Ketika saya dan mas Rohmat mau ke Studio musik untuk datang di workshop penulisan Vidyasana, mobil mas Rohmat yang mau digunakan tertutup truk sampah yang sedang menaikkan sampah, sehingga tidak bisa keluar. Sambil menunggu truk sampah menaikkan sampah ke dalam bak truk iseng-iseng saya menanyakan ke sopirnya:
“Di Piyungan mas, tapi sekarang sudah mulai
penuh” jawab sopir truk itu,
“Katanya di Piyungan sudah penuh pak, “
lanjutku.“Dipaksakan dibuang di sana mas, habis gimana lagi, belum ada tempat baru yang deal” jawab sopir truk sampah itu.
Sambil ngeloyor menjauh karena sampah yang
dinaikkan ke truk menebarkan debu yang mengganggu pernafasan dan mengotori
badan aku berfikir, kalau saja sampah-sampah organik itu bisa diolah sendiri
menjadi pupuk tentu persoalan sampah akan sedikit teratasi untuk jadi solusi
dalam bertanam di sekitar kita...
Setelah truk pergi barulah kami berangkat ke
studio musik. Lagi-lagi ketika parkir kami menemukan bah sampah, tapi isi sampah
organik lagi. Aku bergumam, seandainya sampah ini mampu diolah oleh pekerja
landscaping, tentu lahan kita akan makin subur dan hijau dengan pupuk organik
atau kompos yang bisa dibuat sendiri, toh kita punya fasilitas pengolah sampah
yang sekarang digunakan tidak jelas peruntukannya...
Dari sepotong pengalaman melihat sampah ini
terbersit ingatan dalam benakku tentang
sampah jalanan, sebuah vespa yang ditutup aneka sampah hingga bentuknya
mengundang tanya... mengapa manusia suka menyampah? Bukankah manusia sudah
menjadi produsen sampah paling agresif? Di mana-mana sampah diciptakan. Ada
sampah visual yang memenuhi tiap sudut kota, ada sampah beracun yang dibuang di
sungai, di laut, di daratan. Ada sampah plastik yang kini menjadi problem
internasional, dan yang mengerikan mungkin makin mengunungnya sampah
masyarakat. Betapa manusia menjadi tidak berarti ketika mendapatkan julukan dan
perlakuan sebagai sampah... Menebar sampah sama halnya dengan menebar teror.
Mari kurangi produksi sampah, dan terapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle...
Kejadian kecil yang berfungsi sebagai writing prompt. Saya suka, mas Fajar!
ReplyDeleteBagaimana kita mewujudkan niat baik mas Fajar yang cemerlang dan peduli lingkungan di sekitar tempat kita mencari nafkah ya?🤔
ReplyDeleteYa jangan hanya mencari nafkah
DeleteKalau ada mencari, juga harus ada memberi...
DeleteTulisan yang runtut dan bagus bersumber dari hal sederhana namun menuntun pada pemikiran merangkum pengalaman
ReplyDeleteBenar adanya.
ReplyDelete