Thursday, February 21, 2019

PERAN KETUA KELAS

---Fajar Prasudi

Suatu kali aku ditugaskan untuk menjadi fasilitator pada diklat pengawas. Pada awalnya aku merasa berat dan keder juga karena pesertanya adalah para pengawas dari provinsi Jawa Tengah yang sudah senior dan sarat pengalaman lapangan. Aku mencoba mengusir perasaan ini dengan membangun persepsi bahwa peranku nanti adalah sebagai fasilitator, bukan nara sumber. Kalau aku ditugaskan sebagai nara sumber, maka tentu aku tidak akan mampu memberikan pengalaman dan praksis bermutu yang dapat memberikan nilai tambah bagi mereka...
Ketika saat mendiklat tiba, perasaan keder itu masih menyandera ketegaran rasa yang coba kubangun dengan susah payah, apalagi ternyata pesertanya melebihi kuota yang ditentukan. Bisa dibayangkan ketika dalam kelas berjejal sebanyak 45 peserta pengawas. Untungnya ruang kelasku mampu menampung peserta sebanyak itu. Mungkin karena besarnya ruang itu pula kelasku bisa jadi tempat favorit untuk peserta tambahan...

Pada awal kegiatan aku biasa mengawali dengan perkenalan misalnya untuk mengenal nama, asal, spesialisasi, tempat tugas, pendidikan, dan sebagainya, agar bila ada yang unik segera terdeteksi. Setelah perkenalan biasanya dilanjutkan pemilihan ketua kelas dan perangkatnya, pembentukan kelompok, kesepakatan dalam diklat, skenario kegiatan, dan target yang perlu diselesaikan dalam diklat. Kebetulan ketua kelas yang dipilih merupakan pengawas senior yang membawahi beberapa pengawas di daerahnya, atau semacam koordinator pengawas, begitulah...
Setelah semua proses pendahuluan selesai, baru kami masuk ke dalam materi, biasanya ada tayangan power point yang sangat membantu untuk memberikan pemahaman materi kepada peserta, termasuk power point yang digunakan untuk  memberikan tugas, baik perorangan maupun kelompok. Dalam penjelasan awal tersebut sudah tergambar tugas-tugas yang bakal menjadi terget dalam diklat tersebut. Rupanya ini ditangkap dengan sangat baik oleh ketua kelas, oleh karena itu beliau meminta ijin untuk membagi tugas-tugas tersebut kepada kelompok-kelompok yang sudah dibentuk. Selanjutnya beliau menyampaikan urutan presentasi tugas kelompok yang harus disampaikan setelah masing-masing perwakilan kelompok setelah semua kelompok menyelesaikan tugas kelompoknya.

Proses seperti ini bagiku sebagai fasilitator merupakan pengalaman yang menyenangkan, karena disuport oleh peran ketua kelas yang menguasai medan dan materi yang dilatihkan. Ini menjadi pengalaman menyenangkan bagiku ketika posisiku berada pada titik nadir dengan segunung rasa khawatir, minder, keder, dan setumpuk perasaan negatif lainnya. Dari pengalaman ini mungkin dapat dimaknai, bahwa kekhawatiran menhadapi peserta dikaklat karena kurangnya pengalaman lapangan, dapat teratasi, atau tepatnya terselamatkan oleh peran ketua kelas yang mumpuni. Oleh karena itu dalam memilih ketua kelas hendaknya dipilih ketua yang benar-benar mampu membawa peserta dalam pengaruh perannya, sehingga ia dapat membawa peserta, ‘menaklukkan’ peserta utuk melakukan tugas dan pekerjaan dalam diklat.

3 comments:

  1. Pengalaman pribadi selalu menjadi sumber yang kaya untuk kegiatan menulis. Rasa khawatir, tidak percaya diri, gelisah yang muncul dari peristiwa di dalam kelas, dalam tulisan di atas dirangkai dengan mencoba memenuhi aspek deskripsi, interpretasi, dan aksi. Teruskan ya mas Fajar, masih banyak kan peristiwa di balik dinding kelas yang perlu untuk di-shared.

    ReplyDelete
  2. Pengalaman tak akan menjadi lampau ketika dituliskan

    ReplyDelete