Monday, April 6, 2020

Mengejar Perumpamaan Bersama Tukul Arwana


---Eko Santosa


Satu kali di dalam sebuah acara presentasi dan diskusi seorang pembicara menyampaikan tentang pentingnya kecepatan informasi jarak jauh melalui media online. Ia – sebut saja namanya Mawar -menceritakan bahwa sebelum ada internet, informasi tidak akan tersampaikan secara cepat karena manusia masih mengandalkan alat yang penyampaiannya masih memerlukan banyak waktu. Surat-menyurat dapat menampung banyak informasi lengkap namun perlu berhari-hari atau minggu untuk sampai ke penerima. Sementara yang paling cepat adalah telegram namun dengan informasi terbatas dan untuk mengambil kertas telegram pun masih dibutuhkan waktu lagi. “Nah di zaman sekarang, informasi tersebut bisa segera sampai hanya dalam hitungan detik.” kata Mawar si pembicara. “Ibarat kata, kalau dulu kita pakai TRUCK kalau sekarang sudah pakai BUS EXPRESS”, imbuhnya.

Baru saja Mawar mau melanjutkan presentasinya, seorang peserta menyanggah. “Tapi saya pernah naik bus express, di tengah jalan justru mogok sehingga banyak truck mendahului”, kata peserta itu – sebut saja namanya Bunga. “Nah, benar itu, pengalaman saya naik bus express itu malah lebih menyedihkan, mana AC-nya mati, di tengah jalan bannya meletus, sopirnya kurang canggih, pokoknya menyusahkanlah”, tambah peserta lain – sebut saja namanya Mr X. “Kalau itu berarti bus nya yang kurang dipersiapkan, kurang diservis”, bantah Mawar. “Enggak juga, bus express yang saya naiki itu keluaran terbaru, PO-nya pun terpercaya, siapa coba di negara ini yang nggak kenal sama ORAEXPRESS, perusahan perjalanan terbesar?”, bantah Mr. X. “Berarti PO itu yang kurang memperhatikan kesiapan armada busnya”, sanggah Mawar tak mau kalah. “Ya nggak mungkin!” sergah Bunga, “Kalau PO terkenal dan besar pasti rutin servisnya!”.

Peserta dan pembicara pada sesi itu dalam beberapa waktu ribut soal bus express yang dijadikan perumpamaan. Mereka cukup lama membahas dan mempersoalkan kesiapan bus, perusahaan, pengemudi, keadaan jalan, dan masih banyak hal lain namun sama sekali tidak menyinggung esensi presentasi tentang kecepatan informasi menggunakan internet. Lalu apakah mereka, terutama peserta, akan memahami esensi materi? Tentu saja tidak. Apakah mereka bergerak semakin jauh dari esensi materi? Tentu saja iya.

Di dalam banyak pertemuan dan diskusi, kondisi semacam ini seringkali terjadi. Pemateri dan peserta sama-sama terjebak pada perumpamaan yang disampaikan. Padahal maksud penyampaian perumpamaan itu sesungguhnya untuk memudahkan pemahaman. Jadi kondisi perumpamaan adalah kondisi ideal pada umumnya sehingga ia hadir sebagai analogi atas kondisi ideal materi yang disampaikan. Namun perumpamaan seringkali lebih menarik perhatian peserta, terutama yang memililki kaitan dengan subjek perumpamaan, sehingga ia tidak menerima kondisi ideal subjek dan justru mempermasalahkannya. Akhirnya, perumpamaan justru menjadi subjek pembicaraan (lain) yang lari menjauh dari esensi materi yang disampaikan. Sayangnya, pemateri seringkali ikut larut dalam kondisi semacam ini.

Untung saja dalam acara presentasi dan diskusi tersebut dipandu oleh Tukul Arwana. Maka, begitu mengetahui pembicaraan mulai melenceng, dengan gaya mecucu yang khas, mata melotot, dan tangan diacungkan ia berteriak, “KEMBALI KE....LAPTOP!”. Jadi, marilah kembali pada esensi pembicaraan dan bukan ngutheg-ubleg perumpamaan. Selamat berbahagia. (**)



Rumah, 060420

12 comments:

  1. Jenenge kok mawar.... Jadi inget berita-berita ik-uk di Solo Post jaman dulu.... Aktore mesti jenengke mawar.... Tapi iki mung perumpamaan kok ya?...hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mawar dan Bunga (bukan nama sebenarnya)... mesti kui korban atau pelaku asusila...hahahha...

      Delete
    2. Lha pancen ditulis kaya mengkono supaya dinggo pengeling-eling je, hehehe...sekaliyan ben Mawar ro Bunga ki enjoh melu presentasi dan diskusi...ora kok ming asusilaaa terus.

      Delete
  2. Apik... hal sederhana, jadi tulisan.
    Dan ini sangat sering terjadi, bahkan di tempat kita bekerja...
    Menggok, gak fokus, bertele-tele, gak dapet solusi, waktu habis...hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, memang Tukul diperlukan dalam hal semacem ini, hehehhe...

      Delete
  3. Kembali kemasalah yang yng dibahas spy. tidak lepas konten..Mas Eko..sipp...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak Marsudi, ditunggu lho tulisane... Pengalaman ngajar opo pas dadi Kapolsek yo oleh...bebas pak.

      Delete
  4. Sayange nggone dewe ra ono Tukul... Anane jare Anake Basiyo.

    ReplyDelete