Thursday, February 14, 2019

PERTEMUAN TERAKHIR


---Aris Khatulistiwa
[seri Workshop Menulis Bebas]

Pesawat mendarat dengan mulus dan tepat jadwal. Aku turun dengan tanpa tergesa karena waktuku masih longgar. Pagi itu gerimis turun seolah menyambut kedatanganku di kota yang telah lama aku tnggalkan.

“Hei....rupanya kau ya ?”, sentak seseorang sambil menepuk pundakku dari belakang. Aku terkejut dan menoleh kebelakang. Menatap wajahnya kuat-kuat sebelum mengasungkan tangan menjabatnya erat. “ Ya ampun...Woddy ? “ sapaku penuh telisik karena antara benar dan tidak atas tebakanku.

“ Ya...aku Woddy. Kau masih ingat aku John ?” jawabnya dengan tetap menggenggam erat tanganku.

Woddy adalah temanku semasa Sekolah Dasar dahulu, aku tidak tahu mengapa kami bisa bertemu di bandara ini.

“kok kamu ada disini, Woddy. Menjemput siapa ?” tanyaku sambil berjalan menuju pintu keluar.

”Aku bekerja sebagai sopir taksi bandara”jawabnya sambil menunjukkan kartu nama yang tergantung di saku baju sebelah kirinya.

“Kamu dari mana ? kemana saja kamu selama ini ? belasan tahun aku disini, tapi baru kali ini kita ketemu ?” cecarnya dengan penuh rasa ingin tahu. Memang, lebih dua puluh tahun aku meninggalkan kota ini mengikuti orang tua yang kerja sebagai pekerja tambang batubara di Kalimantan. Entah mengapa akhir-akhir ini aku ingin sekali menengok kampung halamanku, walaupun sudah tidak punya keluarga lagi di kota ini.

“Sejak lulus SD aku meninggalkan kota ini ke Kalimantan dan bahkan sampai kerja dan berkeluarga di sana” Jawabku memenuhi rasa ingin tahunya.

“Ow....pantesan.” celetuknya setelah mendengar penjelasanku.

“Sekarang sudah jadi orang hebat ya....? terus lupa dengan kampung halaman” ledeknya

“Tidak juga....buktinya, aku sampai disini sekarang ?” sanggahku dengan cepat. Muncul keinginan untuk berkumpul kembali dengan teman-teman semasa kecil dulu. Mungkin kali ini menjadi waktu yang tepat untuk reunian. Aku bisa minta Woddy untuk mengundang kembali teman-teman yang masih tinggal satu kota atau setidaknya yang berdekatan dengan kotaku ini.

“Woddy, bisa nggak kita kumpulkan teman-teman kembali yah...semacam reunian gitu?”

“Sangat bisa, wow...ide yang bagus...walau tidak semuanya. Karena beberapa tinggal di Jakarta dan ada beberapa juga yang sudah meninggal” Jawab Woddy penuh semangat.

“Sudah meninggal ? siapa ?” tanyaku ketika mendengar beberapa temanku sudah meninggal.

“ Kristianto, Sri Rahayu dan Andi. Mereka sudah menghadap Tuhan beberapa tahun yang lalu.” Jelas Woddy dengan wajah terlihat sedih.

“Oh...semoga mendapat tempat yang layak disisi Tuhan. Tuhan tidak memberinya umur panjang ya ? tapi mungkin Tuhan punya rencana lain” sambungku.

“BTW...kapan kita bisa kumpul ?” tanyaku

“Secepatnya...atau sekarang aku hantar kau kemudian sekalian aku minta nomer kontakmu. Besuk aku kasih kabar secepatnya” Jawab Woddy.

“Dengan senang hati, Woddy.” Aku melangkah bersama Woddy menuju mobil yang akan menghantarku ke rumah Om Hardi kerabatku satu-satunya yang masih tinggal di kota ini.

Seminggu berlalu tetapi aku belum mendapat khabar dari Woddy. Aku penasaran mencoba menghubungi nomor Woddy. Siapa tahu karena kesibukan, Woddy belum sempat memberikan kabar ke aku.

“Halo...Woddy ?“ sapaku setelah terdengar tanda teleponku diangkat dari seberang.

“Halo...benar ini nomornya bapak Woddy” jawab orang dari seberang. Aku bingung karena bukan suara Woddy yang aku dengar tetapi seorang anak kira-kira belasan tahun.

“Oh...maaf dik, bisa bicara dengan pak Woddy ?” tanyaku cepat. Tetapi senyap...tak kudengar jawaban dari seberang. Aku coba amati hp-ku jangan-jangan koneksi terputus. Tetapi ternyata masih terhubung.

“Halo....”

“Ya Halo....”

Kudengar jawaban dari seberang tetapi kali ini dengan lambat sekali seperti ada nada kesedihan.

“ Maaf Om...bapak sudah meninggal”

“Hah.....Woddy Prasetyo meninggal ? minggu lalu dia baru saja menghantar aku pulang kerumah.” Tanyaku tidak percaya.

“Benar Om....Bapak meninggal kecelakaan sepulang dari bandara menghantar penumpang seminggu yang lalu”

Jleb.....kakiku lemas...tulang-tulangku terasa dilolosi. Mataku kabur, maka secepatnya aku mencari tempat duduk sebelum semuanya terjadi. Woddy yang minggu kemarin baru saja bertemu aku setelah sekian puluh tahun berpisah dan dengan senang hati menghantarku pulang dari bandara. Yang sepanjang perjalanan itu penuh gelak canda dan rencana reuni bersama, ternyata hanya sebatas rencana. Sepulang dari mengantar aku saat itu, Woddy mengalami kecelakaan akibat strokenya kambuh dan menabrak pembatas jalan langsung koma dan meninggal.

Selamat jalan Woddy...kita harus menangguhkan rencana reunian dengan teman-teman. Mungkin sekarang justru kamu bisa reunian dengan Kris, Sri dan Andi di sana.



Klidon, 14 Februari 2019

3 comments:

  1. Ini sudah jadi cerpen dengan struktur lengkap

    ReplyDelete
  2. Alur cerita yang mengalir lancar. Hati saya hanyut dalam aliran itu...miris.
    Terimakasih untuk cerita sedihnya...

    ReplyDelete