[seri Wokshop Menulis Bebas]
Pesawat mendarat dengan mulus dan tepat jadwal. Aku turun dengan tanpa tergesa karena waktu masih longgar. Pagi itu gerimis turun seolah olah menyambut kedatanganku di kota yang telah lama aku tinggalkan. “hei, rupanya kau ya?”,sentak seseorang sambil menepuk pundakku dari belakang. Aku menoleh dengan agak kaget, ternyata dibelakangku sudah berdiri cewek cantik berkulit kuning langsat tersenyum senyum manis sekali. Rambutnya yang dikuncir jadi satu bergerak kekiri dan kekanan.
Pelan pelan kenangan terakhir aku bersamanya muncul lagi. Kenangan saat aku dan dia melihat pertunjukan di sebuah pura termegah milik salah satu orang terpandang di desanya. Aku masih ingat banyak pohon Cempaka yang berbunga lebat di pura itu sehingga pura itu menjadi sangat wangi. Kami berdua duduk berdampingan melihat pertunjukan tari kolosal di pura yang indah dan wangi. Sambil sesekali diselingi dengan komentar pada para penari bagaikan seorang kritikus kenamaan. Kami mengomentari gerakannya, riasnya, kostumnya semua yang kami lihat seakan ada saja yang bisa kami kritik. Setelah kami saling menyadari kami tertawa bersama...
Sore itu kami lalui berdua di pura indah nan wangi sampai senja.
Hei.. kok melamun ?? untuk kedua kalinya sahabatku menyentakkanku, menyadarkan aku dari lamunan dan mengajak berjalan bersama meninggalkan bandara internasional ngurah rai yang sibuk.
bagus penuturannya
ReplyDeleteCukup runtut, punya potensi untuk dikembangkan
ReplyDeleteMenunggu cerita selanjutnya.
ReplyDeleteTerimakasih untuk cerita sederhana yang menarik.