Friday, April 10, 2020
Benarkah Aku Terkena COVID-19
---Widarwati
“Suara sirine ambulans yg menakutkan, orang sakit .....dijemput, diangkut .....masuk ruang ICU, tak dapat ditenggok saudara ataupun teman, itulah ketakutan yang selalu terngiang dalam pikiran. Tertidur lemas dan cemas, bergantian anak dan suami untuk memantau panas tubuhku, dibangunkan saat waktunya makan dan sholat , seteguk air zam-zam dan 3 buah kurma Ajwa seusai sholat subuh, tersadar begitu kecil dan lemahnya kita ini bila diuji.
Tanggal 17 Maret 2020 Hari Selasa pelaksanaan RAT karyawan P4TK Seni dan Budaya, pertemuan yang selalu ditunggu untuk ajang silaturahim semua karyawan, dengan rasa sedih tidak bisa ikut hadir karena semalam badan panas dan sesak nafas, takut menular ke teman-teman, karena berita di TV Covid-19 yang menakutkan dengan gejala yang hampir mirip dengan saya, sangat mencemaskan.
Saya coba kontak ke layanan Covid-19 dengan menuliskan keluhan yang ada, jawabannya singkat: “Silahkan periksa ke puskesmas,” saya membayangkan bila ke puskesmas atau rumah sakit, apakah antriannya yang panjang dan ketemu dengan banyak orang tidakkah justru menambah penyakit? Tambahan rongen atau periksa yang lain bagaimana? jawaban nya “bayar sendiri” tanpa ditanya sudah berapa hari atau pertanyaan yang lain, sayapun dapat memaklumi bahwa mungkin banyak orang yang harus dilayani membuat cukup singkat jawabannya.
Saya akhirnya konsultasi di klinik sendiri (Medico Dental Center) dan dokter umum di klinik saya menyarankan untuk langsung periksa ke dokter spesialis paru saja dan suami langsung daftar ke dokter spesialis paru teman sejawatnya, kemudian dokter spesialis itu memeriksa dengan serius, teliti dan memakai APD lengkap, lalu mengajukan beberapa pertanyaan. Saat itu karena saya mengalami 2 gejala yang hampir sama dengan Covid-19, yaitu badan panas dan sesak nafas; dokter spesialis menanyakan bagaimana untuk gejala batuknya, warna ludah yang keluar, dan apakah disertai bersin-bersin?
Saya menjawab: “Alhamdullilah tidak ada gejala batuk dan pilek, tetapi perut saya terasa sakit sampai tidak nyaman saat posisi duduk lurus, lalu tiba-tiba anak saya yang juga ikut berada di ruangan periksa dokter, menambahkan informasi kepada sang dokter bahwa mama punya asam lambung tinggi yang menyebabkan sakit maag yang sering kambuh2an. Setelah mendengar informasi tersebut, dokternya tiba-tiba tersenyum dan berkata bahwa hasil pemeriksaan paru-parunya baik-baik saja, jadi kemungkinan semua gejala yang dirasakan karena asam lambung yg meningkat tinggi sehingga sensasi perihnya sampai dekat ke area pernafasan.
Akhirnya dokter memberikan saya 2 macam obat, yaitu 1 obat minum untuk menekan produksi asam lambung yang berlebihan dan obat satunya untuk melegakan area pernafasan yang dihisap. Pertanyaan terakhir sebelum saya keluar ruangan dokter, “perlukah saya ronsen atau melakukan test lab terkait covid-19 ? “Dokter menjawab: Hehehe...tidak perlu, tenang saja, asam lambung naik itu hanya kasus biasa, ibu lakukan pencegahan supaya tidak terkena Covid-19 saja dengan memperbaiki pola makan dan meningkatkan imun, sambil bilang ke anak saya, bahwa saya hanya tersugesti takut kena covid-19 jadi malah stres dan kedepan imunnya bisa menurun.
Alhamdullilah lega sekali rasanya setelah mendengar penjelasan dokter dan mendapatkan obat yang tepat. Sekarang saya sudah sehat, ternyata betapa pentingnya menjaga pola makan; karena memang saya ingat sebelum terasa gejala-gejala tersebut, 3 hari yang lalu selalu telat makan siang saat dikantor dan sempat masup angin kedinginan saat hujan lebat. Seandainya saat sakit itu tidak terjadi di masa-masa wabah Covid-19, saat itu saya bisa spontan pergi ke RS bagian UGD saja, tetapi karena kecemasan yg berlebihan jadi semuanya serba reflex mengkait-kaitkan semua kondisi sakit dengan Covid-19 si virus yang tiba-tiba ada dan menggemparkan dunia ini.
Sekian cerita pengalaman saya, semoga kita semua bisa tenang di rumah sampai kondisi dinyatakan membaik oleh pemerintah dan mengupayakan yang terbaik untuk kesehatan diri sendiri dan orang lain disekitar kita.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sip, semoga pengalamannya bermanfaat bagi yang lain
ReplyDeletePengalaman berharga.
ReplyDeleteTerima kasih sharing-nya, mbak Wati.
ReplyDeleteSyukurlah sudah sehat, dan jangan cemas lagi ya, hehe...krn bisa menurunkan imun...dan menjadi gejala psikosomatis. Salam sehat. Dan ditunggu tulisan berikutnya ...
Puji Tuhan mb Wati baik2 saja....thx sharingnya yg sangat membantu menambah pengalaman di saat2 apt sekarang ini..
ReplyDeletePengalaman tak terlupakan mbk..
ReplyDelete