Monday, April 13, 2020

WFH, KARTU KREDIT, DAN IKLAN ONLINE SHOP



---Heru Subagiyo




Bangun tidur pagi ini terasa ada suatu letupan dalam pikiran. Sebagai seorang yang merasa hidup modern, bangun pagi sudah diawali dengan buka sosial media (meskipun ini adalah kebiasaan yang super jelek, karena akan mempengaruhi pemikiran dalam satu hari itu), dan yang terjadi adalah sosial mediaku banyak sekali yang merespon. Hal ini disebabkan karena semalam iseng kirim iklan sebuah onlineshop (kembali lagi kebiasaan yang super jelek, seharusnya menjelang tidur harusnya menjauhkan diri dari segala macam gawai, agar kualitas tidurnya bagus) karena selesai melakukan transaksi dengan onlineshop. Sebagai orang yang merasa hidup modern, waktu, tempat dan segala macam hambatan yang biasa dijumpai dalam transaksi, seakan hilang semua. Satu yang diperlukan dan mungkin inilah yang menjadi senjata sakti orang yang merasa hidup modern yaitu kartu kredit sebuah bank.

Pandemik Corona Covid-19 diawal tahun ini menjadi bencana internasional. Corona Covid-19 memang hanya menyerang sistem pernafasan manusia, tapi dampaknya menjadi sangat luar bisa. Segala sektor seakan lumpuh, dunia pendididkan harus beralih ke sistem online meski dengan segala keterbatasanya, birokrasi dijalankan dengan sistem online meski dengan segala kelemahannya, informasi dilakukan secara online meski lakunya sama seperti sedang ngerumpi, sektor perdagangan lumpuh karena supply and demand tidak seimbang (sedikit dibicarakan nanti karena fenomena pola hidup manusia Indonesia yang merasa hidup modern tadi), dan yang paling siap terhadap gelombang corona covid-19 adalah online shop karena sangat sedikit melakukan social distancing dan physical distancing dengan konsumennya. Dan yang tidak terlalu terdampak dan tidak merasa pusing dengan program social distancing dan physical distancing adalah pemegang kartu kredit.

Disaat bencana corona covid-19 ini, seolah ada perjodohan yang saling bertemu, yaitu antara onlineshop dan pengguna kartu kredit. Mereka berdua ini seakan nyaman-nyaman saja melaksanakan work for home. Prinsip dasar onlineshop adalah, kenapa harus membangun toko atau pasar kalau rumah bisa dijadikan toko atau pasar. Prinsip pengguna kartu kredit adalah, kenapa harus pergi ke toko atau pasar kalau segala kebutuhan bisa didapat dari rumah. Pas dan sejodoh prinsipnya. Dengan prinsip itulah, segala kebutuhan yang dijual oleh onlineshop menjadi incaranku.

Onlineshop menyediakan segala macam kebutuhan yang sedang dicari oleh orang yang sedang melakukan work from home. Mulai dari kebutuhannya sendiri, kebutuhan keluarganya, kebutuhan hobinya, bahkan kebutuhan untuk hewan peliharaannya juga disediakan oleh onlineshop (jadi teringat dengan konsep distruption Rhenald Kasali, “kita terbelenggu oleh pola pikir lama sehingga sulit menerima fakta-fakta dan cara- cara baru. Kita menyangkal dunia digital (deception) sehingga kita semua bertempur menghadapi lawan-lawan yang tidak terlihat, dan kita semakin tak mampu melihatnya”). Onlineshop inilah musuh utama toko-toko dan mall-mall modern tapi masih menggunakan cara-cara kuno. Onlineshop ini bagai virus corona covid-19, tidak terlihat tetapi mampu membuat geger seluruh dunia. Model onlineshop ini juga diadopsi oleh bank-bank sebagai pengumpul uang untuk menciptakan uang yang tidak terlihat, sehingga sangat sulit dirampok oleh para maling tradisional berupa kartu kredit.

Banyak orang terjebak atau sengaja menjebakkan dirinya dengan uang modern ini. Dengan memegang uang modern (kartu kredit), mereka seolah memiliki uang yang banyak tetapi tidak terlihat, sehingga mudah untuk dibelanjakan, karena memang tidak terlihat. Konsep uang modern adalah hanyalah angka, tidak ada yang namanya kertas atau logam koin. Beda dengan ketika memegang uang tradisional, belanja sedikit saja sudah kelihatan uang yang dipegang itu sudah berkurang. Dan hebatnya jeratan yang mengeluarkan uang modern ini adalah, belanjalah sebanyak mungkin sampai angkamu habis, dan ketika kamu harus mengembalikan angka yang kamu belanjakan dan kamu tidak memilliki angka, kamu bisa mengembalikan dengan angka minimum. Ini adalah kebijaksanaan dan seorang pengusaha yang begitu luar biasa. Ketika mengikuti saran sang bijak tadi, tanpa sadar kita sedang menggali kubur dan mengubur kita sampai sulit untuk keluar lagi.

Bujuk rayu onlineshop ini juga luar biasa hebatnya. Belanjalah apapun kebutuhanmu sampai dengan keinginanmu dan akan terwujud kebutuhan dan keinginanmu itu. Semakin banyak belanja kebutuhan dan keinginanmu, maka kamu akan mendapatkan diskon yang bermacam-macam rupa, mulai dari gratis ongkos kirim, diskon pembayaran, voucher belanja bahkan iming-iming piknik gratis, akomodasi gratis dan transportasi gratis, super sekali bujuk rayu itu. Semua itu dilakukan oleh onlineshop demi mengubah gaya hidupmu, dari gaya hidup tradisional menjadi gaya hidup modern (ingat istilah untuk itu dari seorang sahabat yaitu lifestyle).

Edisi work from home inilah menjadi masanya onlineshop dan pemegang kartu kredit. Bencana corona covid-19, program social distancing dan physical distancing membuat toko-toko tradisional dipenuhi oleh orang-orang tradisional. Bahkan hanya untuk membeli sabun, hand sanitizer, masker atau brongsong mulut dan hidung (itupun kalau ada) harus mengantri yang luar biasa panjangnya. Bagi orang modern yang memandang waktu adalah uang, maka mengantri yang super panjang tersebut sama dengan menghilangkan uang yang luar biasa banyak. Kesempatan dan celah peluang inilah yang dimanfaatkan oleh onlineshop untuk membantu orang-orang modern pemegang kartu kredit untuk duduk manis dan segala kebutuhan dan keinginan akan terpenuhi serta menyukseskan program social distancing dan physical distancing.

Jadi program work from home efek dari corona covid-19 mengajarkan banyak hal tentang onlineshop dan kartu kredit. Bijaklah dengan onlineshop, karena harga yang ditawarkan secara kasad mata memang sama dengan harga toko tradisonal yang diakses oleh orang tradisional, tetapi ada harga tidak terlihat yang diterapkan oleh onlineshop. Bijaklah menggunakan kartu kredit, karena yang ada pada kartu kredit hanyalah angka. Dengan kartu kredit, membuat kita tidak terasa mengeluarkan uang, karena yang dihilangkan hanya angka sehingga membuat kita merasa dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan tanpa kehilangan uang kita. Angka pada kartu kredit adalah hutang bukan kekayaan kita. Semakin kita terlena dengan angka pada kartu kredit, maka semakin dalam kita menggali kubur sendiri, tanpa merasa menggalinya. Semoga cepat berlalu bencana corona covid-19, sehingga kita cepat tersadar dengan rayuan onlineshop dan kartu kredit. (heru subagiyo, 12 april 2020).




Gambar:
https://kreditgogo.com/img/u/Kartu-Kredit/main-image.478461809.jpg

6 comments:

  1. Makasih, mas Heru untuk mengingatkan kita semua..👍👍👍👍👍

    ReplyDelete
  2. Hehehe semoga mbak, banyak gerakan gunting kartu kredit yang lebih dari satu kartu

    ReplyDelete
  3. Kartu kredit = rencana berhutang, hehehe.. .

    ReplyDelete
  4. Beruntunglah aku yang tidak punya kartu kredit dan semakin tidak berminat utk memilikinya krn membaca tulisan Heru...��

    ReplyDelete
  5. Yang bikin aku seneng membaca tulisan ini adalah pertanyaanku ke mas Heru pada suatu pagi buta tentang apa itu KK, walau sudah didiskusikan panjang lebar di chats WA, wow muncul jadi tulisan bermanfaat... wujud abstrak jadi wujud kongkret... ✍ Janji sebelum cari camilan buat ikan koi di sawah pagi itu dipenuhi lewat tulisan ini... Thank you ya mas...

    ReplyDelete