Monday, April 20, 2020

WfH Series: Dari Dialog “Belanja lewat grup Whatsapp”



--Rin Surtantini















Pada sebuah grup Whatsapp ibu-ibu di sebuah kompleks perumahan, terjadi dialog antara para anggotanya. Ini terjadi pada masa Covid-19 ini, ketika ada kebutuhan barang dan ada penyedianya. Ada seorang warga di kompleks perumahan itu, sebut saja namanya Bagus, yang diberhentikan dari pekerjaannya di sebuah agen travel karena travel itu tidak beroperasi selama Covid-19 merebak. Dalam kondisi sulit mendapatkan pekerjaan dan penghasilan pada masa “di rumah saja” ini, ia meminta tolong kepada seorang anggota grup Whatsapp ibu-ibu, sebut saja bu Trubus, untuk menawarkan pepaya yang dijualnya dari panenan kebun saudaranya.

Bu Trubus
:
Ibu-ibu, monggo ini ada tetangga kita, mas Bagus, yang menjual pepaya hasil panen dari kebun saudaranya… Ayo kita bantu mas Bagus… monggo, satu kilo harganya Rp. 6 ribu. Yang mau pesan, tulis di sini, njih …



Bu Estri
:
Bu, saya mau… tapi yang mateng



Bu Trubus
:
Njih, berapa buah, bu Estri?



Bu Estri
:
Dua ya bu Trubus, 1 mentah, 1 mateng …



Bu Trubus
:
Yang beli pepaya:
1.       Bu Estri (2 buah, satu mentah, satu mateng)
2.      
3.      
Monggo dilanjut.



Bu Itta
:
Yang beli pepaya:
1.       Bu Estri (2 buah, satu mentah, satu mateng)
2.       Bu Itta (1 buah, masak)
3.      
Monggo dilanjut.



Bu Saleh
:
Saya mau, tiga ya, satu mateng, dua mentah.



Bu Ratna
:
Yang beli pepaya:
1.       Bu Estri (2 buah, satu mentah, satu mateng)
2.       Bu Itta (1 buah, masak)
3.       Bu Saleh (3 buah, satu mateng, 2 mentah)
4.       Bu Ratna (2 buah, mateng semua)
5.       …..
Monggo dilanjut.



Bu Sukar
:
Yang beli pepaya:
1.       Bu Estri (2 buah, satu mentah, satu mateng)
2.       Bu Itta (1 buah, masak)
3.       Bu Saleh (3 buah, satu mateng, 2 mentah)
4.       Bu Ratna (2 buah, mateng semua)
5.       Bu Sukar (2 buah, mentah semua)
6.       …..
Monggo dilanjut.

Dan daftar dari pesan memesan itu berlanjut terus, sampai akhirnya bu Trubus merekap siapa saja yang membeli pepaya, dan berapa uang yang harus dibayarkan.              

Bu Trubus
:
Ibu-ibu, ini pepaya otw ke rumah ibu-ibu sekarang. Bayar di tempat, njih, uang pas saja.



Bu Ratna
:
Wah, kok cepat sekali…



Bu Trubus
:
Ibu-ibu yang pesan:
Bu Hadi 10k
Bu Wahyu 10k
Bu Priyo 21k
Bu Woro 28k
Siap otw antar.



Bu Wahyu
:
Nggih, nuwun.



Bu Hadi
:
Lho, kok hanya 4 ibu yang pesan, bu Trubus? Tadi kan di daftarnya ada 11 ibu yang pesan.



Bu Trubus
:
Yang lain sudah diantar, bu Hadi.



Bu Hadi
:
Oh, OK, bu Trubus.



Bu Woro
:
Pepaya sudah diterima. Cepet.



Bu Sukar
:
Saya sudah diantar. Thanks, bu Trubus.



Bu Trubus
:
Matur nuwun, ibu-ibu. Sampun nglarisi.



Bu Priyo
:
Pas saya butuh buah juga kok, bu Trubus.



Bu Srina (terlambat membaca)
:
Saya pesan 3 buah, bu Trubus. Satu yang masak, satu setengah masak, satu mentah.



Bu Trubus
:
Siap bu, tenggo nggih.



Bu Srina
:
Lho, pepaya di mana to. Kok cepat mau dikirim…hehe..
4 sekalian saja bu Trubus, kalo gitu, pesananku.



Bu Trubus
:
Bu Srina 4 buah, 4.7 kilo, uangnya 28k. Otw, bu.



Bu Srina
:
Matur nuwun, pepaya sudah sampai. Dan pepayanya segar-segar, bagus.
Maaf bu, mau tanya… di atas itu, kok pesan 21k, 10k, itu maksudnya apakah belinya 10 kg, kok banyak banget?



Bu Itta
:
K = kilo = ditambah 000.



Bu Trubus
:
Oh njih, bu Srina. 21k maksudnya 21 ribu, bu. 10k maksudnya 10 ribu.



Bu Srina
:
Lha kalau beli 10k artinya 10.000, bagaimana nimbang perbuah pepaya? Kan tergantung besar kecilnya pepaya. Ngepaske 10.000 rupiah gimana?



Bu Saleh
:
Bu Srina, 10k itu artinya 10.000 rupiah.
Kalau beli pepaya 1 buah beratnya 1.6 kg, berarti dikalikan Rp. 6 ribu, jadi bayarnya 10.000 rupiah.



Bu Trubus
:
Ngepaskannya begini, bu Srina: Harga pepaya 1 kg Rp. 6 ribu.
Kalo bu Itta misalnya beli 2 buah, beratnya 3 kg, jadi bu Itta bayarnya 6000 rp x 3 kg = 18k atau 18.000 rupiah.



Bu Srina
:
Saya tau, bu Saleh, kalau 10k itu artinya 10.000 rupiah. Pertanyaan saya bagaimana ngepaskan beli pepaya dengan harga 10.000 rupiah.
Apakah harus dibelah pepayanya… Maksud saya kalau beli ya lebih enak belinya 1, atau 2 buah, atau 3 buah, jadi tinggal ditimbang beratnya berapa. Misal beratnya 2,5 kg, ya harganya x 6000. Ngaten, bu.



Bu Saleh
:
Ya memang begitu, kan? Misalnya bu Wahyu beli pepaya 1 buah, ditimbang beratnya 1.6 kg, jadi harganya 10.000 rupiah.



----------------------------- Hening. Pembicaraan tentang pepaya terputus -------------------------------

Itulah salah satu kopi dari pembicaraan ibu-ibu di sebuah kompleks perumahan di grup Whatsapp. Kalau dicermati, bu Srina ternyata sudah membuat jengkel pembaca di grup, mengapa sampai ia tidak paham, ketika dijelaskan juga malah ngeyel dan menggok atau tidak fokus. Sepertinya bu Srina sudah “bosan” dan jenuh atau bingung karena harus di rumah saja pada masa Covid-19 ini, padahal biasanya mengajar mahasiswa secara tatap muka. Mungkin juga ketidakpahamannya itu karena ia tidak cermat membaca tulisan dan penjelasan-penjelasan di atasnya sebelumnya… atau bisa juga karena ia sudah lupa pelajaran dasar berhitung di sekolah dasar, hehehe….

Membaca dengan cermat, teliti, konsentrasi, memahami konteks, ternyata menjadi sebuah proses yang harus tulus dijalani ketika seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain dalam simpang siurnya pembicaraan di grup Whatsapp, atau dalam lalu lintas berkomunikasi.

Selanjutnya, dari kejadian percakapan di atas, bisik-bisik pun terjadi di luar grup… dan semua tertawa terbahak-bahak membahasnya. Tertawa karena lucu. Berarti juga bahagia. Bagus juga, sebuah hiburan di masa Work from Home…


Yogyakarta, ditulis pada masa perpanjangan WfH,
pertengahan April 2020.


Gambar:
https://nonirosliyani.com/wp-content/uploads/2016/11/1480482469349_zpsxibetwff-1024x683.jpg

6 comments:

  1. Ringan, penuh makna. Cuman ngeditnya nganti nyethuk he he. Masih juga ada yang putih2...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha...makasih mas Rohmat utk ilustrasi yang ditambahkan, tepat untuk menggambarkan ceritanya. Maaf ya, saya ya bingung gimana caranya bikin naskah dialog yang rapi dan gak merepotkan. Jadinya saya buat itu pake tabel yang dihilangkan bordernya... tapi ketika ditransfer ke blog, jadi merepotkan ya...dan bentuknya jadi aneh... Above all, thanks berat untuk bantuannya...

      Delete
  2. Jadi film pendek nih kalau beralih media

    ReplyDelete
  3. Bu Srina kui sakjane ming pengen goleke menange dhewe, pokoke apa yang dia maui itu harus dipahami oleh grup, hehehhe.. . Jadi akhirnya bukaannya terlihat ampuh tapi justru jadi bahan rasanan.. .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget.
      Ini salah satu contoh bahwa cara seseorang berkomunikasi lisan yang dituliskan seperti terjadi di grup2 WA adalah perilaku, dan ketika hal semacam itu terjadi berulang2, dapat menggambarkan karakternya... Nah, dialog di atas itu kisah nyata, hanya satu contoh dari perilaku berulang yang dilakukan oleh bu Srina itu...hehehe...

      Delete