
Minggu ke tiga di setiap bulannya sejak Maret tahun 2019 menjadi kegiatan rutin yang harus dilakukan oleh suamiku. Dia harus kontrol rutin ke rumah sakit Sardjito agar pengobatan yang dijalankan menunjukkan hasil seusai yang diharapkan baik oleh dokter penyakit dalam (gastro) maupun kami sekeluarga.
Kami berdua berangkat dari rumah jam 10.00 pagi dan tidak lupa kami memakai masker dan membawa hand sanitizier. Proses pendaftaran sudah dilakukan oleh OB tempat kerja suami, sehingga kami tidak terburu-buru karena kami sudah memperoleh nomor urut periksa. Bukan apa-apa, hal ini kami lakukan selain kami tidak sabar antri yang lumayan lama (karena kami menggunakan kartu BPJS), atas saran kakak suami yang kebetulan seorang dokter, suami disarankan untuk tidak terlalu lama berada di rumah sakit (antri).
Ada yang berbeda yang kami alami hari ini, pada saat kami akan memasuki gedung Rawat Jalan satu persatu dari kami dicek suhu badannya dan ditanya apakah kami batuk-batuk? Kami menjawab tidak, lalu kami diberi semacam kartu berwarna hijau yang bisa ditempelkan ke lengan (saya berhijab sehingga kartu tersebut ditempelkan ke hijab saya), saya sempat melirik ke arah petugas yang membawa kartu 3 warna yaitu merah, kuning dan hijau, sebetulnya saya ingin bertanya fungsi dari masing-masing kartu tersebut tapi hal itu tidak mungkin saya lakukan karena di belakang saya sudah ada pasien lain yang antri.
Saya mengatakan berbeda karena bulan lalu, kami langsung masuk ke gedung tersebut tanpa ada pemeriksaan maupun hand sanitizier di depan gedung. Bulan lalu saya memang sempat gelisah selama menemani suami kontrol karena jangankan di rumah sakit, untuk masuk ke toko saja, beberapa toko dan bank saat ini sudah menyediakan pengecekan suhu badan dan hand sanitizier bahkan ada juga yang menyediakan fasilitas cuci tangan berikut sabun tangan cair dan tentu saja cek suhu badan sebelum masuk toko atau bank.
Kemudian kami masuk ke klinik penyakit dalam seperti biasanya dan ada yang berbeda juga di klinik, semua petugas (administrasi) menggunakan APD lengkap. Dalam hati, saya merasa aman karena mereka setiap hari bertemu dengan pasien yang mereka sendiri tidak tahu apakah pasien tersebut masuk kategori carrier atau bukan, dan pihak rumah sakit melindungi mereka dengan memberikan fasilitas APD untuk memutus mata rantai virus covid-19 ini.
Kami juga bersyukur karena kami hanya antri 1 orang pasien, dan saya semakin merasa nyaman ketika dokter memberikan nasehat yang menenangkan hati dengan mengatakan “jaga kesehatan ya pak buk, kalau tidak penting-penting banget gak perlu keluar rumah, kalaupun harus keluar rumah terapkan physical distancing, jaga kebersihan dan satu hal yang paling penting jangan percaya dengan katanya, tapi tanyakan pada ahlinya (medis) karena kalau bapak ibu stress justru penyakit baru yang datang, tenang tapi tetap waspada yang harus bapak ibu lakukan.”….kami berdua kompak menjawab “baik dok…terimakasih nasehatnya.”
Hari ini saya mendapatkan kata kunci yang maknanya menurut saya sangat patut saya terapkan yaitu “katanya”……yaa…jika kita tidak yakin/tidak paham, terhadap sesuatu hal, tanyakan pada ahlinya…
Sleman, 21 April 2020
Salam sehat untuk teman-teman semua
Digna Sjamsiar
Selalu siap dgn perubahan yg jadi pengalaman baru....Siip mbak Digna
ReplyDeleteTetap sehat dan tetap semangat!!
ReplyDeleteYang perlu juga diterapkan selain bertanya kepada ahlinya adalah tidak dengan mudah menebarkan konten dari "katanya" ... selain itu, bertanya kepada ahlinya itu bisa lebih daei hanya satu orang ahli, untuk terbiasa dengan banyaknya possibility yang akan memperkaya pengetahuan kita dan membuat kita tidak narrow-minded dan bijak dalam menanggapi berbagai "katanya" tadi...😊😊😊
ReplyDeleteTerus menulis, mb Digna, makin sip ✍✍✍
ReplyDelete