---Rin Surtantini
(1)
Menerbangkan Daun-Daun
telah tiba saatnya aku menerbangkan
daun-daun itu
ke langit luas yang kutanamkan sebagai
masa depan
dulu kupelihara setiap helainya sejak
berwarna hijau
sebab di setiap garis tulangnya
terbaca mantra-mantra
yang tanpa lelah kau guratkan tajam
menjelang terang
juga pada sederetan malam yang selalu
kita hidupkan
hingga pohon-pohon makin subur tumbuh dan
rindang
daun-daun itu memang lamban terbang ke
angkasa
semua mantra yang ada perlahan
mengeras tak terbaca
patah pada tulang-tulang daun yang
menguning kering
maka hidup adalah cara memandang yang
kita miliki
jika itu tumpukan kenangan, langit
bukanlah tujuan
telah tiba saatnya kulepaskan rajah
yang pernah tertulis
seiring ikhlasmu menyaput ingatan
menjaring bintang
(Yogyakarta, 2018)
(2)
Pertaruhan
Rin Surtantini
di atas pentas kulepaskan segenap
baris-baris kata
berselubung nukilan ujaran, mantra dan
tulisan
mengukuhkan kebenaran dalam alam pahamku
basah tubuhku seirama rintik hujan bulan Februari
mestikah aku berpayung pada yang tak
diyakininya
ratusan pandang adalah rahasia tak
dapat kukira
di atas panggung kupertaruhkan
kehendak abadi
atas kata yang tak berdusta pada
segenap makna
atas kata yang tak berlindung di
lembar selubung
(Bandung, 2018)
(3)
Perempuan Pembakar Seteru
aku tahu kau sangat ingin sekali
melipat lidahku
di hadapan mereka kaulah yang harus
dapat tereja
seorang perempuan kau rasakan membakar
seteru
tak beri kau waktu untuk melumat dan
mencerna
secangkir teh tak bergula kuhirup
tanpa rasa kelu
memerdekakanku dari yang tiada pernah
kau rela
(Yogyakarta, 2018)
mantap. Jadi pengin buat puisi...dulu saya seneng buat puisi.
ReplyDeleteTerimakasih, mas Rohmat.
DeleteAyo buat lagi puisi2nya.
Ini salah satu kegiatan saya yang membahagiakan hati dan memerdekakan jiwa, sejak dulu...
puisi menjadi sangat penting di tengah hiruk-pikuk prosa
ReplyDelete