Wednesday, April 15, 2020
WfH Series: Malam Tahun Baru 2020 yang Bermakna.
---Heri Yonathan
Bagi para pekerja seni hiburan khususnya musik, malam tahun baru adalah momen yang sangat dinanti, bahkan ada yang menyebutnya sebagai ‘hari besarnya para pengamen’. Betapa tidak, pada malam tersebut mereka bisa mendapatkan pengasilan yang berlipat sampai 3 atau 4 kali dibandingkan dengan event seperti wedding, ulang tahun, dan lain-lain. Belum lagi kalo nasib baru beruntung masih mendapat tambahan tips dari pengunjung atau pemberi order. Lagipula pada momen tersebut justru tidak memerlukan persiapan khusus seperti halnya wedding dan acara-acara lain. Paling perbedaannya hanya dari durasi waktunya saja misalnya wedding sekitar 2-3 jam, untuk acara tahun baru bisa sampai 4-5 jam, itupun biasanya banyak acara-acara lain diluar musik sehingga durasi bermain musiknya tidak lebih dari 3 jam.
Suasana malam tahun baru 2020 kemarin sungguh berbeda dibandingkan dengan biasanya. Pada umumnya acara tahun baru dirayakan oleh suatu komunitas di panggung yang meriah, namun saat itu hanya untuk acara sebuah keluarga di rumah. Satu bulan sebelumnya ada seseorang yang menghubungi saya untuk acara tersebut. Sudah menjadi hal yang biasa jika terjadi tawar menawar harga pada awal pembicaraan. Akhirnya disepakati harga, waktu, dan tempat serta peralatan yang mendukung untuk acara malam tahun baru tersebut.
Tanggal 31 Desember pukul 18.00 saya sudah sampai di lokasi sebuah rumah di tengah persawahan karena sesuai dengan perjanjian pukul 20 sudah dimulai. Pada waktu masuk rumah betapa kaget hati saya karena yang ada di rumah hanya seorang bapak dan putranya yang (maaf) berkebutuhan khusus kisaran umur 30-an. Saya menyapa dengan sangat ramah kepada bapak dan putranya tersebut dan berusaha beromunikasi sebisa saya dengan putranya. Sambil menunggu setting alat, saya bertanya dalam hati, ini acara apa dan mengapa hanya ada 2 orang. Menjelang pukul 20 beberapa orang datang, rata-rata berpenampilan remaja zaman now yang tampan-tampan dan cantik-cantik dengan busana branded. Semua yang datang bersalaman mencium tangan bapak dan juga kepada putranya yang berkebutuhan khusus tadi bahkan cipika cipiki. Sebuah pemandangan yang indah yang seumur-umur baru pertama kali saya melihatnya. Rupanya para remaja yang datang adalah saudara-saudaranya dan dalam silsilah mereka lebih muda, sehingga mereka mencium tangan kepada orang yang lebih tua yang merupakan tradisi sebagian masyarakat kita.
Tidak berhenti disitu saja rasa heran bercampur kagum saya, bahwa remaja-remaja itu duduk bersama dengan santai dan bercengkerama dengan orang berkebutuhan khusus tersebut seperti halnya dia seorang artis, mereka melayani makan dan minumnya sambil menikmati makanan dan sajian musik yang saya mainkan. Sepanjang acara baik pria maupun wanita saling memegang tangannya bahkan ada wanita cantik yang selalu bersandar di bahunya tanpa rasa malu dan sungkan. Kadang kala mereka mengajaknya berdansa berjoget sesuai irama musik, tentu dengan gerakan yang seadanya, mereka memaklumi kondisinya. Sebuah pemandangan yang mempesona karena selama ini yang sering kita lihat banyak keluarga yang malu jika ada yang tau anaknya berkebutuhan khusus. Bahkan tidak jarang mereka berusaha mengasingkan atau menyerahkannya kepada panti asuhan. Saya kagum atas keberhasilan bapak itu mendidik keluarganya untuk saling menghargai dengan segala keadaan.
Dari situ saya belajar bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur atas segala yang kita miliki. Saya jadi menyesal mengapa kemarin saya tawar menawar harga kalau hanya untuk menghibur orang berkebutuhan khusus. Namun nasi sudah menjadi bubur ibarat sudah tidak bisa ditanak lagi. Meskipun perjanjian hanya sampai pukul 00.30, tuan rumah menghendaki over time karena semua masih larut dalam kegembiraan. Tanpa pikir panjang saya menyetujui permintaannya dengan tidak menjawab pertanyaan tuan rumah tentang berapa biaya over time nya. Saya merasa tidak perlu menjawab karena saya telah mendapat pengalaman berharga. Setelah selesai acara saya masih sempat ngobrol dengan keluarga sampai hampir jam 3 pagi.
Sambil di jalan saya merenung betapa indahnya kemesraan keluarga tadi dengan tidak membeda-bedakan kondisi kejiwaan mereka. Semua menerimanya dengan ikhlas. Malam itu saya mendapatkan pendidikan tentang kehidupan yang bermakna. Belum selesai saya merenung, hp saya ada panggilan masuk rupanya dari bapak tadi memberitahukan bahwa pada hari raya Idul Fitri nanti saya diminta mengisi acara syawalan trah keluarganya, tanpa pikir panjang saya menyanggupinya. Dia bertanya berapa fee yang harus diberikan, mulut saya rasanya terkunci untuk menjawab. Saya hanya memastikan bisa dan tidak mempermasalahkan berapapun honornya. Namun keinginan saya bertemu lagi dengan keluarga harmonis itu rupanya harus tertunda karena wabah virus corona.
Selamat WfH, di sekitar kita pasti banyak hal-hal yang bermakna.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kata orang hal negatif yg terjadi tidak 100% negatif, pasti sekian persennya adalah positif
ReplyDeleteKata orang, hal negatif yg terjadi tidak 100% negatif, sekian persennya pasti positif
ReplyDeleteKarena wabah virus korona, terjadilah WfH, dan lahirlah tulisan ini, yang terjadi awal tahun ketika korona belum menjamah Indonesia. Jika tidak ada korona dan WfH yang mengikutinya, maka saya mungkin tidak pernah membaca tulisan mas Heri yang bagus ini... Ditunggu lanjutan tulisan pengalaman lainnya ya mas...
ReplyDeleteInspiratif...👍👍👍
ReplyDeleteIkut terharu Mas.
ReplyDeleteSiip pak Hery Bagus...
ReplyDeleteSae, sip!!
ReplyDeletePengalaman yg berharga. Bagus banget.
ReplyDeleteBagus Pak Hery..sip..
ReplyDelete