Salah satu tolok ukur keberhasilan sebuah diskusi adalah besarnya antusias peserta. Antusias peserta ini bisa dilihat dari banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan. Tapi tidak jarang saat tiba sesi tanya jawab justru tidak banyak peserta yang mengajukan pertanyaan. Pada situasi seperti ini biasanya yang menjadi tertuduh adalah pemateri. Narasumber tidak menguasai materi atau cara penyampaian yang tidak menarik hal biasa yang kita dengar. Tentu tidak salah pendapat ini karena kompetensi narasumber memang mempunyai peran yang besar untuk menghidupkan sebuah diskusi. Akan tetapi tidak jarang sebuah diskusi yang menghadirkan narasumber yang kompeten, sunyi hening tetap mewarnai sesi tanya jawab. Terus dimana permasalahnnya kalau seperti ini terjadi.
Keberhasilan sebuah diskusi sebetulnya tidak hanya tergantung kepada narasumber. Peserta juga mempunyai andil menentukan apakah diskusi itu berhasil atau tidak. Ada banyak faktor yang menyebabkan peserta tidak bisa menghidupkan sebuah acara diskusi. Salah satunya karena peserta kurang mempunyai bekal yang baik terhadap materi yang menjadi topik diskusi. Bisa jadi topik diskusi tidak sesuai dengan latar belakang peserta atau topik pengetahuan terkait pengetahuan baru. Minimnya pengetahuan awal peserta terhadap topik menyebabkan peserta tidak bisa merumuskan apa yang harus ditanyakan. Karena kesiapan peserta yang kurang, kalaupun ada yang bertanya kadang pertanyaan yang disampaikan kurang berbobot atau jauh dari topik diskusi.
PERSIAPAN MENJADI PESERTA DISKUSI
Saat pertama kali terlibat dalam suatu organisasi rasa rendah diri sering menerpa diri saya. Saya merasa takjub saat melihat teman mampu berkontribusi dalam sebuah diskusi. Bertanya, membuat usulan, mendebat usulan peserta lain menjadi hal yang terasa mahal bagi saya saat itu. Perasaan itu saya curahkan kepada ibu saya. Ibu saya adalah seorang kepala sekolah yang kebetulan juga aktif dalam berbagai organisasi. Nasihat yang saya dapatkan dari ibu saya saat itu adalah saat akan mengikuti diskusi atau rapat persiapkan diri dengan baik. Ibu saya menyarankan agar sebelum mengikuti diskusi mengetahui dulu topik apa yang akan dibahas. Setelah mengetahui topik yang dibahas membaca atau bertanya perlu dilakukan untuk memahami topik diskusi.
Nasihat itu saya pikir masih relevan. Saat akan mengikuti diskusi kita perlu menyiapkan diri menjadi peserta diskusi yang baik. Seseorang yang akan mengikuti suatu diskusi saya pikir juga perlu menyiapkan diri. Jadi bukan hanya saat kita akan menjadi narasumber tapi saat kita menjadi peserta diskusi perlu memahami apa topik yang akan didiskusikan. Pada hari ini bukan hal yang sulit untuk mencari informasi dari sebuah pengetahuan. Internet telah menyediakan ragam jenis bacaan. Berita, artikel, bahkan jurnal ilmiah dengan mudah kita dapatkan melalui intenet. Buku teks yang harganya mahal pun kadang kita dapatkan secara gratis melalui internet.
Pengetahuan awal terhadap topik diskusi akan membantu peserta saat dalam sesi tanya jawab. Acara tanya jawab dapat dipakai ajang konfirmasi dari apa yang kita ketahui. Pengetahuan awal yang kita dapatkan dan paparan dari narasumber dapat kita rekonstruksi menjadi pengetahuan baru. Pengetahuan terkait topik diskusi untuk melengkapi atau mengkritisi apa paparan dari narasumber.
JADILAH PENDENGAR YAN BAIK
Budayawan Sujiwo Tejo dalam sebuah diskusi di satu stasiun televisi pernah mengatakan banyak orang Indonesia saat berdikusi lebih banyak bicara daripada mendengar. Hal ini terlihat saat paparan banyak peserta yang asyik dengan laptop atau handphone masing-masing. Senyum tipis kadang kelihatan tersembul saat mereka membaca baru saja melihat handphone mereka. Padahal mendengar menjadi penting dalam sebuah acara diskusi.
Leslie H. Faber, psikolog dari AS mempunyai pandangan menarik terkait aktivitas mendengar saat berdiskusi. Mendengar bagi Faber bukan hanya aktivitas mengunci mulut, mendengar menuntut sesuatu yang lebih. Mendengar menuntut kita untuk melakukan imajinatif terkait bahasa yang disampaikan oleh seseorang. Kemampuan imajinatif nanti akan membantu kita memahami makna dari satu kata atau kalimat. Karena kata dan kalimat yang sama bisa jadi mempunyai makna yang berbeda ketika diucapkan dengan intonasi dan gerak yang berbeda.
Berdasar pendapat dari Faber maka mendengar adalah sesatu yang urgen dalam sebuah aktivitas diskusi. Bisa dibayangkan kalau saat dalam acara berdikusi aktivitas mendengar kita selingi dengan aktivitas lain. Aktivitas mendengar harus betul-betul kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Aktivitas mendengar yang baik ini juga dicontohkan oleh Sujiwo Tejo. Pandangan dan raut muka Sujiwo Tejo terlihat betul-betul menyimak setiap kata yang terucap dari Narasumber. Tidak salahnya pula dalam aktivitas mendengar ini kita catat beberapa hal yang penting. Catatan kecil ini akan sangat membantu kita dalam merekontroksi sebuah pengetahuan yang kita dapatkan dari sebuah aktivitas diskusi.
KAPAN HARUS BERTANYA
Pada tahun 2000 saya mengikuti pelatihan manajemen organisasi. Ada beberapa materi disampaikan dalam pelatihan tersebut. Satu materi yang disampaikan adalah menyiapkan diri menjadi peserta rapat. Satu hal yang tidak adalah perkataan yang dari narasumber bertanya itu penting bagi seorang peserta diskusi. Bahkan pertanyaan dari peserta juga sangat penting bagi seorang narasumber. Narasumber dalam pelatihan itu mengatakan ada tiga alasan kapan sebaiknya kita bertanya saat mengikuti acara diskusi.
1. Bertanyalah Saat Kita Tidak Tahu
Bertanya untuk hal yang tidak kita tahu itu penting. Apalagi kalau itu terkait dengan apa yang nanti akan kita kerjakan. Bekerja itu memerlukan pengetahuan. Pekerjaan yang dikerjakan tidak dengan pengetahuan yang benar bisa jadi justru akan membawa kepada kerusakan. Peribahasa The Right Man on The Right Place tidak hanya saya saat menempatkan orang harus sesuai dengan kompetensi orang tersebut. Peribahasa coba saya perluas maknanya yaitu saat kita berada pada satu posisi tertentu maka kita harus mempunyai pengetahuan kompetensi yang cukup untuk posisi kita. Bertanya adalah cara kita menambah pengetahuan. Masalahnya tidak semua orang mempunyai mental untuk bertanya. Mental tidak hanya sekedar malu menyampaikan pertanyaan, tapi persoalan mental yang tidak baik adalah malu kalau ketahuan tidak tahu terkait satu pengetahuan. Dalam sebuah diskusi penting bagi kita mempunyai mental bertanya, dalam artian tidak malu untuk bertanya terhadap sesuatu yang memang tidak kita ketahui.
2. Bertanya Saat Narasumber Lupa Menyampaikan Sesuatu yang Penting
Ada kalanya seorang narasumber lupa menyampaikan sesuatu yang penting dari suatu topik diskusi. Luas dan kompleksnya suatu masalah kadang membuat narasumber lupa untuk menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan. Keterbatasan waktu juga menyebabkan seorang narasumber tidak sempat menyampaikan semua hal. Padahal ada hal yang sangat urgen yang menurut kita seharusnya disampaikan. Aktivitas bertanya bisa kita sampaikan saat kita menemuai kejadian seperti ini. Pertanyaan yang kita ajukan bukan karena kita tidak tahu, tapi itu untuk memancing narasumber ingat terkait apa yang seharusnya disampaikan. Kalimat tanya kita pilih tentu sebagai bagian dari etika saat kita berdiskusi, sehingga tidak terkesan kita menggurui seorang narasumber.
3. Bertanya Saat Narasumber Menyampaikan Materi Yang Salah
Narasumber adalah manusia biasa. Salah bisa jadi akan terjadi saat menyampaikan suatu materi. Saat kita mendengar seorang narasumber salah dalam menyampaikan materi, wajib bagi kita untuk meluruskan kesalahan tersebut. Karena kalau tidak, kesalahan itu akan menyebar kemana-mana. Tentunya untuk meluruskan berlaku syarat tetap menjaga kemuliaan narasumber. Penyampaian yang dikemas dalam bentuk kalimat tanya akan bisa menjaga perasaan dari narasumber. Memang tidak mudah mengemas sebuah kalimat tanya dalam rangka untuk meluruskan sebuah kesalahaan. Bisa jadi kalau tidak cermat dalam menyusun kalimat tanya, kesannya justru memperkuat pendapat dari narasumber tersebut.
Bagaimana dengan kita. Sebagai insan akademik sangat patut bagi kita menyiapkan diri setiap kita akan menjadi peserta juga penting menyipakan diri. Yang tidak kalah pentingnya juga kegiatan setelah diskusi. Materi yang kita dapatkan perlu kita endapkan. Proses pengendapakan ini akan lebih apa-apa yang kita sudah kita baca dan kita dengar. Siklus membaca, mendengarkan, mendiskusikan, dan membaca kembali perlu terus kita lakukan saat kita mengikuti sebuah acara diskusi.
Nasihat itu saya pikir masih relevan. Saat akan mengikuti diskusi kita perlu menyiapkan diri menjadi peserta diskusi yang baik. Seseorang yang akan mengikuti suatu diskusi saya pikir juga perlu menyiapkan diri. Jadi bukan hanya saat kita akan menjadi narasumber tapi saat kita menjadi peserta diskusi perlu memahami apa topik yang akan didiskusikan. Pada hari ini bukan hal yang sulit untuk mencari informasi dari sebuah pengetahuan. Internet telah menyediakan ragam jenis bacaan. Berita, artikel, bahkan jurnal ilmiah dengan mudah kita dapatkan melalui intenet. Buku teks yang harganya mahal pun kadang kita dapatkan secara gratis melalui internet.
Pengetahuan awal terhadap topik diskusi akan membantu peserta saat dalam sesi tanya jawab. Acara tanya jawab dapat dipakai ajang konfirmasi dari apa yang kita ketahui. Pengetahuan awal yang kita dapatkan dan paparan dari narasumber dapat kita rekonstruksi menjadi pengetahuan baru. Pengetahuan terkait topik diskusi untuk melengkapi atau mengkritisi apa paparan dari narasumber.
JADILAH PENDENGAR YAN BAIK
Budayawan Sujiwo Tejo dalam sebuah diskusi di satu stasiun televisi pernah mengatakan banyak orang Indonesia saat berdikusi lebih banyak bicara daripada mendengar. Hal ini terlihat saat paparan banyak peserta yang asyik dengan laptop atau handphone masing-masing. Senyum tipis kadang kelihatan tersembul saat mereka membaca baru saja melihat handphone mereka. Padahal mendengar menjadi penting dalam sebuah acara diskusi.
Leslie H. Faber, psikolog dari AS mempunyai pandangan menarik terkait aktivitas mendengar saat berdiskusi. Mendengar bagi Faber bukan hanya aktivitas mengunci mulut, mendengar menuntut sesuatu yang lebih. Mendengar menuntut kita untuk melakukan imajinatif terkait bahasa yang disampaikan oleh seseorang. Kemampuan imajinatif nanti akan membantu kita memahami makna dari satu kata atau kalimat. Karena kata dan kalimat yang sama bisa jadi mempunyai makna yang berbeda ketika diucapkan dengan intonasi dan gerak yang berbeda.
Berdasar pendapat dari Faber maka mendengar adalah sesatu yang urgen dalam sebuah aktivitas diskusi. Bisa dibayangkan kalau saat dalam acara berdikusi aktivitas mendengar kita selingi dengan aktivitas lain. Aktivitas mendengar harus betul-betul kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Aktivitas mendengar yang baik ini juga dicontohkan oleh Sujiwo Tejo. Pandangan dan raut muka Sujiwo Tejo terlihat betul-betul menyimak setiap kata yang terucap dari Narasumber. Tidak salahnya pula dalam aktivitas mendengar ini kita catat beberapa hal yang penting. Catatan kecil ini akan sangat membantu kita dalam merekontroksi sebuah pengetahuan yang kita dapatkan dari sebuah aktivitas diskusi.
KAPAN HARUS BERTANYA
Pada tahun 2000 saya mengikuti pelatihan manajemen organisasi. Ada beberapa materi disampaikan dalam pelatihan tersebut. Satu materi yang disampaikan adalah menyiapkan diri menjadi peserta rapat. Satu hal yang tidak adalah perkataan yang dari narasumber bertanya itu penting bagi seorang peserta diskusi. Bahkan pertanyaan dari peserta juga sangat penting bagi seorang narasumber. Narasumber dalam pelatihan itu mengatakan ada tiga alasan kapan sebaiknya kita bertanya saat mengikuti acara diskusi.
1. Bertanyalah Saat Kita Tidak Tahu
Bertanya untuk hal yang tidak kita tahu itu penting. Apalagi kalau itu terkait dengan apa yang nanti akan kita kerjakan. Bekerja itu memerlukan pengetahuan. Pekerjaan yang dikerjakan tidak dengan pengetahuan yang benar bisa jadi justru akan membawa kepada kerusakan. Peribahasa The Right Man on The Right Place tidak hanya saya saat menempatkan orang harus sesuai dengan kompetensi orang tersebut. Peribahasa coba saya perluas maknanya yaitu saat kita berada pada satu posisi tertentu maka kita harus mempunyai pengetahuan kompetensi yang cukup untuk posisi kita. Bertanya adalah cara kita menambah pengetahuan. Masalahnya tidak semua orang mempunyai mental untuk bertanya. Mental tidak hanya sekedar malu menyampaikan pertanyaan, tapi persoalan mental yang tidak baik adalah malu kalau ketahuan tidak tahu terkait satu pengetahuan. Dalam sebuah diskusi penting bagi kita mempunyai mental bertanya, dalam artian tidak malu untuk bertanya terhadap sesuatu yang memang tidak kita ketahui.
2. Bertanya Saat Narasumber Lupa Menyampaikan Sesuatu yang Penting
Ada kalanya seorang narasumber lupa menyampaikan sesuatu yang penting dari suatu topik diskusi. Luas dan kompleksnya suatu masalah kadang membuat narasumber lupa untuk menyampaikan sesuatu yang seharusnya disampaikan. Keterbatasan waktu juga menyebabkan seorang narasumber tidak sempat menyampaikan semua hal. Padahal ada hal yang sangat urgen yang menurut kita seharusnya disampaikan. Aktivitas bertanya bisa kita sampaikan saat kita menemuai kejadian seperti ini. Pertanyaan yang kita ajukan bukan karena kita tidak tahu, tapi itu untuk memancing narasumber ingat terkait apa yang seharusnya disampaikan. Kalimat tanya kita pilih tentu sebagai bagian dari etika saat kita berdiskusi, sehingga tidak terkesan kita menggurui seorang narasumber.
3. Bertanya Saat Narasumber Menyampaikan Materi Yang Salah
Narasumber adalah manusia biasa. Salah bisa jadi akan terjadi saat menyampaikan suatu materi. Saat kita mendengar seorang narasumber salah dalam menyampaikan materi, wajib bagi kita untuk meluruskan kesalahan tersebut. Karena kalau tidak, kesalahan itu akan menyebar kemana-mana. Tentunya untuk meluruskan berlaku syarat tetap menjaga kemuliaan narasumber. Penyampaian yang dikemas dalam bentuk kalimat tanya akan bisa menjaga perasaan dari narasumber. Memang tidak mudah mengemas sebuah kalimat tanya dalam rangka untuk meluruskan sebuah kesalahaan. Bisa jadi kalau tidak cermat dalam menyusun kalimat tanya, kesannya justru memperkuat pendapat dari narasumber tersebut.
Bagaimana dengan kita. Sebagai insan akademik sangat patut bagi kita menyiapkan diri setiap kita akan menjadi peserta juga penting menyipakan diri. Yang tidak kalah pentingnya juga kegiatan setelah diskusi. Materi yang kita dapatkan perlu kita endapkan. Proses pengendapakan ini akan lebih apa-apa yang kita sudah kita baca dan kita dengar. Siklus membaca, mendengarkan, mendiskusikan, dan membaca kembali perlu terus kita lakukan saat kita mengikuti sebuah acara diskusi.
tips yang menarik
ReplyDelete"Mendengar" masih jadi aktivitas langka hari-hari ini.
ReplyDeleteDiskusi..oke juga siip
ReplyDeleteKeterampilan mendengarkan (to listen) adalah salah satu bagian penting dalam komunikasi efektif. Sayangnya, makin banyak orang saat ini yang lebih suka mendengarkan "suaranya sendiri" alias ngomong terus, hehehe...
ReplyDeleteCatatan kecil, mas Cahyo, typho-kesalahan ketik atau hilangnya sebuah kata dalam kalimat masih ditemui...
Makasih mbak Rin, dikeja kejar mas Rohmat, he he
ReplyDeleteThat's ok, mas. Saat ini memang harus dikejar-kejar utk meramaikan ruang kita ini, hehe...
Delete