Friday, February 22, 2019
PENGALAMAN BERMAKNA DIKLAT PKB DESAIN INTERIOR DAN TEKNIK FURNITUR (DITF)
--Tri Suerni
Peristiwa ini terjadi pada waktu kegiatan diklat PKB Produktif Desain Interior dan Teknik Furnitur (DITF) Gelombang 2 tanggal 17 Oktober s.d. 2 November 2018, di studio DITF PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. Aku sudah berbagi tugas dengan pak Haryadi, aku kebagian yang memberikan materi klaster 1 yaitu Dasar Desain Interior dan Furnitur, sedangkan pak Haryadi memberikan materi pada klaster 4 yaitu tentang Finishing Furnitur. Diklat ini diikuti oleh 6 peserta guru yang berasal dari SMK yang masuk revitalisasi. Dari 6 peserta tersebut ada 2 peserta dengan latar pendidikan di luar seni dan belum pernah mengikuti diklat di PPPPTK Seni dan Budaya, dan di sekolah mereka mengajar mata pelajaran teknik furnitur, sehingga bagi peserta tersebut mengikuti diklat di P4TKSB menjadi pengalaman pertamanya.
Salah satu materi yang saya berikan pada diklat tersebut adalah terkait dengan keterampilan dalam membuat pra rancangan desain interior dan gambar teknik interior secara manual. Termasuk didalamnya adalah menggambar sketsa perspektif interior. Kendala yang saya hadapi dalam membelajarkan materi ini terhadap 2 peserta tersebut, harus berbeda terhadap peserta yang lain. Saya sadar bahwa memang kemampuan keterampilan dalam menggambar tiap-tiap peserta berbeda. Karena peserta yang lain sudah sering mengikuti diklat desain interior. Saya berpikir bagaimana membantu mereka agar tidak terlalu ketinggalan dengan peserta yang lain, karena memang waktu yang disediakan hampir mendekati deadline dan paginya harus selesai untuk dipresentasikan dihadapan narasumber desain interior dari ISI yogyakarta. Akhirnya untuk mengatasi hal tersebut, saya menawarkan pada peserta lain yang saya anggap mampu untuk membantu dalam menggambar sebagai tutor. Bersyukur strategi yang kutawarkan diterima oleh peserta lain yang lebih mampu. Akhirnya saya sendiri juga ikut membantu menuliskan notasi dan keterangan lain yang harus dituliskan dalam beberapa lembar gambar tersebut. Tujuan utama saya melakukan hal ini adalah untuk memberikan contoh yang benar bagi peserta, sekalian dapat dimanfaatkan sebagai peraga di sekolah.
Tibalah hari H untuk kegiatan presentasi hasil karya diklat. Tugas pak Hartoto sebagai narasumber, selain menilai juga harus memberikan masukan terhadap hasil karya peserta. Ketika pak Hartoto mengomentari dan memberi masukan terhadap karya dua peserta tersebut, dari hasil gambar memang masih banyak kekurangan terutama dalam mengekspresikan segi estetiknya dan garis –garis yang dibuat masih terkesan kaku.
Setelah sampai pada notasi yang sesuai dengan kaidah dalam desain interior, pak Hartoto memberikan komentar : “Nah, anda sudah bagus sekali dalam membuat tulisan ini dan sudah benar, (sambil menunjuk pada tulisan tangan yang dimaksud)”, selanjutnya berkomentar lagi: “ (sambil menunjuk tulisan tangan pada gambar yang lain) Lho..., yang ini kok tulisannya seperti ini, padahal ini kan gambar anda juga”. Dengan tersipu perserta tersebut menjawab: “Ya betul pak yang menggambar saya, tapi yang buat tulisan bu Tri “. “O... ya pantes, kok beda”, jawab pak Hartoto sambil tertawa. Termasuk aku juga ikut tertawa, yang berada dibelakangnya.
Berdasarkan pengalaman kegiatan pembelajaran tersebut, bahwa dalam membelajarkan materi pada peserta dengan tingkat kemampuan yang berbeda atau bervariasi sebaiknya memang harus dengan perlakuan yang berbeda. Saya berfikir bahwa hal ini saya lakukan dalam kegiatan diklat dengan jumlah peserta 6 orang, bagaimana jika menghadapi 40 peserta, dengan pembelajaran orang dewasa ? Untuk mempelajari atau memahami sesuatu itu tidak bisa instan, membutuhkan proses, seperti apa yang saya alami dalam belajar “menulis”, seperti apa yang telah diberikan oleh mas Eko, mbak Rin, mas Rokhmat dan teman-teman yang lain.
Langkah selanjutnya, saya sangat mengharapkan kegiatan workshop tentang DITF khususnya bagi guru-guru produktif mata pelajaran teknik furnitur terutama yang bukan berlatar belakang pendidikan seni, yang nantinya juga harus tahu tentang desain interior, demikian juga sebaliknya. Agar guru-guru dapat saling memahami, menyamakan persepsi dalam memahami KD-KD (Kompetensi Dasar) dalam spektrum yang baru, dan memberikan gambaran pelaksanaan yang harmonis dalam menyikapi KD-KD DITF.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sebuah refleksi yang baik dan pengalaman apapun selalu bisa menjadi pelajaran.
ReplyDeletePengalaman pribadi memiliki kekuatan, yaitu membantu untuk menulis secara runtut, seperti terbaca dalam tulisan ini. Masih banyak lagi pengalaman di dalam kelas yang bisa dituliskan kan, mbak Erni?
ReplyDelete**Sedikit catatan tentang penggunaan kata depan yang harus ditulis terpisah, seperti "di dalamnya", "di belakangnya".
Pengalaman yg sangat berarti mbk Erni,mbk Erni melakukan langkah yg strategis membantu 2 peserta yg tidak mempunyai latar belakang seni..👍
ReplyDelete