Friday, February 15, 2019

Mata yang Berkilat


---Rin Surtantini
[seri Workshop Menulis Bebas] 

Jarak antara desanya dengan desa tempat mbah dukun yang biasa membantu persalinan cukup jauh. Darsam merasa tak sanggup untuk membantu istrinya melahirkan anaknya yang ketiga. Ini di luar kebiasaan ketika anak pertama dan kedua lahir. Semua terjadi pada siang hari sehingga mbah dukun sudah ada ketika saat melahirkan itu tiba. Tetapi kali ini, sang istri mengeluhkan rasa sakitnya sejak matahari tenggelam. Darsam berharap dan berdoa malam ini istrinya masih bisa bertahan sampai besok pagi sebelum mbah dukun tiba. Akan tetapi, erangan sang istri memaksa Darsam harus segera ke desa seberang, memanggil segera mbah dukun, saat ini juga, ketika semua orang sudah terlelap dalam malam yang senyap.

Darsam berjalan sempoyongan di tengah malam. Ia menembus hutan demi mencapai desa sebelum pagi menjelang. Ia harus tiba pada waktunya atau nyawa istrinya melayang demi sebuah pertaruhan. Ketika nafasnya mulai tersengal, Darsam menghentikan langkah kakinya. Tepat di tengah antara dua pohon bayan, sepasang mata mengamatinya. Darsam terperangah.

Sepasang mata yang berkilat itu tiba-tiba mendekatinya. Darahnya berdesir. Semakin jelas bentuk tubuhnya. Seekor serigala hutan menghalangi langkahnya di antara batang-batang pohon yang tinggi dan hitam. Tak mungkin lagi ia berbalik, apalagi berlari menghindar dengan nafasnya yang tersengal dan kakinya yang tiba-tiba terasa lemas. Digosoknya matanya untuk memastikan sepasang mata berkilat itu milik siapa. Sebelum matanya terbuka kembali, tiba-tiba serigala itu telah menyerangnya dengan sekali lompatan. Dan Darsam pun terkulai, terjatuh di atas lantai. Selimut dari tempat tidur pun menutupi tubuhnya.

Studio Teater
14 Februari 2019.

2 comments:

  1. Saat workshop, ada 2 cerita Darsam seperti ini, mengenai persalinan. Alangkah bagus jika yang 1 juga diunggah, tulisan siapa ya?

    ReplyDelete
  2. Tulisannya mbak Widarwati kalo gak salah ya...

    ReplyDelete