--Rin Surtantini
Pada tengah malam yang
sunyi pada hari Minggu, 19 April 2020, ada denting suara Whatsapp, pertanda ada
yang mengeposkan sesuatu di sana. Ternyata link
video di Youtube: “SINTEDARU Episode
1 – Teater, Suami Istri Ngobrol Teater dari Rumah”. Posting dengan judul video itu tentu saja menimbulkan keingintahuan
untuk dibuka dan ditonton, meskipun saat itu malam sudah akan mulai
menggelinding menuju dini hari…
SINTEDARU, rupanya singkatan dari “Suami Isteri Ngobrol Teater dari
Rumah”, sebuah channel yang
direncanakan tayang setiap hari selama Work
from Home, demikian dikatakan oleh Eko Ompong, sebagai pengisi konten acara
itu --yang mengisinya dengan obrolan ringan antara suami dengan isteri tentang
teater sebagai bagian dari Work from Home
karena pandemi Covid. “Cuma isteri saya tidak masuk di frame…. Nanti dia yang tanya, saya yang jawab”, katanya sambil
tertawa. “Jadi saya akan ditanya oleh istri saya. Dengarkan suaranya ….. ”
Obrolan pembuka di awal
video itu memang terasa santai karena memang itu adalah obrolan yang nyata antara
suami (Eko) dan isteri (Cucut), yaitu obrolan mengenai bidang yang ditekuni
oleh Eko sebagai orang teater.
[Cuplikan transkrip pada episode kesatu]:
Cucut : Obrolnya teater ya mas ya…
Eko : Iyo.
Acara teater SINTEDARU. Kepiye to…
Cucut : Aku dudu
cah teater kok soale...
Eko : Yo
ora popo. Ning lak bojomu wong teater.
Cucut : Oh ya, teater. Titer ya…
Dan terdengar suara tawa
renyah mereka sebelum kemudian dialog atau obrolan dan tanya jawab seputar tema
materi episode 1 itu pun dilakukan secara serius.
***
Demikianlah. Bagi yang tertarik, maka setiap episode pun diikuti atau disimak. Maka sampai dengan saat tulisan ini dibuat, SINTEDARU sudah memasuki episode yang kesepuluh. Simak nomor-nomer episodenya:
Episode 1: Teater Dasar
Episode 2: Teater Modern dan Tradisional
Episode 3: Teater dan Drama
Episode 4: Teater dan Pendidikan
Episode 5: Teater di SMK dan Sekolah Umum
Episode 6: Teater dan Manajemen
Episode 7: Sutradara
Episode 8: Aktor
Episode 9: Teater dan Penonton
Episode
10: Teater dan Masyarakat
Wah, hebat ya… Tayang setiap hari dengan konten yang bervariasi mengenai teater. Siapa pun bisa menikmati seri pelajaran ini. Maka berbagai keingintahuan di balik keberadaan program ini pun lalu timbul…..
Satu hal yang menarik perhatian dari program SINTEDARU ini adalah ia muncul sebagai salah satu solusi kegiatan belajar teater dari rumah secara online yang diproduksi selama pandemi Corona-19 berlangsung. Belajar mengenai teater dapat dilakukan secara lebih fleksibel, anytime, karena materi atau konten disajikan dalam bentuk audio-visual yang berfungsi sebagai bahan belajar. Selain itu, konten disajikan secara santai dan ringan, mudah diterima oleh orang yang mau belajar atau yang ingin memeroleh pengetahuan ataupun sekedar mencari informasi mengenai teater, bisa untuk siapa pun atau umum tanpa persyaratan jenjang pendidikan khusus.

Bagi yang profesinya adalah pengajar, program semacam ini merupakan salah satu wujud nyata dari kegiatan work from home yang direncanakan atau dirancang dan dikelola secara serius karena memiliki pola atau struktur. Tayangan ini dipikirkan sebagai bagian dari work from home bagi perancangnya sekaligus juga ditujukan untuk kegiatan learn from home bagi target audience-nya. Gagasan diproduksinya program SINTEDARU ini merupakan pengembangan dari latihan teater dari rumah via Whatsapp group bersama kelompok TbR (Theater by Request) dan JGTI (Jaringan Guru Teater Indonesia) yang dilakukan secara rutin. Biasanya dalam latihan teater diberikan materi praktik sekaligus pengetahuan. Basis pengetahuan itu diberikan berdasarkan pertanyaan atau evaluasi atas nomor-nomor pelatihan yang disajikan. Jadi anggota TbR dan guru teater se-Indonesia yang tergabung dalam JGTI merupakan target utama dari channel ini, tetapi tidak menutup kemungkinan, tayangan melalui channel SINTEDARU ini juga bisa disaksikan oleh siswa teater, mahasiswa teater dan orang-orang yang senang dengan atau ingin mengetahui dasar-dasar teater. Jika dikonfirmasi, apa tujuan dari pembuatan program melalui channel SINTEDARU ini, maka Eko sebagai penggagasnya menjelaskan bahwa tujuannya hanya sekedar memberikan atau berbagi pengetahuan tentang teater kepada khalayak. Jadi lebih kepada edukasi secara umum saja.
Untuk mewadahi penyajian materi
pengetahuan teater ini diperlukan sebuah media tersendiri. Konsep obrolan atau
tanya jawab dipilih karena dalam pelaksanaan latihan tatap muka, pengetahuan
memang biasanya disampaikan melalui obrolan dan tanya jawab. Untuk mengganti
tatap muka secara langsung, dibuatlah video sebagai sarana tatap muka secara
virtual. Video memberikan kemudahan dalam menjelaskan aspek pengetahuan karena
ada penyampai materi yang dapat dilihat, dan ada informasi yang dapat didengar.
Menurut Eko, Youtube dipilih karena
laman penyedia video ini gratis dan bisa diakses oleh banyak orang selama
mereka memiliki tautannya. Perangkat atau gawai yang digunakan pun umum
dimiliki oleh hampir semua orang, misalnya menggunakan telepon genggam atau
laptop.
***
Karena frekuensi tayangnya yang
direncanakan setiap hari selama WfH, maka timbul keingintahuan, bagaimana ya
mengelola konten atau materinya? Harus ada topik yang mau diobrolkan, begitu
jawab Eko. Topik, tentu bukanlah perkara mudah. Mengapa? Penyaji sekaligus
penyedia materi harus memiliki berjuta alternatif konten yang relevan,
akuntabel, kredibel, layak, dan sesuai, sekaligus menguasainya. Penyajian semua konten ini juga perlu
dikelola dalam arti bagaimana menyajikan setiap episode supaya terstruktur,
menarik, berisi, dan mudah dipahami. Peran pertanyaan pun akhirnya menjadi
penting, karena pertanyaanlah yang akan mengarahkan penyaji agar sajiannya
mencapai tujuan-tujuan yang disebutkan tadi. Maka, tentu pengelolaan konten dan
pertanyaan menjadi hal yang sangat utama, di luar pengelolaan secara teknisnya
yang juga bisa mengalami kendala, misalnya perekaman video, editing, pengunggahan
ke Youtube, jadwal perekaman, lokasi
pengambilan gambar, alat perekam, pencahayaan, memori di telepon genggam
sebagai sarana perekam, proses rendering,
koneksi internet, dan sebagainya.
Bagi siapa pun yang ingin membuat program serupa,
maka kesiapan dalam mengelola konten dan penguasaan konten secara akuntabel dan
kredibel menjadi personal quality yang
harus dimiliki. Dalam program SINTEDARU, hal ini dipenuhi misalnya ketika penyaji
menjelaskan topik pada setiap episode. Selain mengemukakan critical thinking-nya, penyaji tak lupa menyertakan pendapat
tokoh-tokoh teater atau buku-buku yang digunakan yang berkaitan dengan topik
yang sedang dibahas. Sebut saja sebagai misal, ketika mendefinisikan apa itu
teater, maka nama Harimawan disebutkan, juga ketika bicara mengenai teater
tradisional dan modern, nama pak Bandem, Sal Murgiyanto, Putu Wijaya pun
muncul, ketika membicarakan perbedaan antara teater dan drama, Bakdi Sumanto
digunakan sebagai acuan, dan sekian nama tokoh lagi yang berasal dari negara
barat pun digunakan sebagai acuan untuk menjelaskan materi secara lancer,
akuntabel, dan kredibel.
Formulasi pertanyaan, juga menjadi kunci dari penyajian konten
secara terstruktur, menarik, berisi, dan mudah dipahami. Dalam SINTEDARU, meski
selalu berada di luar frame atau
tetap tidak mau masuk ke dalam frame, Cucut
(Afni Prawesti) menghayati perannya sebagai “istri” yang bertanya kepada
suaminya. Ia
harus memaknai setiap pertanyaan yang terlebih dulu dibuat oleh “suaminya” (hehehe…) dan mengubahnya menjadi kalimatnya
sendiri dengan gayanya sendiri ketika ia bertanya. Termasuk ketika mengakhiri
obrolan …
[Cuplikan transkrip pada episode kedua]:
Cucut : Oh… next
aja…
Eko : Oo… next aja ya… OK… kalau begitu …
Cucut : Aku mau mandi (tertawa)
Eko :
OK… (tertawa) Teman-teman, karena istri saya mau mandi, jadi untuk
teater dan drama
kita bicarakan di episode berikutnya …
[Cuplikan transkrip pada episode ketiga]:
Eko : Ada
pertanyaan lain?
Cucut : Gak ada.
Eko :
Tenane (tertawa)
Cucut :
(Tertawa)
Eko :
OK. Teman-teman, untuk episode tiga ini tentang teater dan drama, kita cukupkan
sekian
karena istri saya gak mau bertanya lagi… (tertawa) Kita ketemu di episode
berikutnya ….
Sebagai obrolan antara suami isteri,
SINTEDARU bukan sekedar obrolan, tetapi juga kerjasama yang kompak dan tulus antara
suami dan isteri. Menikmati perannya sebagai orang yang mengajukan pertanyaan
untuk memantik topik yang dibicarakan Eko pada setiap episode, pekerjaan
yang juga dilakukan oleh Cucut adalah mengedit dan mengunggah video ke Youtube karena semuanya itu ia yang
melakukannya, termasuk menentukan aplikasi yang digunakan untuk mengedit dan Youtube studio untuk memilih thumbnail. Apresiasi perlu diberikan untuk keduanya, for managing to do such a great job every
single time! Juga untuk gagasannya
tentang salah satu cara belajar dari rumah, bekerja dari rumah, yang
direalisasikan, karena every job is a
self-portrait of the person who does it.
Menyimak produksi episode SINTEDARU, siapa
saja bisa memilih nomor-nomor yang ingin dilihat dan dipelajari sesuai
ketertarikan topiknya, melalui video yang berdurasi antara 8 – 14 menitan untuk
setiap episodenya sampai saat ini. Ringan, relaxed,
dan bisa dipelajari kapan saja dan oleh siapa saja. Work from Home dan Learn from
Home menemukan maknanya pada pekerjaan apa pun yang memberikan manfaat bagi
orang lain, jika itu semuanya dilakukan dari hati sebagai Work from Heart. So,
keep it up!
Ditulis pada masa WfH
Pandega
Mandala, penghujung April 2020.
Siip Mbak Rin..
ReplyDeleteTerima kasih, mbak/mas...
DeleteArtikel bagus, kritis dan mendalam.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Rin.
Terima kasih, mas Fajar. Belajar jadi penikmat sebuah program dan menuliskannya...
Delete