. Jika kalimat-kalimat tersebut digabungkan, dengan KOLABORASI akan tumbuh motivasi untuk terus mencoba tanpa harus menghitung berapa kegagalan yang dialami. Yang harus dihitung dan direfleksikan adalah nilai pembelajaran baru (new learning value) apakah yang diperoleh dari setiap kegagalan. Berbekal prinsip itulah dicoba berbagai usaha untuk terus belajar musik dan bernyanyi. Salah satu usaha yang dilakukan kali ini adalah mencoba melakukan apa yang dilakukan 'teman-teman widyaiswara musik yang menjadi model kami' di saat wfh, walaupun dengan bentuk yang sangat sederhana dan dengan hasil yang pastinya jauh berbeda. 

Dengan mencoba belajar seperti yang dilakukan para ahli musik tersebut memberi tantangan tersendiri, sekaligus memotivasi untuk berusaha lebih maksimal. 'Elek Yo Band' para menteri kabinet Jokowi juga menjadi salah satu referensi yang menggugah semangat belajar tak kenal menyerah, dengan segala keterbatasan yang ada, tentunya: waktu, pekerjaan lain yang juga harus dikerjakan, kemampuan musikalitas yang sangat terbatas. Yang menarik adalah, meskipun baru memiliki kemampuan bermain dan bernyanyi seperti sekarang, namun hal ini sudah bisa mendatangkan sukacita. Perasaan sukacita inilah yang mendorong ingin belajar terus secara kolaboratif untuk mendapatkan learning value yang baru. Dalam belajar secara kolaboratif ini, widyaiswara yang sudah pensiun juga diajak untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa bekerja bisa pensiun..tetapi menyanyi tidak mengenal pensiun, kecuali kita sendiri yang memutuskannya untuk tidak lagi mau menyanyi. Mari tetap bermusik dan bernyanyi...agar tetap gembira..karena hati yang gembira adalah OBAT (bagi yang sakit) dan VITAMIN (bagi yang sehat).


Salam doremi

Ini Videonya....





WfH Series: Menyimak SINTEDARU


--Rin Surtantini


Pada tengah malam yang sunyi pada hari Minggu, 19 April 2020, ada denting suara Whatsapp, pertanda ada yang mengeposkan sesuatu di sana. Ternyata link video di Youtube: “SINTEDARU Episode 1 – Teater, Suami Istri Ngobrol Teater dari Rumah”. Posting dengan judul video itu tentu saja menimbulkan keingintahuan untuk dibuka dan ditonton, meskipun saat itu malam sudah akan mulai menggelinding menuju dini hari…

SINTEDARU, rupanya singkatan dari “Suami Isteri Ngobrol Teater dari Rumah”, sebuah channel yang direncanakan tayang setiap hari selama Work from Home, demikian dikatakan oleh Eko Ompong, sebagai pengisi konten acara itu --yang mengisinya dengan obrolan ringan antara suami dengan isteri tentang teater sebagai bagian dari Work from Home karena pandemi Covid. “Cuma isteri saya tidak masuk di frame…. Nanti dia yang tanya, saya yang jawab”, katanya sambil tertawa. “Jadi saya akan ditanya oleh istri saya. Dengarkan suaranya ….. ”

Obrolan pembuka di awal video itu memang terasa santai karena memang itu adalah obrolan yang nyata antara suami (Eko) dan isteri (Cucut), yaitu obrolan mengenai bidang yang ditekuni oleh Eko sebagai orang teater.

[Cuplikan transkrip pada episode kesatu]:
Cucut    : Obrolnya teater ya mas ya…
Eko         : Iyo. Acara teater SINTEDARU. Kepiye to
Cucut    : Aku dudu cah teater kok soale...
Eko         : Yo ora popo. Ning lak bojomu wong teater.
Cucut    : Oh ya, teater. Titer ya…


Dan terdengar suara tawa renyah mereka sebelum kemudian dialog atau obrolan dan tanya jawab seputar tema materi episode 1 itu pun dilakukan secara serius.


***

Demikianlah. Bagi yang tertarik, maka setiap episode pun diikuti atau disimak. Maka sampai dengan saat tulisan ini dibuat, SINTEDARU sudah memasuki episode yang kesepuluh. Simak nomor-nomer episodenya:


Episode 1: Teater Dasar
Episode 2: Teater Modern dan Tradisional   
Episode 3: Teater dan Drama
Episode 4: Teater dan Pendidikan
Episode 5: Teater di SMK dan Sekolah Umum
Episode 6: Teater dan Manajemen
Episode 7: Sutradara
Episode 8: Aktor
Episode 9: Teater dan Penonton
Episode 10: Teater dan Masyarakat



Wah, hebat ya… Tayang setiap hari dengan konten yang bervariasi mengenai teater. Siapa pun bisa menikmati seri pelajaran ini. Maka berbagai keingintahuan di balik keberadaan program ini pun lalu timbul…..

Satu hal yang menarik perhatian dari program SINTEDARU ini adalah ia muncul sebagai salah satu solusi kegiatan belajar teater dari rumah secara online yang diproduksi selama pandemi Corona-19 berlangsung. Belajar mengenai teater dapat dilakukan secara lebih fleksibel, anytime, karena materi atau konten disajikan dalam bentuk audio-visual yang berfungsi sebagai bahan belajar. Selain itu, konten disajikan secara santai dan ringan, mudah diterima oleh orang yang mau belajar atau yang ingin memeroleh pengetahuan ataupun sekedar mencari informasi mengenai teater, bisa untuk siapa pun atau umum tanpa persyaratan jenjang pendidikan khusus.



Bagi yang profesinya adalah pengajar, program semacam ini merupakan salah satu wujud nyata dari kegiatan work from home yang direncanakan atau dirancang dan dikelola secara serius karena memiliki pola atau struktur. Tayangan ini dipikirkan sebagai bagian dari work from home bagi perancangnya sekaligus juga ditujukan untuk kegiatan learn from home bagi target audience-nya. Gagasan diproduksinya program SINTEDARU ini merupakan pengembangan dari latihan teater dari rumah via Whatsapp group bersama kelompok TbR (Theater by Request) dan JGTI (Jaringan Guru Teater Indonesia) yang dilakukan secara rutin. Biasanya dalam latihan teater diberikan materi praktik sekaligus pengetahuan. Basis pengetahuan itu diberikan berdasarkan pertanyaan atau evaluasi atas nomor-nomor pelatihan yang disajikan. Jadi anggota TbR dan guru teater se-Indonesia yang tergabung dalam JGTI merupakan target utama dari channel ini, tetapi tidak menutup kemungkinan, tayangan melalui channel SINTEDARU ini juga bisa disaksikan oleh siswa teater, mahasiswa teater dan orang-orang yang senang dengan atau ingin mengetahui dasar-dasar teater. Jika dikonfirmasi, apa tujuan dari pembuatan program melalui channel SINTEDARU ini, maka Eko sebagai penggagasnya menjelaskan bahwa tujuannya hanya sekedar memberikan atau berbagi pengetahuan tentang teater kepada khalayak. Jadi lebih kepada edukasi secara umum saja.


Untuk mewadahi penyajian materi pengetahuan teater ini diperlukan sebuah media tersendiri. Konsep obrolan atau tanya jawab dipilih karena dalam pelaksanaan latihan tatap muka, pengetahuan memang biasanya disampaikan melalui obrolan dan tanya jawab. Untuk mengganti tatap muka secara langsung, dibuatlah video sebagai sarana tatap muka secara virtual. Video memberikan kemudahan dalam menjelaskan aspek pengetahuan karena ada penyampai materi yang dapat dilihat, dan ada informasi yang dapat didengar. Menurut Eko, Youtube dipilih karena laman penyedia video ini gratis dan bisa diakses oleh banyak orang selama mereka memiliki tautannya. Perangkat atau gawai yang digunakan pun umum dimiliki oleh hampir semua orang, misalnya menggunakan telepon genggam atau laptop.

***


Karena frekuensi tayangnya yang direncanakan setiap hari selama WfH, maka timbul keingintahuan, bagaimana ya mengelola konten atau materinya? Harus ada topik yang mau diobrolkan, begitu jawab Eko. Topik, tentu bukanlah perkara mudah. Mengapa? Penyaji sekaligus penyedia materi harus memiliki berjuta alternatif konten yang relevan, akuntabel, kredibel, layak, dan sesuai, sekaligus menguasainya.  Penyajian semua konten ini juga perlu dikelola dalam arti bagaimana menyajikan setiap episode supaya terstruktur, menarik, berisi, dan mudah dipahami. Peran pertanyaan pun akhirnya menjadi penting, karena pertanyaanlah yang akan mengarahkan penyaji agar sajiannya mencapai tujuan-tujuan yang disebutkan tadi. Maka, tentu pengelolaan konten dan pertanyaan menjadi hal yang sangat utama, di luar pengelolaan secara teknisnya yang juga bisa mengalami kendala, misalnya perekaman video, editing, pengunggahan ke Youtube, jadwal perekaman, lokasi pengambilan gambar, alat perekam, pencahayaan, memori di telepon genggam sebagai sarana perekam, proses rendering, koneksi internet, dan sebagainya.

Bagi siapa pun yang ingin membuat program serupa, maka kesiapan dalam mengelola konten dan penguasaan konten secara akuntabel dan kredibel menjadi personal quality yang harus dimiliki. Dalam program SINTEDARU, hal ini dipenuhi misalnya ketika penyaji menjelaskan topik pada setiap episode. Selain mengemukakan critical thinking-nya, penyaji tak lupa menyertakan pendapat tokoh-tokoh teater atau buku-buku yang digunakan yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas. Sebut saja sebagai misal, ketika mendefinisikan apa itu teater, maka nama Harimawan disebutkan, juga ketika bicara mengenai teater tradisional dan modern, nama pak Bandem, Sal Murgiyanto, Putu Wijaya pun muncul, ketika membicarakan perbedaan antara teater dan drama, Bakdi Sumanto digunakan sebagai acuan, dan sekian nama tokoh lagi yang berasal dari negara barat pun digunakan sebagai acuan untuk menjelaskan materi secara lancer, akuntabel, dan kredibel.


Formulasi pertanyaan, juga menjadi kunci dari penyajian konten secara terstruktur, menarik, berisi, dan mudah dipahami. Dalam SINTEDARU, meski selalu berada di luar frame atau tetap tidak mau masuk ke dalam frame, Cucut (Afni Prawesti) menghayati perannya sebagai “istri” yang bertanya kepada suaminya. Ia harus memaknai setiap pertanyaan yang terlebih dulu dibuat oleh “suaminya” (hehehe…) dan mengubahnya menjadi kalimatnya sendiri dengan gayanya sendiri ketika ia bertanya. Termasuk ketika mengakhiri obrolan …

[Cuplikan transkrip pada episode kedua]:
Cucut    : Oh… next aja
Eko         : Oo… next aja ya… OK… kalau begitu …
Cucut    : Aku mau mandi (tertawa)
Eko         : OK(tertawa) Teman-teman, karena istri saya mau mandi, jadi untuk teater dan drama
  kita bicarakan di episode berikutnya …

[Cuplikan transkrip pada episode ketiga]:
Eko         : Ada pertanyaan lain?
Cucut    : Gak ada.
Eko         : Tenane (tertawa)
Cucut    : (Tertawa)
Eko         : OK. Teman-teman, untuk episode tiga ini tentang teater dan drama, kita cukupkan sekian
  karena istri saya gak mau bertanya lagi… (tertawa) Kita ketemu di episode berikutnya ….

Sebagai obrolan antara suami isteri, SINTEDARU bukan sekedar obrolan, tetapi juga kerjasama yang kompak dan tulus antara suami dan isteri. Menikmati perannya sebagai orang yang mengajukan pertanyaan untuk memantik topik yang dibicarakan Eko pada setiap episode, pekerjaan yang juga dilakukan oleh Cucut adalah mengedit dan mengunggah video ke Youtube karena semuanya itu ia yang melakukannya, termasuk menentukan aplikasi yang digunakan untuk mengedit dan Youtube studio untuk memilih thumbnail.  Apresiasi perlu diberikan untuk keduanya, for managing to do such a great job every single time!  Juga untuk gagasannya tentang salah satu cara belajar dari rumah, bekerja dari rumah, yang direalisasikan, karena every job is a self-portrait of the person who does it.

Menyimak produksi episode SINTEDARU, siapa saja bisa memilih nomor-nomor yang ingin dilihat dan dipelajari sesuai ketertarikan topiknya, melalui video yang berdurasi antara 8 – 14 menitan untuk setiap episodenya sampai saat ini. Ringan, relaxed, dan bisa dipelajari kapan saja dan oleh siapa saja. Work from Home dan Learn from Home menemukan maknanya pada pekerjaan apa pun yang memberikan manfaat bagi orang lain, jika itu semuanya dilakukan dari hati sebagai Work from Heart. So, keep it up!


Ditulis pada masa WfH
Pandega Mandala, penghujung April 2020. 

Monday, April 27, 2020

WfH Series: MUSIK DALAM PERJALANAN HIDUPKU



Self reflection on 55th my birthday 
F. Dhanang Guritno




             Dalam perjalanan hidupnya setiap orang pada umumnya mempunyai profesi atau pekerjaan. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk berkarya dan melayani sesama. Berbagai macam profesi ada dalam kehidupan mulai dari buruh, pekerja, politisi hingga pejabat negara. Manusia dalam memilih pekerjaan atau profesinya melalui jalan panjang proses hidupnya. Mulai dari masa kecil,  masa remaja hingga dewasa manusia penuh dengan berbagai aktivitas sosial. Dengan berjalannya waktu seseorang akhirnya mulai menyadari bidang apa yang menjadi minatnya.  Dari situ akhirnya dipilihlah suatu profesi atau bidang pengabdian.
             Musik adalah salah satu bidang pengabdian yang banyak ditekuni orang. Baik menjadi pemain musik, pencipta lagu, composer, arranger guru musik dan lain sebagainya. Pada awalnya saya tidak pernah berfikir musik akan menjadi jalur pengabdian hidup saya. Pada masa kanak-kanak hingga remaja saya sangat  menggemari musik. Pada waktu itu selalu penasaran jika melihat orang bisa bermain musik dan timbul keinginan untuk dapat bermain musik juga. Selanjutnya mulailah secara otodidak belajar memainkan beberapa alat musik sederhana. Beruntung lingkungan keluarga saya tidak asing dengan musik walau hanya sebatas hobi. Meski demikian kondisi tersebut sangat mendukung awal mula saya belajar musik, hingga jadilah musik mewarnai kehidupan masa mudaku.
             Pada awalnya bermain musik adalah hobi yang sangat saya gemari. Bagiku semua hal tentang musik serba menyenangkan dan mempunyai daya tarik tersendiri karena minat yang sangat besar. Karena hal itulah lama kelamaan musik membuatku ketagihan dan akhirnya ditekuni secara serius, dengan mengambil kuliah pendidikan musik dan akhirnya saya merasa bahwa musik adalah panggilan jiwaku. 
             Kini kehidupan sehari-hariku baik secara formal maupun tidak bergelut dengan musik. Namun demikian saya bukanlah musisi kaliber dunia atau nasional, bahkan tingkat lokalpun bukan yang terbaik. Di sisi lain genre musik yang kutekuni juga hanya musik-musik ringan yang easy listening.  Terlepas dari itu semua dalam kenyataannya bidang pengabdian hidupku adalah musik. 


             Pada umumnya orang berpendapat bahwa pekerjaan musisi sangat menyenangkan. Mereka dapat  menyalurkan hobi sekaligus mencari rejeki.  Apakah demikian adanya? Jawabnya bisa iya bisa tidak. Artinya dugaan itu tidak sepenuhnya benar. Menurut pandangan saya segala sesuatu yang sudah menjadi pekerjaan itu tidak semuanya menyenangkan. Mengapa demikian? Karena bekerja itu hal yang berbeda dengan bersenang-senang (menjalankan hobi). Dulu ketika bermain musik adalah hobi tentu selalu senang memainkan musik, karena kita sedang menjalankan kesenangan. Bagaimana jika musik sudah menjadi pekerjaan? Diakui atau tidak, bekerja adalah melakukan kegiatan yang dituntut untuk mendapatkan penghasilan. Dalam bekerja ada berbagai target yang harus dipenuhi. Ada lingkungan kerja, ada bos, ada teman kerja, ada customer yang harus dilayani dan lain-lain. Namun demikian bekerja itu tujuannya jelas yakni mencari nafkah maka tentu saja ada imbal hasil yang didapatkan yakni finansial atau materi.
             Sama dengan profesi yang lain musisi juga bisa capek, bisa jenuh, perlu cuti, dan sebagainya. Namun terlepas dari semua itu yang terpenting dalam hidup ini adalah bagaimana kita bertanggungjawab terhadap bidang pengabdian yang kita tekuni, untuk melayani sesama. Biasanya jika bidang pengabdian kita sesuai dengan minat yang juga hobi, secara teknis pekerjaan dapat dilakukan dengan lancar. Bersyukurlah jika memang Anda menjalankan pekerjaan yang sesuai dengan minat Anda.  Dengan begitu seharusnya hasil kerja kitapun akan maksimal.  Semoga kita semua bekerja sesuai dengan panggilan jiwa kita masing-masing. Dalam perjalanan hidup hingga saat ini saya merasa musik adalah panggilan jiwa saya, bagaimana dengan Anda?

Bantul, 27 April 2020
F. Dhanang Guritno

Sunday, April 26, 2020

WfH Songs: Orkes Keroncong Irama Nada Nusantara-- Langgam Pendidkan Karakter Bangsa


--Diah Uswatun



Langgam " Pendidikan Karakter Bangsa". Cipt: Diah Uswatun N

Yuuk belajar musik dengan menyanyi lagu langgam Pendiikan Karakter bangsa ....

Disaat covid- 19 masih panjang dalam penantian, ada rasa jenuh yg mulai menghampiri kita. WfH yang diperpanjang sampai 19 Mei juga membayangi kita untuk merasa bosan.
Saya mengajak teman- teman untuk menikmati musik langgam/ kroncong ..
Mengapa? Musik dapat melatih ingatan kita saat WfH..... karena belajar lagu atau musik merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Dengan musik, ingatan kita terbiasa atau terasah dengan baik melalui cara yang menyenangkan. Menikmati musik bersama-sama dengan teman-teman yang lainnya menjadi saat yang menyenangkan.
Musik juga melatih kita mengekspresikan perasaan.
Melodi yang bahagia membuat kita menari-nari dengan senang. Berbagai jenis ekspresi emosi yang ditunjukkan dengan musik, secara tidak langsung kita akan belajar tentang eskpresi musik.

Mari kita belajar mengekspresikan musik melalui lagu langgam " Pendidikan Karakter bangsa" .....

PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA
Ciptaan : Diah Uswatun N
Vokal: Vio


Pendidikan karakter bangsa
Membentuk insan mulia
Menggapai cita negara
Damai aman sentosa

Dengan semangat kebangsaan
Kuatkan kepribadian
Aneka ragam budaya sbagai unggulan bangsa

Reff:
Cinta tanah air
cinta kebersamaan
Satukan dalam langkahmu
Padukan dalam jiwamu

Kerja keras jujur mandiri
Berjuang raih prestasi
Kembangkan karakter bangsa
Menuju cita mulia ...

Kembali ke reff ....selesai


Selamat belajar musik dengan menyanyi lagu langgam "PKB"
#di rumah aja# ....
Salam sehat ....




Wednesday, April 22, 2020

WfH Series: Suasana Baru


--Digna Sjamsiar



Minggu ke tiga di setiap bulannya sejak Maret tahun 2019 menjadi kegiatan rutin yang harus dilakukan oleh suamiku. Dia harus kontrol rutin ke rumah sakit Sardjito agar pengobatan yang dijalankan menunjukkan hasil seusai yang diharapkan baik oleh dokter penyakit dalam (gastro) maupun kami sekeluarga.

Kami berdua berangkat dari rumah jam 10.00 pagi dan tidak lupa kami memakai masker dan membawa hand sanitizier. Proses pendaftaran sudah dilakukan oleh OB tempat kerja suami, sehingga kami tidak terburu-buru karena kami sudah memperoleh nomor urut periksa. Bukan apa-apa, hal ini kami lakukan selain kami tidak sabar antri yang lumayan lama (karena kami menggunakan kartu BPJS), atas saran kakak suami yang kebetulan seorang dokter, suami disarankan untuk tidak terlalu lama berada di rumah sakit (antri).

Ada yang berbeda yang kami alami hari ini, pada saat kami akan memasuki gedung Rawat Jalan satu persatu dari kami dicek suhu badannya dan ditanya apakah kami batuk-batuk? Kami menjawab tidak, lalu kami diberi semacam kartu berwarna hijau yang bisa ditempelkan ke lengan (saya berhijab sehingga kartu tersebut ditempelkan ke hijab saya), saya sempat melirik ke arah petugas yang membawa kartu 3 warna yaitu merah, kuning dan hijau, sebetulnya saya ingin bertanya fungsi dari masing-masing kartu tersebut tapi hal itu tidak mungkin saya lakukan karena di belakang saya sudah ada pasien lain yang antri.

Saya mengatakan berbeda karena bulan lalu, kami langsung masuk ke gedung tersebut tanpa ada pemeriksaan maupun hand sanitizier di depan gedung. Bulan lalu saya memang sempat gelisah selama menemani suami kontrol karena jangankan di rumah sakit, untuk masuk ke toko saja, beberapa toko dan bank saat ini sudah menyediakan pengecekan suhu badan dan hand sanitizier bahkan ada juga yang menyediakan fasilitas cuci tangan berikut sabun tangan cair dan tentu saja cek suhu badan sebelum masuk toko atau bank.

Kemudian kami masuk ke klinik penyakit dalam seperti biasanya dan ada yang berbeda juga di klinik, semua petugas (administrasi) menggunakan APD lengkap. Dalam hati, saya merasa aman karena mereka setiap hari bertemu dengan pasien yang mereka sendiri tidak tahu apakah pasien tersebut masuk kategori carrier atau bukan, dan pihak rumah sakit melindungi mereka dengan memberikan fasilitas APD untuk memutus mata rantai virus covid-19 ini.

Kami juga bersyukur karena kami hanya antri 1 orang pasien, dan saya semakin merasa nyaman ketika dokter memberikan nasehat yang menenangkan hati dengan mengatakan “jaga kesehatan ya pak buk, kalau tidak penting-penting banget gak perlu keluar rumah, kalaupun harus keluar rumah terapkan physical distancing, jaga kebersihan dan satu hal yang paling penting jangan percaya dengan katanya, tapi tanyakan pada ahlinya (medis) karena kalau bapak ibu stress justru penyakit baru yang datang, tenang tapi tetap waspada yang harus bapak ibu lakukan.”….kami berdua kompak menjawab “baik dok…terimakasih nasehatnya.”

Hari ini saya mendapatkan kata kunci yang maknanya menurut saya sangat patut saya terapkan yaitu “katanya”……yaa…jika kita tidak yakin/tidak paham, terhadap sesuatu hal, tanyakan pada ahlinya…



Sleman, 21 April 2020

Salam sehat untuk teman-teman semua

Digna Sjamsiar

WfH Songs: AKU ANAK TK


ciptaan: Diah Uswatun N

Lagu ini sedianya untuk materi pentas lagu anak2 TK swasta yang gagal karena tiba-tiba ada larangan untuk menunda atau membatalkan acara pada akhir maret 2020 di titik 0 km.
Padahal anak-anak sudah latihan bahkan sudah membuat kostum untuk pentas.
Supaya lagunya tidak sia- sia, saya share di grup WI dan  guru guru TK seluruh Indonesia.....

AKU ANAK TK

Lagu: Diah Uswatun N
Musik: Tri Widi R

DO: C
GEMBIRA

Aku anak TK ABA
Selalu gembira
B'lajar bermain beribadah
Bakti ibu dan ayah

Menari dan menyanyi
Tidak lupa mengaji
Menolong aku senang
Sayang pada binatang

Reff:
 Seratus tahun usianya
TK bustanul athfal
Berkhidmat untuk.negri
Mendidik generasi

Seratus tahun usianya TK bustanul athfal
Berkhidmat untuk negri
Cerdas dan mandiri

TK Aisyiyah ajarkan
Menabur kebaikan
Mencipta perdamsian
Mencerahkan semesta

Kembali ke reffrain sampai selesai

🌹💐🌺

Semoga bisa menjadi materi bagi guru TK yang sedang mengajar dirumah ( ini menyesuaikan SKP tentang kegiatan diklat untuk guru non ASN) yang saya sampaikan melalui WAG) dalam rangka WfH.

 Salam sehat dan sampai jumpa ......
Terimakasih ...

Video:


Tuesday, April 21, 2020

Latihan Teater Dari Rumah Melalui WA Group


>>Eko Santosa

Latihan teater yang semestinya diselenggarakan melalui tatap muka langsung untuk masa sekarang harus dilakukan dari rumah masing-masing. Koneksi internet menjadi andalan untuk menghubungkan antara satu dengan yang lain. Tatap muka melalui aplikasi video meeting merupakan salah satu jalan keluar. Namun rupanya, tidak semua orang memiliki perangkat, kestabilan koneksi dan kuota internet memadai. Atas pertimbangan situasi dan kondisi semacam ini, saya memilih media sosial WA Group untuk menyelenggarakan latihan bersama dari rumah. Kecanggihan terbatas berupa “kirim-terima-balas” teks yang ada pada WA dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk membangun ekosistem latihan. Soal utama yang saya temui adalah materi latihan yang semua bersifat praktik.

Karena tidak semua materi latihan praktik dapat dilakukan melalui WA, maka materi text based menjadi pilihan logis. Ada 2 grup latihan dengan 2 grup WA berbeda. Pertama adalah Theatre by Request (TbR) yang mana merupakan kelompok teater yang saya bentuk dan biasanya berlatih seminggu sekali di Studio Teater sejak tahun 2010[1] dan yang kedua adalah Jaringan Guru Teater Indonesia (JGTI) yang terbentuk pada saat program diklat PKB khusus guru teater SMP-SMA tahun 2018. Sifat kedua grup ini pun berbeda, bukan karena status pekerjaannya yang berbeda namun pola komunikasi yang terjalin di dalam grup sangat berbeda. TbR adalah grup latihan dan JGTI adalah grup silaturahmi guru teater.

Rangkaian latihan diselenggarakan pada tanggal 13, 14, 17, 18, dan 19 April 2020, dan masih akan terus berlanjut selama pogram Work from Home. Proses latihan ada yang berjalan sendiri-sendiri di mana TbR dan JGTI punya jadwal waktu berbeda, namun ada yang berjalan paralel, dalam satu waktu 2 kelas berjalan bersama. Pada pertemuan WA pertama tanggal 13 April 2020, dicobakan materi yang berbeda antara TbR dan JGTI untuk menjajagi kemungkinan pola latihan yang bisa dilakukan. TbR dengan materi “Cerita Terusan” dan JGTI dengan materi “Puisi Kolaborasi”. Materi “Cerita Terusan” memiliki aturan di mana satu orang menyumbang satu kalimat untuk meneruskan sebuah awalan cerita yang diberikan. Sementara “Puisi Kolaborasi” memilki aturan di mana setiap orang menyumbang satu baris kalimat puisi. Tidak ada urutan dalam permainan ini, jadi siapapun dapat melanjutkan cerita atau puisi yang hendak dirangkai.

Hasil akhirnya, TbR menghendaki adanya urutan bagi yang hendak melanjutkan cerita sebab kalau tidak pasti akan bertabrakan atau siapa yang koneksinya bagus akan terkirim lebih dulu. Sementara itu JGTI cukup puas dengan puisi yang berhasil dirangkai, tanpa ada evaluasi sama sekali. Untuk itu saya berkesimpulan bahwa, grup TbR bisa berlatih dengan pola urutan juga acak, karena kalau urutan bisa pasti acak juga lebih mudah tergantung materinya. Sementara JGTI belum bisa dievaluasi sepenuhnya karena kalimat yang dirangkai adalah kalimat puitis sehingga nalar bena-salah agak sedikit terpinggirkan. Untuk mengetahui apakah JGTI bisa dengan pola urutan, dicobakan latihan kedua pada tanggal 14 April 2020 (siang hari) dengan materi “Cerita Lanjutan” di mana peserta melanjutkan awalan cerita yang diberikan. Mirip dengan “Cerita Terusan” namun awalan cerita diberikan dari paragraf pertama buku cerita. Ternyata di dalam prosesnya JGTI memiliki kecenderungan acak dalam arti siapa saja boleh melanjutkan. Kecenderungan ini semakin nyata ketika saat latihan paralel malam harinya dilangsungkan. Ketika diminta presensi dengan nomor urut, TbR langsung melakukannya sementara presensi di JGTI tidak bisa berjalan.

Pada latihan paralel ini diberikan materi sama yaitu “Puisi Abjad”. Aturannya sederhana, setiap orang membuat satu kalimat puitis dimulai dari huruf “A” dan berikutnya meneruskan kalimat tersebut namun dimulai dari huruf “B”, demikian seterusnya hingga seluruh urutan Abjad terpenuhi. Selain melatih imajinasi, "Puisi Abjad" ini melatih daya pikir, konsentrasi, dan literasi. Hasilnya, TbR yang sejak awal melakukan presensi dan berurut, dapat merampungkan puisi tersebut dari A sampai Z tanpa ada huruf awal terlupa dan tanpa ada tabrakan (crash) di mana 2 orang mengirimkan bait puisi dengan huruf awalan yang sama. Sementara untuk JGTI, karena tidak melakukan presensi berurut akhirnya puisi bisa diselesaiakan tetapi ada huruf awal terlupa yaitu “Y” dan banyak bait yang huruf awalnya bertabrakan. Hasil latihan ini bisa diklik di: http://tbrjogja.blogspot.com/2020/04/puisi-abjad-tbr-jgti-from-home.html. Dari latihan paralel tersebut saya dapat memahami bahwa sifat masing-masing grup memang berbeda sehingga penentuan materi dan pola latihan harus menyesuaikan. Oleh karena itu pada latihan-latihan berikutnya baik sendiri-sendiri ataupun paralel saya dapat merencanakan materi yang sekiranya sesuai.

Banyak hal menarik yang saya temui dalam latihan bersama dari rumah melalui WA Group ini. Pertama adalah tingkat literasi yang sangat berpengaruh terhadap pemahaman informasi maupun aturan yang disampaikan. Kedua adalah daya ingat (recall), imajinasi, dan pengetahuan seseorang menentukan produksi teks yang dihasilkan. Ketiga adalah kemauan bersabar, bekerjasama, jujur, dan ikhas menentukan lancarnya proses latihan. Keempat, kreasi bersama dapat diciptakan dalam waktu terbatas meski hanya melalui teks dan mampu menimbulkan kesadaran (sesuai pengakuan beberapa peserta). Kelima, meskipun latihan tidak dilakukan secara tatap muka langsung atapun melalui video meeting di mana semua peserta bisa saling melihat satu sama lain tetap dapat berjalan dengan penuh semangat dan menyenangkan.

Dari keseluruhan proses latihan yang berjalan selama ini, menurut saya, latihan pararel 2 grup sangat seru sekaligus merepotkan. Saya harus menggunakan laptop – guna memperlancar texting - untuk dapat memberikan informasi aturan, pancingan awal permainan, dan sekaligus mengatur jalannya latihan. Selain itu, saya selalu menyegerakan diri untuk merangkum latihan dan mengunggahnya ke blog: http://tbrjogja.blogspot.com dan memberikan tautannya kepada 2 grup tersebut sebagai bahan evaluasi dan permenungan. Tentu saja masih banyak kekurangan dari model latihan melalui WA Group, tetapi peserta dan terutama saya merasa senang karena jarak ternyata bisa didekatkan dan kerjasama dapat dijalin dalam kedekatan itu. Salam. (**)

Eko Santosa Rumah, 21 April 2020

[1] Latihan teater untuk umum dan gratis diselenggarakan oleh Studio Teater PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta sejak tahun 2004 hingga dibentuknya TbR pada tahun 2010. Latihan diadakan selepas jam kantor dan siapa saja boleh mengikuti selama berkeinginan. Jadwal tidak selalu tetap karena bertimbang dengan jadwal kegiatan kantor. Sampai saat ini latihan terus berjalan meski harus dilakukan dari rumah masing-masing.

Monday, April 20, 2020

WfH Series: Dari Dialog “Belanja lewat grup Whatsapp”



--Rin Surtantini















Pada sebuah grup Whatsapp ibu-ibu di sebuah kompleks perumahan, terjadi dialog antara para anggotanya. Ini terjadi pada masa Covid-19 ini, ketika ada kebutuhan barang dan ada penyedianya. Ada seorang warga di kompleks perumahan itu, sebut saja namanya Bagus, yang diberhentikan dari pekerjaannya di sebuah agen travel karena travel itu tidak beroperasi selama Covid-19 merebak. Dalam kondisi sulit mendapatkan pekerjaan dan penghasilan pada masa “di rumah saja” ini, ia meminta tolong kepada seorang anggota grup Whatsapp ibu-ibu, sebut saja bu Trubus, untuk menawarkan pepaya yang dijualnya dari panenan kebun saudaranya.

Bu Trubus
:
Ibu-ibu, monggo ini ada tetangga kita, mas Bagus, yang menjual pepaya hasil panen dari kebun saudaranya… Ayo kita bantu mas Bagus… monggo, satu kilo harganya Rp. 6 ribu. Yang mau pesan, tulis di sini, njih …



Bu Estri
:
Bu, saya mau… tapi yang mateng



Bu Trubus
:
Njih, berapa buah, bu Estri?



Bu Estri
:
Dua ya bu Trubus, 1 mentah, 1 mateng …



Bu Trubus
:
Yang beli pepaya:
1.       Bu Estri (2 buah, satu mentah, satu mateng)
2.      
3.      
Monggo dilanjut.



Bu Itta
:
Yang beli pepaya:
1.       Bu Estri (2 buah, satu mentah, satu mateng)
2.       Bu Itta (1 buah, masak)
3.      
Monggo dilanjut.



Bu Saleh
:
Saya mau, tiga ya, satu mateng, dua mentah.



Bu Ratna
:
Yang beli pepaya:
1.       Bu Estri (2 buah, satu mentah, satu mateng)
2.       Bu Itta (1 buah, masak)
3.       Bu Saleh (3 buah, satu mateng, 2 mentah)
4.       Bu Ratna (2 buah, mateng semua)
5.       …..
Monggo dilanjut.



Bu Sukar
:
Yang beli pepaya:
1.       Bu Estri (2 buah, satu mentah, satu mateng)
2.       Bu Itta (1 buah, masak)
3.       Bu Saleh (3 buah, satu mateng, 2 mentah)
4.       Bu Ratna (2 buah, mateng semua)
5.       Bu Sukar (2 buah, mentah semua)
6.       …..
Monggo dilanjut.

Dan daftar dari pesan memesan itu berlanjut terus, sampai akhirnya bu Trubus merekap siapa saja yang membeli pepaya, dan berapa uang yang harus dibayarkan.              

Bu Trubus
:
Ibu-ibu, ini pepaya otw ke rumah ibu-ibu sekarang. Bayar di tempat, njih, uang pas saja.



Bu Ratna
:
Wah, kok cepat sekali…



Bu Trubus
:
Ibu-ibu yang pesan:
Bu Hadi 10k
Bu Wahyu 10k
Bu Priyo 21k
Bu Woro 28k
Siap otw antar.



Bu Wahyu
:
Nggih, nuwun.



Bu Hadi
:
Lho, kok hanya 4 ibu yang pesan, bu Trubus? Tadi kan di daftarnya ada 11 ibu yang pesan.



Bu Trubus
:
Yang lain sudah diantar, bu Hadi.



Bu Hadi
:
Oh, OK, bu Trubus.



Bu Woro
:
Pepaya sudah diterima. Cepet.



Bu Sukar
:
Saya sudah diantar. Thanks, bu Trubus.



Bu Trubus
:
Matur nuwun, ibu-ibu. Sampun nglarisi.



Bu Priyo
:
Pas saya butuh buah juga kok, bu Trubus.



Bu Srina (terlambat membaca)
:
Saya pesan 3 buah, bu Trubus. Satu yang masak, satu setengah masak, satu mentah.



Bu Trubus
:
Siap bu, tenggo nggih.



Bu Srina
:
Lho, pepaya di mana to. Kok cepat mau dikirim…hehe..
4 sekalian saja bu Trubus, kalo gitu, pesananku.



Bu Trubus
:
Bu Srina 4 buah, 4.7 kilo, uangnya 28k. Otw, bu.



Bu Srina
:
Matur nuwun, pepaya sudah sampai. Dan pepayanya segar-segar, bagus.
Maaf bu, mau tanya… di atas itu, kok pesan 21k, 10k, itu maksudnya apakah belinya 10 kg, kok banyak banget?



Bu Itta
:
K = kilo = ditambah 000.



Bu Trubus
:
Oh njih, bu Srina. 21k maksudnya 21 ribu, bu. 10k maksudnya 10 ribu.



Bu Srina
:
Lha kalau beli 10k artinya 10.000, bagaimana nimbang perbuah pepaya? Kan tergantung besar kecilnya pepaya. Ngepaske 10.000 rupiah gimana?



Bu Saleh
:
Bu Srina, 10k itu artinya 10.000 rupiah.
Kalau beli pepaya 1 buah beratnya 1.6 kg, berarti dikalikan Rp. 6 ribu, jadi bayarnya 10.000 rupiah.



Bu Trubus
:
Ngepaskannya begini, bu Srina: Harga pepaya 1 kg Rp. 6 ribu.
Kalo bu Itta misalnya beli 2 buah, beratnya 3 kg, jadi bu Itta bayarnya 6000 rp x 3 kg = 18k atau 18.000 rupiah.



Bu Srina
:
Saya tau, bu Saleh, kalau 10k itu artinya 10.000 rupiah. Pertanyaan saya bagaimana ngepaskan beli pepaya dengan harga 10.000 rupiah.
Apakah harus dibelah pepayanya… Maksud saya kalau beli ya lebih enak belinya 1, atau 2 buah, atau 3 buah, jadi tinggal ditimbang beratnya berapa. Misal beratnya 2,5 kg, ya harganya x 6000. Ngaten, bu.



Bu Saleh
:
Ya memang begitu, kan? Misalnya bu Wahyu beli pepaya 1 buah, ditimbang beratnya 1.6 kg, jadi harganya 10.000 rupiah.



----------------------------- Hening. Pembicaraan tentang pepaya terputus -------------------------------

Itulah salah satu kopi dari pembicaraan ibu-ibu di sebuah kompleks perumahan di grup Whatsapp. Kalau dicermati, bu Srina ternyata sudah membuat jengkel pembaca di grup, mengapa sampai ia tidak paham, ketika dijelaskan juga malah ngeyel dan menggok atau tidak fokus. Sepertinya bu Srina sudah “bosan” dan jenuh atau bingung karena harus di rumah saja pada masa Covid-19 ini, padahal biasanya mengajar mahasiswa secara tatap muka. Mungkin juga ketidakpahamannya itu karena ia tidak cermat membaca tulisan dan penjelasan-penjelasan di atasnya sebelumnya… atau bisa juga karena ia sudah lupa pelajaran dasar berhitung di sekolah dasar, hehehe….

Membaca dengan cermat, teliti, konsentrasi, memahami konteks, ternyata menjadi sebuah proses yang harus tulus dijalani ketika seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain dalam simpang siurnya pembicaraan di grup Whatsapp, atau dalam lalu lintas berkomunikasi.

Selanjutnya, dari kejadian percakapan di atas, bisik-bisik pun terjadi di luar grup… dan semua tertawa terbahak-bahak membahasnya. Tertawa karena lucu. Berarti juga bahagia. Bagus juga, sebuah hiburan di masa Work from Home…


Yogyakarta, ditulis pada masa perpanjangan WfH,
pertengahan April 2020.


Gambar:
https://nonirosliyani.com/wp-content/uploads/2016/11/1480482469349_zpsxibetwff-1024x683.jpg