>>Eko Santosa
Karena tidak semua materi latihan praktik dapat dilakukan melalui WA, maka materi text based menjadi pilihan logis. Ada 2 grup latihan dengan 2 grup WA berbeda. Pertama adalah Theatre by Request (TbR) yang mana merupakan kelompok teater yang saya bentuk dan biasanya berlatih seminggu sekali di Studio Teater sejak tahun 2010[1] dan yang kedua adalah Jaringan Guru Teater Indonesia (JGTI) yang terbentuk pada saat program diklat PKB khusus guru teater SMP-SMA tahun 2018. Sifat kedua grup ini pun berbeda, bukan karena status pekerjaannya yang berbeda namun pola komunikasi yang terjalin di dalam grup sangat berbeda. TbR adalah grup latihan dan JGTI adalah grup silaturahmi guru teater.
Rangkaian latihan diselenggarakan pada tanggal 13, 14, 17, 18, dan 19 April 2020, dan masih akan terus berlanjut selama pogram Work from Home. Proses latihan ada yang berjalan sendiri-sendiri di mana TbR dan JGTI punya jadwal waktu berbeda, namun ada yang berjalan paralel, dalam satu waktu 2 kelas berjalan bersama. Pada pertemuan WA pertama tanggal 13 April 2020, dicobakan materi yang berbeda antara TbR dan JGTI untuk menjajagi kemungkinan pola latihan yang bisa dilakukan. TbR dengan materi “Cerita Terusan” dan JGTI dengan materi “Puisi Kolaborasi”. Materi “Cerita Terusan” memiliki aturan di mana satu orang menyumbang satu kalimat untuk meneruskan sebuah awalan cerita yang diberikan. Sementara “Puisi Kolaborasi” memilki aturan di mana setiap orang menyumbang satu baris kalimat puisi. Tidak ada urutan dalam permainan ini, jadi siapapun dapat melanjutkan cerita atau puisi yang hendak dirangkai.
Hasil akhirnya, TbR menghendaki adanya urutan bagi yang hendak melanjutkan cerita sebab kalau tidak pasti akan bertabrakan atau siapa yang koneksinya bagus akan terkirim lebih dulu. Sementara itu JGTI cukup puas dengan puisi yang berhasil dirangkai, tanpa ada evaluasi sama sekali. Untuk itu saya berkesimpulan bahwa, grup TbR bisa berlatih dengan pola urutan juga acak, karena kalau urutan bisa pasti acak juga lebih mudah tergantung materinya. Sementara JGTI belum bisa dievaluasi sepenuhnya karena kalimat yang dirangkai adalah kalimat puitis sehingga nalar bena-salah agak sedikit terpinggirkan. Untuk mengetahui apakah JGTI bisa dengan pola urutan, dicobakan latihan kedua pada tanggal 14 April 2020 (siang hari) dengan materi “Cerita Lanjutan” di mana peserta melanjutkan awalan cerita yang diberikan. Mirip dengan “Cerita Terusan” namun awalan cerita diberikan dari paragraf pertama buku cerita. Ternyata di dalam prosesnya JGTI memiliki kecenderungan acak dalam arti siapa saja boleh melanjutkan. Kecenderungan ini semakin nyata ketika saat latihan paralel malam harinya dilangsungkan. Ketika diminta presensi dengan nomor urut, TbR langsung melakukannya sementara presensi di JGTI tidak bisa berjalan.
Pada latihan paralel ini diberikan materi sama yaitu “Puisi Abjad”. Aturannya sederhana, setiap orang membuat satu kalimat puitis dimulai dari huruf “A” dan berikutnya meneruskan kalimat tersebut namun dimulai dari huruf “B”, demikian seterusnya hingga seluruh urutan Abjad terpenuhi. Selain melatih imajinasi, "Puisi Abjad" ini melatih daya pikir, konsentrasi, dan literasi. Hasilnya, TbR yang sejak awal melakukan presensi dan berurut, dapat merampungkan puisi tersebut dari A sampai Z tanpa ada huruf awal terlupa dan tanpa ada tabrakan (crash) di mana 2 orang mengirimkan bait puisi dengan huruf awalan yang sama. Sementara untuk JGTI, karena tidak melakukan presensi berurut akhirnya puisi bisa diselesaiakan tetapi ada huruf awal terlupa yaitu “Y” dan banyak bait yang huruf awalnya bertabrakan. Hasil latihan ini bisa diklik di: http://tbrjogja.blogspot.com/2020/04/puisi-abjad-tbr-jgti-from-home.html. Dari latihan paralel tersebut saya dapat memahami bahwa sifat masing-masing grup memang berbeda sehingga penentuan materi dan pola latihan harus menyesuaikan. Oleh karena itu pada latihan-latihan berikutnya baik sendiri-sendiri ataupun paralel saya dapat merencanakan materi yang sekiranya sesuai.
Banyak hal menarik yang saya temui dalam latihan bersama dari rumah melalui WA Group ini. Pertama adalah tingkat literasi yang sangat berpengaruh terhadap pemahaman informasi maupun aturan yang disampaikan. Kedua adalah daya ingat (recall), imajinasi, dan pengetahuan seseorang menentukan produksi teks yang dihasilkan. Ketiga adalah kemauan bersabar, bekerjasama, jujur, dan ikhas menentukan lancarnya proses latihan. Keempat, kreasi bersama dapat diciptakan dalam waktu terbatas meski hanya melalui teks dan mampu menimbulkan kesadaran (sesuai pengakuan beberapa peserta). Kelima, meskipun latihan tidak dilakukan secara tatap muka langsung atapun melalui video meeting di mana semua peserta bisa saling melihat satu sama lain tetap dapat berjalan dengan penuh semangat dan menyenangkan.
Dari keseluruhan proses latihan yang berjalan selama ini, menurut saya, latihan pararel 2 grup sangat seru sekaligus merepotkan. Saya harus menggunakan laptop – guna memperlancar texting - untuk dapat memberikan informasi aturan, pancingan awal permainan, dan sekaligus mengatur jalannya latihan. Selain itu, saya selalu menyegerakan diri untuk merangkum latihan dan mengunggahnya ke blog: http://tbrjogja.blogspot.com dan memberikan tautannya kepada 2 grup tersebut sebagai bahan evaluasi dan permenungan. Tentu saja masih banyak kekurangan dari model latihan melalui WA Group, tetapi peserta dan terutama saya merasa senang karena jarak ternyata bisa didekatkan dan kerjasama dapat dijalin dalam kedekatan itu. Salam. (**)
Eko Santosa Rumah, 21 April 2020
[1] Latihan teater untuk umum dan gratis diselenggarakan oleh Studio Teater PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta sejak tahun 2004 hingga dibentuknya TbR pada tahun 2010. Latihan diadakan selepas jam kantor dan siapa saja boleh mengikuti selama berkeinginan. Jadwal tidak selalu tetap karena bertimbang dengan jadwal kegiatan kantor. Sampai saat ini latihan terus berjalan meski harus dilakukan dari rumah masing-masing.
Menarik sekali.
ReplyDeleteKetika dua kelas dilakukan secara paralel, bisa dibuat perbandingan dalam proses dan hasilnya. Apalagi kalau guru2 di JGTI dan teman2 di TbR bisa diajak untuk merefleksi dan mengevaluasi ya...
Kegiatan latihan teater yang text-based ini mengingatkan saya akan pembelajaran bahasa yang saya sukai, khususnya writing (menulis) dan speaking (berbicara) yang merupakan keterampilan produktif (productive skills). Kegiatan cerita terusan, cerita lanjutan, atau puisi kolaborasi seperti di atas menjadi salah satu teknik pengembangan gagasan melalui aktivitas membuat joint stories. Asyik, mendorong individu untuk berpikir kritis dan kreatif, fokus, koheren dan kohesif, dan pada saat yang sama juga menjaga jalinan kolaborasi dan saling memperhatikan antara satu individu dengan individu lainnya... Suka!
Menarik dan banyak hal lucu ditemui dalam latihan melalui WA Group ini. Kata atau kalimat tak nyambung atau imajinasi liar itu selalu mengundang tawa.
DeletePengalaman yang menarik dan menantang untuk dieksplor mas...
ReplyDeleteYa, menyenangkan dan sip!!
ReplyDelete