Thursday, February 14, 2019

Hutang


---Digna Sjamsiar

[seri Workshop Menulis Bebas]

“Darsam, cepat kau pulang! Istrimu dalam bahaya!” Teriak Kusdi pada Darsam. Darsam tak menghiraukannya, dia terlampau asyik berjudi dan minum arak dengan teman-temannya. Dengan penuh marah Kusdi menghampiri Darsam dan menarik bajunya seraya berkata, “Dasar kamu laki-laki tak bertanggung jawab! Kau biarkan istrimu bertaruh nyawa karena ulahmu! Pulang kau! Selamatkan nyawa istrimu sebelum kau menyesalinya!” Melihat Kusdi yang marah dan geram seperti itu Darsam akhirnya beranjak dari arena perjudian itu.

Darsam berjalan sempoyongan ditengah malam. Ia menembus hutan demi hutan mencapai desa sebelum pagi menjelang. Ia harus tiba pada waktunya atau nyawa istrinya melayang demi sebuah pertaruhan. Ketika nafasnya mulai tersengal, Darsam menghentikan langkah kakinya. Tepat di tengan antara dua pohon bayan, sepasang mata mengamatinya.

Darsam hanya mampu berdiri, dia tidak mampu menangkap sinyal-sinyal bahaya yang mengintainya, pengaruh arak yang memenuhi tubuhnya telah merusak pikirannya. Dilanjutkannya langkah kakinya menuju rumahnya dengan tubuh menggigil ketakutan. Nasib berkata lain, ketika Darsam akan keluar dari hutan menakutkan itu, sepasang panah beracun menghunus dadanya. Nyawa Darsam melayang. Dia tak sempat melihat untuk terakhir kalinya wajah istrinya yang terbujur kaku di dipan reyot milik mereka berdua. Hutang yang tak pernah terbayarkan telah merenggut nyawa pasangan suami istri tersebut.

4 comments:

  1. Oh Darsam... sepenggal cerita tentangmu di bagian tengah telah membuahkan cerpen-cerpen menarik hasil imajinasi teman-temanku....
    Terimakasih!

    ReplyDelete
  2. Cerita yang baik, hanya sedikit perlu ditinjau ulang penempatan kata "menghunus" di akhir cerita. Coba misalnya digunakan kata "menembus", " menghujam" atau "menusuk", mungkin getarnya akan lain.

    ReplyDelete