Wednesday, April 15, 2020

WfH Series: "Penipuan" yang Saya Alami



---I Gede Oka Subagia.

Sejak tahun 1981, tepatnya pertama kali memasuki Yogyakarta, berbagai macam penipuan pernah saya alami. Penipuan ini akan saya tuliskan di sini (hanya seingat saya saja dan ketepatan waktunya hanya kira-kira).

Pertama; masalah jarak "dekat kok mas….jalan saja paling 10 menit sampai" ternyata setelah berjalan dengan kecepatan cukup tinggi (karena waktu itu masih muda) 20 menit belum sampai.

Kedua; masalah bahasa Jawa. Awal datang di Yogyakarta yang paling sering ditipu masalah bahasa Jawa, karena waktu itu sama sekali belum bisa berbahasa Jawa. Beberapa contoh akan saya tampilkan.
Ganteng itu bahasa jawanya genjik. Jadi kalau ganteng sekali sama dengan genjik banget. Aku ganteng sama dengan aku genjik, dan seterusnya.
Kenalan sama dengan tresno. Aku tresno kalih dilah artinya aku mau kenalan sama kamu. Kebetulan yang diajak kenalan namanya Dian….dan seterusnya.

Hal itu terjadi selama masa kuliah sampai lulus BA, selalu menjadi bulan-bulanan yang namanya bahasa Jawa. Sehingga saat KKN di Kulonprogo mulai belajar bahasa Jawa dengan sungguh-sungguh, agar tidak tertipu lagi.

Ketiga; Tertipu oleh orang Bali.
Seorang teman sewaktu di SLTA/ SMKI datang ke Yogyakarta untuk mencari pekerjaan, menginap di tempat kost ku. Dengan alasan untuk demontrasi saat melamar kerja dia pinjam satu-satunya kaset iringan tari Bali yang ku punya. Dia bilang nanti balik lagi kesini kok. Saat malam tiba belum juga kembali, mungkin besok tapi keesokan harinya belum juga datang. Sampai kaset tidak dipakai lagi sebagai media penghasil rekaman, orangnya belum datang juga hingga sekarang.
Seorang sales mengaku dari Bali, menjual perhiasan untuk kesehatan, seperti kalung, gelang, cincin, dan sebagainya. Datang menjumpai saya dengan cerita yang sangat panjang tentang Bali dan aktivitasnya di Bali, sebelum pindah ke Yogyakarta. Di Yogyakarta menurut ceritera ya dia, menekuni profesi ini hanya sementara, karena dia akan diajak bosnya ke Jakarta. Dia mengatakan tidak punya ongkos ke Jakarta oleh karena itu dia mau pinjam dengan tanggungan satu kalung kesehatan yang dijualnya. Sebenarnya saat itu saya sudang mengatakan tidak bisa memberikan pinjaman. Dengan desakan menggunakan bahasa Bali akhirnya saya berikan juga. Sampai saat ini orangnya tidak pernah kembali lagi.
Seorang Bali sebagai petugas asuransi datang kerumah menawarkan jasa asuransinya. Mungkin dia memang sengaja mencari orang Bali yang merantau dari Bali di Yogyakarta. Dengan alasan kalau tidak dapat nasabah dia tidak akan bisa makan. Okelah….dengan maksud membantu terjadilah kesepakatan itu. Setiap bulan orang tersebut rajin sekali menagih angsurannya. Berjalan sekitar 8 kali angsuran mulai yg menagih berganti orang lain, menurut ceritanya katanya orang Bali tersebut pindah ke Sulawesi. Bulan berikutnya ganti orang lagi yg mengambil angsurannya. Akhirnya pada bulan berikutnya tidak ada lagi yang datang ke rumah untuk menagih angsurannya. Karena berjalan 2 bulan tidak ada yang menagih, maka saya putuskan mendatangi kantor asuransi yang cukup terkenal di Indonesia. Petugas asuransi tersebut mengatakan saat ini tidak lagi ditagih ke rumah, tetapi nasabah yang harus membayar ke kantor asuransi tersebut. Karena itu asuransi beasiswa meja setiap kelulusan anak saya seharusnya menerima pembayaran. Ketika anak saya lulus SD mendapatkan pembayaran, saat lulus SMP dapat juga tetapi ketika lulus SMA, tidak dapat. Saya berusaha menanyakan kekantornya, tetapi kantor dimana tempat saya biasanya membayar tutup dan tidak ada informasi yang bisa saya dapatkan disana. Akhirnya saya baru tahu tertipu jasa asuransi, padahal anak sayang kedua juga sudah ikut dalam asuransi tersebut. Ha ini membuat saya trauma jika mendengar kata asuransi.

Keempat; Tertipu oleh teman bisnis.

Ketika awal saya belajar bisnis, berjumpa dengan seorang pebisnis yang sudah melakukan ekspor atas barang dagangannya. Saya diajak untuk bergabung untuk memproduksi barang tersebut dan sepakat dengan surat perjanjian. Setelah barang jadi dan sesuai dengan pesanan, maka saya kirimkan hasil produksi yang saya buat. Barang diterima dengan baik dan dibayar sedikit dibawah dari perjanjian. Karena pekerjaan awal produsi yang diberikan kepada saya hanya sedikit, maka untuk produksi kedua saya minta memproduksi lebih banyak dan disetujui oleh yang bersangkutan. Maka saya menambah jumlah pekerja produksi dan mengontak kembali pengusaha tersebut, ternyata sudah tidak bisa dihubungi. Tempat tinggal pengusaha tersebut ada di kota yang berbeda, maka keesokan harinya saya berangkat ke tempat pengusaha tersebut, ternyata sudah banyak orang di sana yang tujuannya sama dan tidak bisa berjumpa dengan pengusaha tesebut yang sudah menghilang. Mereka semua telah tertipu, karena sudah ada yang masuk pada produksi ke-empat. Jadi saya segera pulang untuk membatalkan seluruh produksi.

Itulah beberapa pengalaman tertipu yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk diri saya, dalam melakukan kerja atau kerjasama dengan orang lain.

Semoga bermanfaat.



Hasil mengingat masa lalu untuk mengusir jenuh kala Wfh.

Maaf tanpa koreksi.

Rabu, 15 April 2020.

14 comments:

  1. Jangan mpe ketipu lagi blih ...

    ReplyDelete
  2. Pengalaman semacam itu sering kita alami. Terima kasih pak Gede, jadi pelajaran baik buat saya....

    ReplyDelete
  3. Pengalaman semacam itu sering kita alami. Terima kasih pak Gede, jadi pelajaran baik buat saya....

    ReplyDelete
  4. Wuah akeh pengalaman ketipu pak Gde, semoga balik jadi berkah.

    ReplyDelete
  5. Yang harus lebih hati2 adalah tertipu oleh diri sendiri..

    ReplyDelete
  6. Siip Pak Gede..tipu2 gitu sekarang malah dipakai para pelawak....misal sinden dan dalang...

    ReplyDelete
  7. Wah, pak Gede itu kelihatan punya potensi sebagai orang yang sosial dan gampang jatuh iba...😀
    Ayo usir rasa jenuhnya saat WfH, nulis terus pak Gede, dan paling menyenangkan adalah menulis pengalaman kita sendiri...

    ReplyDelete